Namun, begitu Kyra mengungkit tentang penjamin Keluarga Scott, Deven langsung teringat pada kebenciannya.Ketika Deven berbalik dan hendak pergi, Kyra buru-buru mengadang jalannya. Di bawah tatapan terkejut Deven, Kyra sontak berlutut, sama seperti saat Kyra berlutut di depan Grup Scott pada hari salju itu.Manusia akan menurunkan harga diri saat menghadapi situasi terdesak. Ini adalah salah satu bukti bahwa seseorang telah dewasa.Dulu, Deven mengundang banyak awak media untuk mempermalukan Kyra. Sekarang, hanya ada Deven yang menyaksikan Kyra berlutut.Demi mengumpulkan biaya pengobatan Nelson, Kyra bersujud tiga kali dengan kuat sampai-sampai terdengar suara benturan yang cukup kuat. Dahi Kyra terluka dan berdarah, tetapi semua ini bukan masalah. Dia rela mengorbankan harga dirinya demi mendapat persetujuan Deven."Deven, kumohon, tolong turuti permintaanku. Aku sudah buntu, hanya kamu yang bisa membantu. Kalau kamu masih belum puas, aku akan berlutut di luar dan berlutut selama yan
Dilihat dari sampulnya, diari ini seharusnya sudah dipakai cukup lama. Deven sangat penasaran dengan hal yang ditulis Kyra. Apakah tentang rahasia besar Kyra yang tidak pernah diungkapkan atau tentang penyesalan dan kebencian?Ketika Deven hendak membukanya, tiba-tiba terdengar gumaman Kyra. "Deven ... Deven ...."Deven meletakkan kembali diari itu. Setelah dipikir-pikir, tidak ada gunanya membaca diari Kyra lagi. Hubungan mereka sudah seburuk ini dan tidak akan bisa kembali seperti dulu lagi.Bagaimanapun, hubungan mereka sudah salah sejak awal. Tidak ada gunanya mempertahankan apa pun. Deven tidak akan pernah menyangka bahwa dirinya hampir menggila saat membaca diari itu setelah Kyra meninggal nanti.Kyra masih memanggil Deven. Deven mendekati Kyra, lalu membungkuk untuk mendekatkan telinga ke bibir Kyra supaya bisa mendengar lebih jelas."Deven, tolong bantu aku menjaga keluargaku. Kumohon ...." Kyra sepertinya sedang bermimpi buruk karena air matanya terus mengalir.Ekspresi Deven
Setelah merapikan diri, Kyra mengemudikan mobilnya ke Grup Scott. Dia tidak menemukan Deven di ruang kantor. Ke mana pria ini pergi? Deven tidak seharusnya tidak datang karena dia seorang maniak kerja.Kebetulan, Alex memasuki ruang presdir. Ketika melihat Kyra, dia cukup terkejut dan bertanya, "Bu, kenapa kamu di sini?""Aku menunggu Deven, mana dia?" tanya Kyra yang bangkit dari sofa.Alex mengambil dokumen di atas meja sambil menyahut, "Pak Deven lagi rapat. Kepalamu terluka, Bu?""Oh, aku nggak sengaja terjatuh dari tangga," balas Kyra sambil tersenyum."Kamu sudah ke rumah sakit belum? Jangan sampai infeksi lho," ujar Alex untuk memperingatkan."Sudah, bukan masalah besar." Kyra mengalihkan topik pembicaraan. "Kapan rapatnya akan selesai?"Alex berpikir sejenak sebelum menimpali, "Hari ini semua klien besar datang, mungkin jam makan siang baru selesai. Ada urusan apa, Bu? Biar kusampaikan kepada Pak Deven."Alex bermaksud baik. Dia khawatir Kyra merasa bosan karena menunggu terlal
"Seharusnya akan berakhir sebelum pulang kerja. Nyonya, bagaimana kalau kamu pulang dulu? Setelah kami selesai di sini, aku akan kirim pesan untukmu dan kamu kemari lagi?" Ivan mengira Kyra kebosanan, sehingga dia mengusulkan, "Kalau nggak, kamu bisa habiskan waktu dengan berkeliling mal dulu juga boleh."Kyra tidak beranggapan demikian. Agar masalahnya tidak semakin panjang lagi, dia menggelengkan kepala untuk menolaknya. Demikianlah, Kyra duduk dari jam 9.30 pagi sampai pukul 10 malam. Semua karyawan Grup Scott juga sudah pulang kerja, tapi Deven masih belum keluar dari ruang rapat.Kyra tidak tahu, apakah Deven benar-benar sesibuk itu atau hanya sengaja menghindarinya. Namun, Kyra punya banyak waktu sehingga dia tidak keberatan untuk menunggu. Tiba-tiba, perut Kyra terasa mual. Dia berlari ke toilet dan muntah-muntah. Wajahnya menjadi merah padam karena terus berusaha muntah. Akan tetapi, tidak ada apa pun yang keluar dari mulutnya.Kyra merasa aneh, kenapa akhir-akhir ini dia terus
