Seisi kamar gelap gulita. Wanita itu menekan saklar di samping, lalu lampu seketika menyala dan kamar menjadi terang.Deven mengamati sekilas. Dekorasi kamar ini tidak buruk, jauh lebih baik daripada lingkungan di luar. Selimut tampak berantakan, tetapi tidak ada siapa pun di sana.Deven pergi ke kamar mandi dan dapur untuk memeriksa, tetapi tidak ada siapa pun. Dia bahkan membuka lemari dan menyibakkan tirai untuk mencari. Tidak ada Kyra. Seketika, wajahnya menjadi makin masam."Di mana Bu Kyra?" tanya Alex sambil menatap wanita itu dengan kesal.Wanita itu menjawab dengan bingung, "Aku nggak tahu. Dia masih di sini setengah jam lalu. Pria itu bahkan membawakannya makanan."Deven segera menemukan ransel hitam di atas lemari. Jika tidak salah, ini ransel Kyra. Dia maju dan memeriksanya. Di dalamnya terdapat termos. Kyra sering membawanya karena ini pembelian Deven.Wanita ini tidak berbohong. Kyra memang sempat tinggal di sini. Di sisi lain, Alex menemukan sebuah catatan di atas meja.
Kyra menutup pintu mobil dan berlari ke pintu masuk rumah sakit. Dia sudah berlari secepat mungkin, tetapi masih terlambat naik lift. Saking paniknya, dia pun menangis lagi.Ayahnya bisa menjadi seperti ini gara-gara dirinya. Bagaimana kabar ibunya sekarang? Tubuh Kyra masih sangat lemas karena mengalami keguguran. Dia merasa sedih sekaligus sakit karena lukanya tertarik.Ting tong! Pintu lift akhirnya terbuka. Kyra bergegas berlari masuk dan menekan tombol. Dia sudah menangis selama berjam-jam. Dia tahu nasi sudah menjadi bubur dan menangis tidak ada gunanya. Namun, dia tidak bisa mengendalikan air matanya. Tidak ada yang bisa dilakukan selain menangis!Mungkin karena menangis terlalu lama, kelopak mata Kyra sampai terasa sakit, seolah-olah ditusuk oleh jarum. Lift hanya menghabiskan beberapa detik untuk naik, tetapi Kyra merasa berabad-abad seperti telah berlalu.Ting tong! Pintu lift terbuka lagi. Kyra sontak berlari ke bangsal ayahnya. Saat ini, terlihat 3 pengawal berjaga di depan
Begitu mendengar nama Deven, bulu kuduk Kyra meremang. Tangannya sampai gemetaran. Dia merasa takut, tetapi harus menanggung semuanya demi Nelson.Kyra mengambil ponsel itu. Alhasil, nomor Deven sedang berada di luar jangkauan. Kyra mengakhiri panggilan.Mia cemas hingga berderai air mata. Kyra membantu menyeka air matanya dan berkata, "Ibu, tenang sedikit. Aku akan mencarinya. Ayah akan baik-baik saja."Seusai berbicara, Kyra berbalik dan pergi. Menurut pemahamannya terhadap Deven, si maniak kerja ini seharusnya berada di perusahaan."Kyra," panggil Mia tiba-tiba. Kyra berbalik dengan bingung. Mia maju dan meraih tangannya, lalu bertanya, "Kamu ke mana saja? Apa terjadi sesuatu padamu?"Kyra tampak ragu-ragu. Dia baru selamat dari kematian dan mengalami keguguran karena Irish. Dia belum sempat memulihkan diri."Kyra, kamu kelihatan pucat sekali. Kamu sakit? Ayahmu sudah begini. Kamu jangan berbuat bodoh. Kamu harus bisa menjaga diri sampai ayahmu bangun. Kamu sedang hamil, jadi jangan
Kyra terkekeh-kekeh. Memangnya dia yang ingin kabur? Bukankah semua ini pengaturan Deven? Benar-benar pintar berakting! Apa gunanya berpura-pura baik begini?Dengan perasaan yang tertekan, Kyra mengelus kerak jambul, lalu pergi ke balkon. Saat ini, ponsel berdering. Kyra mengira Deven yang meneleponnya. Setelah melihat nama si penelepon, tebersit kekecewaan pada sorot matanya.Ternyata dokter yang meneleponnya. Dokter bertanya dengan suara rendah, "Bu Kyra, gimana kondisimu sekarang?""Masih seperti biasa," sahut Kyra yang tidak ingin berbicara jujur. Setelah keguguran, kondisinya menjadi makin lemah.Dokter di Kota Nanrio memberi tahu Kyra bahwa dia hanya bisa bertahan paling lama sebulan jika diobati dengan baik. Jika tidak, dia bisa mati kapan saja.Dokter itu bertanya lagi, "Gimana dengan anakmu? Aku sarankan segera digugurkan. Kalau ditunda, kamu nggak akan bisa melakukan aborsi lagi nanti.""Aku keguguran. Aku lagi memulihkan diri sekarang," balas Kyra dengan lembut. Dokter itu m
