Ketika air mata Kyra jatuh di punggung tangannya, Nelson sontak mendongak. Dia bergumam dan menyeka air mata Kyra, lalu menggelengkan kepalanya.Bibir Nelson membuka dan menutup. Kyra tahu bahwa ayahnya ingin menghiburnya agar tidak menangis.Nelson meraih telapak tangan Kyra, lalu menulis satu kata di sana.[ Rahasia. ]Tangisan Kyra bertambah kencang. Rahasia? Ayahnya sudah ditindas sampai seperti ini, tetapi dia masih meminta Kyra merahasiakannya? Apakah ayahnya takut Kyra akan disiksa Deven? Apakah dia takut ibunya cemas?Kyra sedih sekali. Ayahnya selalu melindunginya selama 20-an tahun hidupnya. Kyra tidak pernah dibiarkan menderita.Namun, Kyra yang kekanak-kanakan jatuh cinta dan menikah dengan orang yang salah. Alhasil, masa depan orang tuanya terancam.Tenggorokan Kyra tiba-tiba tercekat. Dia merasa sangat sedih, tidak berdaya, dan sangat lelah.Kata-kata maaf tertahan di bibir Kyra tanpa bisa terucap. Dia tahu ayahnya tidak ingin mendengar permintaan maafnya. Dia juga tidak
Nelson mengambil pena dan kembali menulis di kertas.[ Ayah ingin ketemu dia. Tolong hubungi dia. ]Kyra melihat tatapan memohon ayahnya. Dia tidak tahu apa alasan ayahnya ingin bertemu Deven, tetapi ini adalah salah satu dari sedikit permintaan sang ayah.Kyra telah membuat orang tuanya dan seluruh Keluarga Scott jatuh dalam keadaan seperti ini. Bagaimana dia tega menolak permintaan ayahnya?Kyra tidak sanggup menolak. Meskipun dia tahu betul bahwa Deven tidak sepatutnya bertemu ayahnya.Jika Kyra tahu akibat yang akan terjadi dari pertemuan mereka besok, mati pun dia tidak akan meminta Deven datang. Sayangnya, tidak ada yang bisa menebak masa depan. Hidup hanyalah perjalanan yang penuh dengan kejutan dan penderitaan.Kyra mengerjapkan matanya yang kering. Nelson menulis satu kalimat lagi di kertas.[ Tenang saja, nggak akan ada masalah. Tahun Baru harus dilalui satu keluarga. ]Kyra cemberut, merasa hatinya terasa sangat sesak. Namun, dia akhirnya berkata pada ayahnya, "Oke, aku akan
Di sisi lain, hati Kyra dipenuhi dengan kebencian yang tidak ada habisnya.Kata-kata Deven menyadarkan Kyra. Dia datang untuk menyampaikan pesan sang ayah, bukan untuk bertengkar. Tangannya yang terkepal erat perlahan mengendur.Kyra tidak ingin menatap Deven, jadi dia mengalihkan pandangannya ke meja sambil berkata, "Makan malam bersama kami besok. Jangan terlambat." Usai menyampaikan hal itu, Kyra langsung berbalik, ingin segera pergi."Kamu mengundangku makan dengan sikap seperti ini?" ujar Deven sambil tersenyum dingin. Dia jengkel sekali dengan sikap dan nada bicara Kyra.Kyra menoleh dan memelototi Deven. Dia berkata padanya, "Deven, bisa kamu hentikan itu?""Kalau kamu begitu membenciku, kenapa masih mengundangku makan malam di rumahmu? Untuk apa kamu menyiksa diri sendiri?" ujar Deven.Kyra mendengus dan membalas, "Ayahku yang ingin ketemu kamu, bukan aku. Aku hanya menyampaikan pesannya. Kalau kamu masih punya hati, kamu tahu harus ngapain."Deven memandangi Kyra pergi, lalu t
Deven segera mengulurkan tangan dan menopang Nelson dengan kokoh. Bukannya berterima kasih, Nelson malah mengernyit dan menepis tangan Deven. Pria tua itu bahkan memelototinya.Wajah Deven langsung berubah masam. Dia merasa Nelson benar-benar tidak tahu berterima kasih.Nelson menopangkan tangannya yang keriput dan kering ke pegangan kursi roda. Kemudian, dia berusaha sendiri mengambil tongkat naga yang tergantung di samping kursi roda.Dengan bertopang pada tongkat naga itu, Nelson berjalan tertatih-tatih menuju ke dalam vila. Tangan dan kakinya tidak bertenaga, gerakannya juga sangat lamban dan kaku.Tongkat naga itu Nelson tumpukan ke anak tangga pertama. Sambil memegang erat tongkat naganya, dia bersusah payah mengangkat satu kaki dan meletakkannya di atas tangga.Deven berdiri di belakang dengan wajah dingin, mengawasi Nelson berjuang menaiki tangga. Meski tidak ingin memedulikan pria tua itu, dia lagi-lagi teringat dengan peringatan Kyra sebelum pergi. Wanita itu mengancam tidak