"Janji apa?""Deven, kamu nggak berniat untuk ingkar janji, 'kan? Semalam, kamu jelas-jelas bilang akan mempertimbangkan untuk membantu Keluarga Scott kalau aku berlutut memohon padamu.""Aku bilang mempertimbangkan, bukan berjanji. Kamu sendiri yang bodoh, memutuskan untuk berlutut padaku, salah siapa?""Deven, kamu sengaja, ya!""Sepertinya kamu sering melakukan hal-hal bodoh, misalnya waktu kamu memotong pergelangan tanganmu. Aku menyuruhmu bunuh diri dan kamu benar-benar melakukannya. Entah siapa yang sebodoh itu menyelamatkanmu. Kalau aku jadi dia, aku pasti nggak akan menyelamatkanmu. Orang sepertimu yang nggak menghargai nyawanya memang pantas mati!" Deven tertawa sinis.Kyra tahu Deven adalah bajingan, tapi dia tidak menyangka Deven akan sejahat ini. Dia bisa berubah pikiran dalam waktu singkat. Kyra menatapnya dengan marah. Tubuhnya juga gemetaran karena emosi saat bertanya, "Kamu mempermainkanku?""Aku memang mempermainkanmu, lalu kenapa? Apa yang bisa kamu lakukan padaku? Ky
Deven mengencangkan sabuk pengamannya dan mendengar suara pintu mobil tertutup. Saat melihat wanita yang duduk di kursi penumpang, dia mendengus dengan marah, "Siapa yang menyuruhmu masuk? Keluar!"Kyra merasa sakit hati mendengar Deven mengusirnya sekasar itu. Namun, dia tetap berpura-pura tidak peduli dan tersenyum, "Kalau mau aku keluar, kamu harus setuju dengan permintaanku.""Jangan bermimpi!""Nggak masalah, Deven. Selama kamu nggak setuju, aku akan terus mengikutimu. Ke mana pun kamu pergi, aku akan ada di sana. Lagi pula aku nggak merasa canggung, yang merasa canggung itu kamu." Kyra menatapnya dengan percaya diri, "Mobil ini dibeli setelah kita menikah, jadi setengahnya milikku juga. Kita baru mendaftarkan perceraian, tapi belum benar-benar bercerai. Kalau bukan aku yang duduk di kursi ini, siapa lagi? Irish?""Kamu benar-benar mau ikut? Baiklah, ikut saja!" kata Deven dengan nada dingin sambil memutar setir.Melewati sebuah tikungan yang tajam, Kyra hampir terlempar ke kaca d
Hanya karena Kyra mengambilkan makanan untuknya, Deven langsung meletakkan sendoknya. Setelah itu, dia menutup kotak makanannya dan membuang semuanya ke tempat sampah."Deven, aku berbaik hati memasakkan makanan untukmu. Kamu malah memperlakukanku seperti ini?" Kyra memelototi pria itu sambil menggenggam erat sendoknya.Deven hanya memberikan ekspresi dingin pada Kyra, "Memangnya aku yang menyuruhmu masak? Sudah selesai makan belum? Kalau sudah selesai, silakan pergi!" Ini adalah kedua kalinya Deven mengusirnya hari ini.Hati Kyra terasa sedih. Padahal dia sudah bersusah payah memasak untuknya, tapi Deven malah memperlakukannya dengan kejam. Seketika, mata Kyra langsung memerah, "Deven, jangan terlalu kasar kalau bicara.""Ini yang kamu sebut kasar? Aku masih punya ucapan yang lebih kasar lagi, kamu mau dengar? Kyra, kalau aku jadi ayahmu, hal pertama yang kulakukan setelah siuman nanti adalah memukulmu sampai mati! Dia sudah terbaring sekarat di rumah sakit, kamu masih nggak merawatny
Kyra masih terus mengoceh, tetapi Deven tidak bereaksi sama sekali. Sungguh konyol, Kyra bahkan mengira Deven akan merasa iba padanya. Namun, mana mungkin seorang pria yang bisa mengutus Alba untuk membunuhnya dan begitu mengharapkan kematian istrinya ini bisa berbelaskasihan padanya?Kyra mengusap air matanya dan berkata, "Ucapanku masih sama seperti sebelumnya. Setujui permintaanku atau aku akan tetap mengikutimu seperti sekarang ini. Kalau bisa, kamu bunuh saja aku.""Maksudnya kamu bahkan nggak tahu malu lagi?" tanya Deven."Aku nggak butuh itu. Mulai hari ini, aku akan tinggal di sini," ujar Kyra.Malamnya setelah selesai mandi. Usai mengeringkan rambutnya, Kyra membuka pintu kamar. Deven yang mengenakan piama sutra berwarna abu-abu sedang berbaring di ranjang sambil membaca buku. Saat mendengar suara langkah kaki, dia langsung mendongak dan melihat Kyra masuk. Seketika, dia langsung menutup bukunya dan membentak, "Siapa yang menyuruhmu masuk? Keluar sana!"Kyra berpura-pura tidak
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K