Karena kesal, Deven langsung melemparkan kunci mobil ke atas lemari. Plak! Kyra yang sedang bertelepon pun terkejut hingga tubuhnya gemetaran. Begitu mendongak, dia sontak melihat Deven menghampirinya dengan ekspresi suram.Kyra ketakutan. Di sisi lain, Justin seperti bisa merasakan ada yang tidak beres sehingga bertanya, "Kenapa? Apa ada masalah?"Kyra pun memaksakan senyuman, lalu menyahut, "Aku ada urusan mendadak. Sudah dulu ya." Dia langsung mengakhiri panggilan.Kyra menggenggam ponselnya dengan erat sambil menatap Deven yang mendekat. Suara Irish tiba-tiba terngiang di telinganya. "Kamu kira aku ingin membunuhmu? Deven yang sudah nggak sabar! Suamimu ingin kamu mati! Masa kamu nggak tahu?"Ini bukan pertama kalinya Deven mencoba membunuhnya. Kyra akhirnya mengerti alasan Deven melindungi Irish. Ini karena orang di belakang Alba adalah Irish, sedangkan orang di belakang Irish adalah Deven!Jika itu dulu, Kyra pasti akan menangis kencang karena merasa hancur. Namun, sekarang dia j
Ini karena Deven mencium aroma pria lain pada tubuh Kyra. Jelas sekali, itu adalah aroma parfum Justin.Kyra merasa Deven hanya ingin mengulur waktu. Dia menggertakkan gigi sambil memohon, "Deven, tolong lanjutkan pengobatan ayahku.""Kamu nggak ngerti bahasa manusia? Aku menyuruhmu mandi dan ganti pakaian!" bentak Deven dengan murka.Ternyata Deven sudah tidak memiliki kesabaran terhadapnya. Pantas saja, pria ini sudah tidak sabar untuk melihatnya mati.Kyra merasa sangat getir. Matanya berkaca-kaca, tetapi dia tidak ingin terlihat menyedihkan di mata Deven. Dia memaksakan diri untuk tidak menangis, lalu segera pergi ke kamar.Setelah menutup pintu, Kyra bersandar di pintu yang dingin dan menangis tersedu-sedu sambil menutup mulut. Dia membatin, 'Deven, aku istrimu. Apa kamu tahu aku akan mati sebentar lagi? Kenapa kamu nggak bisa memperlakukanku dengan baik sedikit saja?'Setelah lelah karena menangis, Kyra baru menenangkan diri dan berganti pakaian. Karena khawatir Deven melihat per
Perkataan Deven langsung membuat Kyra tenang. Dia tidak memberontak dan bersikukuh dengan pendiriannya lagi. Setiap kali Deven merasa tidak puas, dia akan mendesak Kyra tunduk dengan ayahnya. Kyra mengira dirinya sudah terbiasa, tetapi sekarang dia tetap merasa kesal.Amarah Deven pun mereda saat melihat Kyra bersikap patuh. Tiba-tiba, pintu apartemen diketuk. Deven melepaskan Kyra. Pada saat bersamaan, ponsel Deven berdering. Deven menjawab panggilan telepon, lalu berbalik sambil berucap, "Irish ...."Kyra tertegun, Irish menelepon Deven? Padahal Deven baru pulang, sekarang dia hendak mencari Irish lagi? Kyra memanggil, "Deven."Kapan Nelson bisa melanjutkan pengobatan lagi? Deven sama sekali tidak memedulikan Kyra dan langsung turun ke lantai bawah. Kyra yang tidak sempat bersedih menerima panggilan telepon dari Mia.Mia bertanya dengan cemas, "Kyra, apa kamu sudah bertemu dengan Deven?""Sudah," sahut Kyra.Mia yang kebingungan menimpali, "Kalau begitu, kenapa ayahmu masih belum bis
Deven hanya memedulikan bayi dalam kandungan Kyra. Jadi, dia harus memastikan Kyra mendapatkan gizi yang cukup. Begitu anak mereka lahir, Kyra akan fokus merawat anak. Sungguh ironis, padahal dulu hubungan mereka begitu baik. Sekarang mereka hanya bisa mempertahankan hubungan dengan anak ini.Kyra hampir menangis saking paniknya, tetapi dia tidak ingin membuat Deven marah. Kyra terpaksa menarik kursi dan duduk. Dia mengambil peralatan makan dan makan dengan cepat. Air mata Kyra pun mengalir. Kondisi Nelson sekarat. Namun, Kyra malah menemani Deven makan di sini. Kyra bahkan tidak bisa menolaknya! Dia merasa sangat tersiksa.Melihat Kyra menangis, Deven mengambil tisu dan hendak memberikannya kepada Kyra. Akan tetapi, Deven teringat Kyra menghilang demi Justin. Mereka bahkan tinggal bersama. Ekspresi Deven menjadi muram. Dia meremas tisu di tangannya dan membentak, "Untuk apa kamu menangis? Kamu bisa menangis setelah ayahmu mati."Mendengar ucapan Deven, Kyra langsung menangis tersedu-s
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K