Bibir Kyra yang lembut menutupi bibir Deven. Logika Deven juga mulai terkikis perlahan-lahan karena tindakan Kyra. Sebenarnya saat Kyra naik ke mobilnya tadi, Deven bisa saja langsung mengusirnya. Namun, dia tidak rela. Setelah membawa Kyra pulang ke rumah, entah mengapa emosi Deven langsung memuncak saat melihat sikap Kyra yang merendahkan diri sendiri.Kini, ciuman Kyra telah menumbuhkan gelora yang kuat dalam tatapan Deven. Deven langsung berbalik dan menindih tubuh Kyra. Telapak tangannya yang besar menahan belakang kepala Kyra. Sepasang matanya yang gelap menatap wajah Kyra yang indah itu dengan intens. "Kamu ingin sekali kutiduri ya? Kyra, jangan menyesal karena telah memprovokasiku. Kamu yang minta ini!"Sebelum Kyra sempat bereaksi, bibirnya telah dicumbu oleh Deven dengan kasar. Kyra agak kebingungan, kenapa jadi begini? Kyra memalingkan wajahnya sehingga ciuman Deven jatuh pada pipinya. Deven berkata, "Kenapa? Nggak mau lagi? Enyah kalau kamu nggak mau!""Penuhi permintaanku,
Kyra tiba-tiba merasa mual. Dia berusaha ingin muntah, tetapi tidak ada apa pun yang keluar dari mulutnya. Sudah beberapa kali hal seperti ini terjadi. Kyra mulai curiga apakah dia hamil? Setelah setahun berlalu, mereka hanya pernah berhubungan intim sekali di bar waktu itu.Setelah berhubungan, perutnya terasa sangat sakit sehingga dia harus membeli obat pereda nyeri di rumah sakit. Kyra sama sekali tidak ingat untuk meminum pil kontrasepsi. Kyra merasa agak panik, dia harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri.Saat berjalan ke ruang tamu, Kyra melihat ada secarik kertas memo yang ditempelkan di kulkas. Kyra mencabut kertas itu dan membacanya. Terlihat tulisan Deven.[ Kalau sudah bangun, datang ke Grup Scott untuk tanda tangan perjanjian. Datang sebelum jam 10 pagi. Nggak akan diladeni lagi kalau sudah lewat waktunya. ]Kyra tidak langsung pergi ke Grup Scott untuk mencari Deven, melainkan pergi ke rumah sakit terlebih dahulu. Saat melihat kedatangan Kyra, dokter itu mengira
Kyra membuka setumpuk kontrak yang tebal itu. Isinya adalah persyaratan yang sangat tidak adil. Dia harus pindah dari vila Keluarga Scott dan menjadi pembantu rumah tangga di rumah Deven. Benar, kata yang digunakan dalam kontrak adalah "pembantu rumah tangga". Dia harus bertanggung jawab untuk membeli bahan makanan, memasak, mengepel, dan semua pekerjaan rumah tangga.Dia harus siap kapan pun dipanggil selama 24 jam. Kecuali saat menstruasi, dia harus memuaskan kebutuhan batin Deven setiap hari tanpa batasan jumlah. Tentu saja, dia juga harus bekerja di Grup Scott sebagai petugas kebersihan, serta bertanggung jawab untuk pemeliharaan kebersihan dua gedung. Gajinya hanya dua ribu rupiah per bulan. Tidak ada hari libur dan hak untuk cuti.Setelah masa pendinginan perceraian berakhir, dia harus menghilang dan hidup kesepian sampai akhir hayat. Kyra tidak diperbolehkan untuk menikah lagi. Selama perjanjian berlangsung, Kyra tidak boleh berselingkuh dan bersikap intim dengan pria lain. Tent
"Pak Deven, tadi dia nggak sengaja menabrakku saat membawa dokumen. Aku sedang menghiburnya," kata sekretaris wanita itu dengan pelan. Setelah itu, dia pura-pura membantu Kyra memungut dokumen itu sambil berbisik mengancamnya, "Aku ini sekretaris kepercayaan Pak Deven. Kalau kamu berani mengadu, akan kuhabisi kamu ...."Tangan Kyra yang sedang memungut dokumen sontak bergetar sejenak. Ternyata wanita ini orang kepercayaan Deven. Pantas saja dia bisa sesombong ini. Kyra merasa tidak berhak mengadu karena dia beranggapan Deven mungkin akan merasa senang jika wanita ini memperlakukannya dengan buruk.Deven berdiri tidak jauh dari Kyra dan melihat Ivan yang bergegas menyusul mereka untuk membantu membereskan dokumen. Dia menyuruh sekretaris wanita itu untuk pergi melanjutkan kesibukannya sendiri. Setelah itu, Ivan ingin membantu Kyra membawakan dokumen. "Nyonya, biar aku saja. Dokumen ini berat sekali.""Bawa dokumen saja kamu nggak becus. Kyra, kamu benar-benar nggak berguna!" sindir Deve