Nelson mengingat pertemuan pertamanya dengan Deven. Saat itu, Deven baru masuk SMP. Irish-lah yang memperkenalkan Deven padanya.Irish berkata bahwa Deven adalah anak muda yang berbakat. Sayangnya, dia sebatang kara setelah ditinggal mati kedua orang tuanya.Nelson iba pada Deven dan membuat janji temu dengannya. Pada hari di musim dingin itu, salju menutupi bumi.Mantel Deven tidak cukup tebal. Dia mengenakan kemeja denim dan celana panjang hitam yang tipis, serta sepasang sepatu olahraga usang.Wajah Deven terlihat pucat karena kedinginan, seolah-olah tidak dialiri darah. Namun, sorot matanya Deven tegas dan punggungnya tegak.Nelson langsung berpendapat bahwa Deven bukan pemuda biasa dan pasti akan memiliki masa depan yang cerah. Sejak itu, Nelson pun mensponsori Deven sekolah dan memberinya uang saku hingga dia dewasa.Setelah lulus kuliah, Deven bertemu Kyra. Demi mengejar Deven, Kyra sengaja mempekerjakannya sebagai pengawal pribadi. Keduanya selalu bersama.Kyra tidak ingin Deve
Deven mencoba menahan dengan tangan, tetapi tongkat itu langsung menghantam telapak tangannya. Rasa sakit yang tajam menjalar di tangannya, lalu terasa kebas hingga dia tidak merasakan apa pun lagi. Bahkan, rasa sakit pun hilang.Namun, amarah di hati Nelson belum juga reda. Dia teringat janji bajingan ini yang mengatakan akan memperlakukan Kyra dengan baik. Akan tetapi, Deven malah membuat putrinya menulis surat wasiat!Kini, mereka bahkan dipaksa untuk memilih. Di antara Kyra dan Nelson, hanya satu yang bisa hidup. Bajingan ini, ibarat serigala yang menyamar sebagai manusia.Jika bukan karena Nelson menghargainya, membiayai sekolahnya, membinanya, dan membiarkannya menikahi Kyra ... jika bukan karena Kyra yang begitu mencintainya, tak mungkin bajingan ini bisa hidup seperti sekarang.Nelson teringat kata-kata Irish bahwa mereka bahkan sudah mengambil foto pernikahan. Padahal belum bercerai dengan Kyra, apalagi Nelson juga masih hidup, tetapi bajingan ini sudah berani pamer kemesraan
Sayangnya, Deven jatuh cinta pada putri musuhnya, Kyra. Mereka bahkan sudah memiliki anak bersama. Dia tidak ingin lagi menyimpan ataupun membalas dendam.Jika bisa, Deven hanya ingin menjalani kehidupan yang normal. Dia ingin menikmati kebahagiaan sederhana bersama istri dan anaknya. Meskipun Deven tidak akan mempermasalahkannya lagi, Nelson tetap berutang padanya.Saat ini, pandangan Deven terhadap ayah mertuanya begitu tajam seakan sudah menghabisinya berkali-kali.Rencana Deven adalah setelah tahun baru, dia akan membawa Kyra kembali ke apartemen mereka. Setelah anak mereka lahir, mereka akan hidup terpisah dari Nelson.Deven berniat mencari pengasuh dan menyediakan layanan terbaik untuk merawat Nelson. Kelak, dia akan menghindari bertemu dengannya sebisa mungkin.Deven percaya bahwa setelah anaknya lahir, rasa bencinya akan berkurang. Dia seharusnya bisa benar-benar melupakan dendamnya.Pria itu juga berharap bahwa Kyra akan kembali fokus pada keluarga kecil mereka dan melupakan J
Nelson melihat Deven berusaha sekuat tenaga untuk menariknya kembali ke atas. Wajah pemuda itu penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran. Sesaat, Nelson merasa bahwa Deven benar-benar ingin dia selamat.Jika saja Nelson tidak melihat surat wasiat Kyra, tidak mendengar keluhan dan air mata istrinya, tidak bertemu Irish di kafe ....Jika saja Nelson tidak mendengar dari mulut Irish bahwa Deven sudah mengambil foto pernikahan dengan wanita lain dan memiliki kehidupan baru di luar sana, mungkin Nelson benar-benar akan tergerak oleh aksi Deven saat ini.Nelson pun berteriak marah pada Deven. Dia berusaha mengatakan bahwa dia rela memberikan nyawanya pada Deven, asalkan dia tidak lagi menyusahkan Kyra dan Mia.Sayangnya, Deven terlalu sibuk menarik Nelson ke atas balkon. Dia tidak bisa memahami apa yang Nelson coba sampaikan."Pegang tanganku! Jangan lepaskan!" seru Deven. Dia menggertakkan gigi sambil berjuang untuk menarik Nelson ke atas.Nelson sangat berat sehingga Deven kesulitan menarikn
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K