Perkataan Deven langsung membuat Kyra tenang. Dia tidak memberontak dan bersikukuh dengan pendiriannya lagi. Setiap kali Deven merasa tidak puas, dia akan mendesak Kyra tunduk dengan ayahnya. Kyra mengira dirinya sudah terbiasa, tetapi sekarang dia tetap merasa kesal.Amarah Deven pun mereda saat melihat Kyra bersikap patuh. Tiba-tiba, pintu apartemen diketuk. Deven melepaskan Kyra. Pada saat bersamaan, ponsel Deven berdering. Deven menjawab panggilan telepon, lalu berbalik sambil berucap, "Irish ...."Kyra tertegun, Irish menelepon Deven? Padahal Deven baru pulang, sekarang dia hendak mencari Irish lagi? Kyra memanggil, "Deven."Kapan Nelson bisa melanjutkan pengobatan lagi? Deven sama sekali tidak memedulikan Kyra dan langsung turun ke lantai bawah. Kyra yang tidak sempat bersedih menerima panggilan telepon dari Mia.Mia bertanya dengan cemas, "Kyra, apa kamu sudah bertemu dengan Deven?""Sudah," sahut Kyra.Mia yang kebingungan menimpali, "Kalau begitu, kenapa ayahmu masih belum bis
Deven hanya memedulikan bayi dalam kandungan Kyra. Jadi, dia harus memastikan Kyra mendapatkan gizi yang cukup. Begitu anak mereka lahir, Kyra akan fokus merawat anak. Sungguh ironis, padahal dulu hubungan mereka begitu baik. Sekarang mereka hanya bisa mempertahankan hubungan dengan anak ini.Kyra hampir menangis saking paniknya, tetapi dia tidak ingin membuat Deven marah. Kyra terpaksa menarik kursi dan duduk. Dia mengambil peralatan makan dan makan dengan cepat. Air mata Kyra pun mengalir. Kondisi Nelson sekarat. Namun, Kyra malah menemani Deven makan di sini. Kyra bahkan tidak bisa menolaknya! Dia merasa sangat tersiksa.Melihat Kyra menangis, Deven mengambil tisu dan hendak memberikannya kepada Kyra. Akan tetapi, Deven teringat Kyra menghilang demi Justin. Mereka bahkan tinggal bersama. Ekspresi Deven menjadi muram. Dia meremas tisu di tangannya dan membentak, "Untuk apa kamu menangis? Kamu bisa menangis setelah ayahmu mati."Mendengar ucapan Deven, Kyra langsung menangis tersedu-s
Deven merasa kesal saat melihat ekspresi Kyra yang putus asa. Jelas-jelas, Kyra yang bersalah kepadanya. Kenapa sekarang Kyra yang merajuk? Beraninya dia bersikap seperti ini! Deven menggebrak meja dan membentak, "Kamu berani ancam aku? Kamu nggak takut lagi?"Kyra yang ketakutan gemetaran. Dia mendongak, lalu tertawa dan menanggapi, "Bukan ancam kamu, aku cuma bicara jujur. Lagi pula, kamu sudah siapkan peti mati. Tolong kamu siapkan satu lagi, aku akan mati bersama ayahku.""Kamu sudah siap makan? Ikut aku keluar," timpal Deven dengan ketus. Dia berusaha menahan keinginannya untuk mencekik Kyra.Kyra menolak, "Aku nggak mau pergi ke mana-mana.""Kamu benar-benar mau mengurus pemakaman ayahmu? Beraninya kamu menentangku!" sergah Deven. Dia tertawa sinis, bisa-bisanya Kyra melawannya! Sekarang Kyra yang bersalah, dia yang harus memohon kepada Deven. Apa Kyra tidak bisa menyenangkan hati Deven? Seharusnya Kyra bersikap patuh!Kyra langsung tenang begitu mendengar ucapan Deven. Dia berta
Kenapa Kyra begitu lemah? Bahkan, bibirnya juga sangat pucat. Deven pun menyalakan penghangat.Saat merasakan kehangatan di jari-jarinya, Kyra baru perlahan lebih rileks. Tiba-tiba, terdengar suara Deven yang berkata, "Irish didiagnosis menderita depresi.""Oh," sahut Kyra. Dia sama sekali tidak peduli.Deven berucap dengan sinis, "Oh? Apa pendapatmu?"Kyra tidak tahu apakah Deven sengaja mencari topik pembicaraan atau Deven merasa tidak nyaman jika tidak membuatnya kesal. Irish adalah musuh Kyra, pelakor yang merusak pernikahan mereka. Dia juga pelaku yang berniat membunuh Kyra di Kota Nanrio. Sekarang Irish menderita depresi, sudah sepantasnya dia merasakan akibat dari perbuatannya! Bisa-bisanya Deven menanyakan pendapat Kyra!Kyra mencibir dan berujar, "Nggak ada."Deven menegaskan, "Bagaimana kalau aku bersikeras ingin mendengarkan pendapatmu?"Kyra mendengus, lalu menanggapi, "Orang jahat pasti akan kena karma."Kyra melirik Deven seraya menyindir, "Tenang saja, sebentar lagi kamu