Entah apa yang dikatakan Deven di telepon, Ivan langsung berbalik dan pergi sambil menggenggam ponselnya dengan erat.Kyra masih merasa kurang puas. Dia pergi ke toilet untuk mengambil seember air lagi, lalu menyiramkannya pada sekretaris itu. "Kamu menginjak tanganku dan menyiramku, aku menyirammu kembali dengan dua ember air. Anggap saja sudah impas. Asal kamu tahu ya, kamu nggak sama dengan Deven. Kamu nggak berhak berlagak hebat di depanku. Adukan saja sana, aku nggak masalah."Usai bicara, Kyra mengambil ember dan tongkat pelnya. Dia masuk ke lift dan pergi ke lantai selanjutnya untuk bersih-bersih. Sekretaris itu sangat marah. Dia mengira Kyra adalah orang lemah yang bisa ditindas. Sebab, Kyra tidak bersuara sama sekali saat diinjaknya tadi pagi.Pada saat ini, ponsel sekretaris itu berdering. Ivan mengirimkan sebuah pesan padanya.[ Bu Sally, tolong ke kantor presdir sekarang juga. Pak Deven mencarimu. ]Di kantor presdir.Deven menunda rapat untuk menangani masalah ini. Sekreta
Dokter dengan sangat serius menyarankan agar dia segera meluangkan waktu untuk menggugurkan kandungannya. Kondisi tubuhnya saat ini sangat lemah, penyakitnya baru saja bisa dikendalikan setelah berupaya keras. Tubuhnya sudah tidak memungkinkan untuk hamil lagi. Memaksakan diri untuk melahirkan hanya akan mempercepat kematiannya dan menyebabkan kematian pada ibu dan anak.Kyra diam-diam menutup telepon. Dia merasa sangat sedih, anaknya benar-benar bernasib malang karena terlahir di rahimnya. Masih belum lahir saja sudah harus digugurkan Air mata jatuh berderai-derai dan pada saat itu juga telepon dari Deven masuk. Kyra tidak ingin menjawabnya karena hatinya masih terlalu sakit. Oleh karena itu, dia mematikan telepon dan menonaktifkannya.....Deven baru saja selesai rapat dan Sally juga sudah meninggalkan Grup Scott. Deven tidak tahu apakah Kyra sudah pulang atau belum. Seharian ini dia tidak mendapat kabar apa pun dari Kyra, sehingga dia memutuskan untuk meneleponnya.Namun, Kyra malah
Ikut pulang dengannya? Mendengar ucapan ini, Kyra langsung terbengong. Memangnya mereka masih serumah? Sebelum ayahnya kecelakaan, hubungan mereka sangat mesra. Setiap kali Deven membuatnya kesal, dia akan menggendong Kyra seperti ini dan membujuknya pulang.Mengingat kembali semua kejadian masa lalu dan hubungan mereka yang semakin menjauh sekarang, hati Kyra menjadi sangat sedih. Hari ini Kyra sudah terlalu lelah dan tidak ingin bekerja lagi. Bersandar di dada Deven membuat hatinya terasa tenang.Setelah turun ke lantai bawah, Deven melepaskan gendongannya dan berkata, "Kenapa kamu jadi nggak higienis sekarang? Pakaianmu kotor sekali, cepat ganti dengan pakaianmu sendiri!"Kehangatan yang baru dirasakannya tadi, kini telah menghilang. Kyra ingin sekali membalas, bukankah kamu yang menyuruhku memakai ini? Dasar munafik!Namun karena sudah tidak makan seharian, Kyra tidak punya tenaga untuk bertengkar lagi. Kyra pergi ke gudang untuk mengganti pakaiannya.Kyra ingin duduk di kursi bela
Mata Kyra memancarkan kekecewaan, seolah-olah baru tersadar dari mimpi. Benar, dia hanyalah pembantu di rumah Deven. Tidak mungkin Kyra masih berharap bisa berjalan-jalan di mal sambil bergandengan tangan dengan Deven seperti dulu.Kyra mentertawakan dirinya sendiri sambil menggigit bibir dengan getir. Jemarinya yang lentik terkepal dengan erat seraya berkata, "Maaf, aku yang terlalu berharap. Kamu pulang saja dulu, aku akan pulang setelah selesai belanja nanti."Setelah berkata demikian, Kyra berbalik dan masuk ke dalam supermarket. Meskipun Kyra tahu bahwa Deven membencinya dan hanya ingin menyiksanya, hatinya tetap saja terasa sedih saat mendengar perkataan Deven yang ketus.Air mata berderai menyusuri wajahnya. Saat memasuki supermarket, sebuah gelombang panas menyambutnya. Kyra langsung mengusap air matanya dengan tangan. Setelah bertanya pada pramuniaga, Kyra akhirnya menemukan area penjualan perlengkapan mandi. Dia meletakkan troli belanja di samping dan melihat rak-rak dengan c
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K