Kyra tertegun. Dia yang menyebabkan Irish menderita depresi?Melihat ekspresi Kyra yang terkejut, Deven menjepit dagu Kyra makin kuat. Dia memarahi, "Nggak usah berpura-pura polos! Hanya karena Irish mengambil foto yang nggak penting, kamu menipu Irish untuk datang ke tepi danau yang nggak ada kamera pengawasnya dan menggores wajah Irish! Kyra, kamu benar-benar licik!""Irish yang bilang aku pelakunya?" tanya Kyra. Dia tertawa sinis, sekarang dia sudah paham. Ini adalah cara yang biasa dipakai Irish, berpura-pura kasihan. Jelas-jelas, Deven dan Kyra adalah pasangan suami istri. Namun, Deven malah memercayai ucapan orang luar. Apa Deven tidak bisa membedakan mana yang benar dan salah? Deven bahkan tidak menanyakan kejadiannya dan langsung menyalahkan Kyra.Apa Deven tahu waktu itu Kyra ditipu Irish pergi ke tepi danau, lalu Irish menendang perut Kyra dengan sepatu hak tinggi dan memasukkan kepala Kyra ke dalam danau? Deven tidak tahu apa-apa. Namun, Kyra baru ingat. Seharusnya Deven tah
Deven tidak tahu bahwa kata-kata itu terdengar berbeda di telinga Kyra dan sudah menimbulkan kesalahpahaman. Bagaimana menurut Kyra? Apa lagi yang bisa dia rasakan? Tindakan pria itu sudah sangat jelas.Deven bertanya lagi, "Masih ingat apa yang pernah kubilang? Kyra, jangan ganggu dia!""Aku nggak mengganggunya!" seru Kyra yang sudah kehilangan kendali.Deven tiba-tiba melepaskan dagunya, lalu berujar seraya tersenyum dingin, "Kamu bahkan sudah bikin wajahnya hancur hingga menderita depresi, tapi masih bilang nggak mengganggunya? Karena kamu, dia sudah beberapa kali coba membunuh diri. Irish sudah hampir nggak bisa bertahan hidup!""Itu cuma trik liciknya. Deven, di mana otakmu? Apa kamu buta?" maki Kyra.Deven pun mengernyit, lalu bertanya dengan kata-kata tajam, "Kamu pikir dia sejahat kamu? Suka menyakiti orang lain?"Kyra terdiam, amarahnya sudah memuncak sekarang. Jahat? Menyakiti orang lain? Apabila Kyra benar-benar jahat, mana mungkin dia akan sebodoh ini mencintai Deven? Mana
"Aku bersumpah. Kalau aku yang melukai wajah Irish dan membuatnya depresi, aku bakal mati tertabrak mobil saat keluar rumah. Aku akan mati mengenaskan!" seru Kyra sambil menangis. Urat di dahinya langsung menonjol.Deven memandangnya dengan tatapan yang rumit. Jika dia tidak melihat sendiri situasi tragis Irish, mungkin dia benar-benar akan percaya dengan omongan Kyra.Irish telah membantunya. Tanpa wanita itu, Deven tidak akan menjadi seperti sekarang. Dia tidak mungkin meragukan orang yang telah menolongnya. Jadi, dia menganggap semua ini sebagai Kyra yang sedang berakting dan mencoba menghindar dari tanggung jawab."Supaya nggak minta maaf, kamu bahkan berani mengutuk dirimu sendiri? Kyra, kamu benaran bikin aku terkejut!" ucap Deven seraya memandangnya dengan sinis.Kyra tersenyum pahit. Dia sudah menjelaskan segalanya, bahkan sudah bersumpah serapah. Namun, Deven tetap tidak memercayainya. Apa yang bisa dia lakukan? Apa lagi yang bisa Kyra lakukan?Deven memang jago membuat orang
Mia menambahkan, "Jangan bertengkar lagi sama Deven. Orang bijak tahu kapan harus mengalah. Sekarang, kita butuh bantuannya. Kalau kamu terus bertengkar dengannya, pada akhirnya yang rugi adalah Keluarga Scott, terutama ayahmu."Kyra terdiam. Dia menggigit bibirnya, merasa sangat sedih dan tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Memang benar, ayahnya masih menunggu perawatan untuk bisa pulih. Beban di pundaknya terlalu banyak. Kyra tidak punya hak untuk bertindak gegabah.Mia meratap di ujung telepon, "Kyra, anggap saja Ibu mohon padamu. Bisakah kamu bicara baik-baik dengan Deven? Kamu sudah dewasa, harus mempertimbangkan konsekuensi dalam segala hal. Kita sudah nggak bisa terus menghadapi masalah.""Ibu juga nggak mau kamu hidup susah, nggak mau kamu seperti sekarang. Tapi, Ibu nggak punya kemampuan. Kalau punya, Ibu sudah lama membawamu pergi dari tempat ini." Ucapan ibunya seperti jaring yang menutupi Kyra dan membuatnya sulit bernapas.Kyra merasa tenggorok
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K