"Diam!" pekik Kyra lagi. Dia ingin menutup telinganya kembali karena tidak ingin mendengar apa pun dari Deven.Namun, makian Deven terus terdengar dan menyakiti hati Kyra. "Ayahku nggak pernah melakukan kesalahan apa pun, tapi ayahmu malah membunuhnya! Ayahmu memang tercela!""Kyra, begitu melihatmu, aku langsung ingin mencekikmu hingga mati. Tapi, aku harus berpura-pura mencintaimu untuk mendapat kepercayaan kalian. Aku merasa jijik setiap kali berciuman dan tidur bersamamu.""Setiap malam, aku terus bermimpi tentang orang tuaku yang mati tragis dan ibuku yang memakiku karena nggak membalas dendam. Setelah setahun, hari ini akhirnya tiba. Permainan baru dimulai. Kamu dan keluargamu harus mati!"Kyra frustrasi hingga berteriak histeris. "Ah!""Dasar bodoh! Sekarang kamu tahu betapa aku ingin kalian mati, 'kan? Kamu malah berharap aku menjaga keluargamu dan merawat si tua bangka itu? Jangan mimpi!""Aku nggak bakal mengampuni Nelson begitu saja. Setelah ayahmu mati, ibumu pasti akan men
Kyra memandang ke sekeliling. Jalan aspal ini sangat sempit, hanya muat untuk satu mobil. Di samping jalan, terdapat ladang sayur yang luas dan gelap, membuat suasana terkesan mengerikan. Tidak ada seorang pun di tempat ini, apalagi mobil.Banyak pecahan kaca tipis yang tertancap pada telapak tangan Kyra. Dia kesakitan hingga tak kuasa menangis. Dia bahkan kesulitan berdiri karena salah satu lengannya mengalami dislokasi. Dia harus segera meninggalkan tempat ini dan pergi ke rumah sakit.Meskipun sekarang sudah awal musim semi, suhu di malam hari masih dingin. Kyra yang memakai sepatu olahraga pun berjalan dengan susah payah. Lambat laun, kakinya terasa kebas.Apa yang harus dilakukannya sekarang? Tempat apa ini .... Kyra tersenyum getir. Sepertinya, Deven memang sangat membencinya. Jika tidak, mana mungkin meninggalkannya di tempat seperti ini?Tiba-tiba, sebuah mobil hitam kembali. Tanpa perlu dilihat, Kyra sudah tahu siapa pengemudinya. Deven membunyikan klakson sebagai isyarat agar
Setelah keluar dari rumah sakit, Deven masih tidak menoleh menatap Kyra, melainkan menuju ke mobilnya. Meskipun terlihat gagah, Kyra justru merasa Deven terlihat kesepian dan lelah. Hanya saja, pria ini masih terus berusaha bertahan."Deven," panggil Kyra tiba-tiba. Deven menghentikan langkah kakinya. Kyra menatap punggungnya sambil meneruskan, "Terima kasih sudah memberitahuku kebenarannya hari ini. Terima kasih juga sudah mengantarku ke rumah sakit."Jika Deven tidak memberinya tumpangan, Kyra pasti masih terjebak di tempat itu. Deven terkekeh-kekeh dan membalas, "Ini supaya aku bisa menyiksamu lebih baik. Jangan berpikir terlalu jauh."Usai mengatakan itu, Deven masuk ke mobilnya, tetapi tidak langsung pergi. Dia duduk di dalam dan menatap Kyra lekat-lekat. Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Alex. "Utus orang untuk mengawasi Kyra.""Baik, Pak." Alex mengiakan.Setelah pulang ke vila, Kyra masuk ke kamarnya dan tidak menyalakan lampu. Dia duduk di ranjang sambil m
Kyra mendongak menatap foto mertuanya. Wajah ayah Deven agak tembam, sedangkan ibunya tidak tersenyum. Meskipun begitu, ibunya cantik alami."Ayah, Ibu, entah kalian masih ingat padaku nggak? Aku Kyra, istri Deven sekaligus menantu kalian. Seminggu lalu, kita sempat bertemu. Maaf, maaf sekali. Aku mewakili ayahku dan Keluarga Scott meminta maaf pada kalian.""Di mataku, ayahku adalah pria paling baik di dunia ini. Aku nggak sangka dia akan melakukan tabrak lari, bahkan menyuruh orang membunuh kalian. Maaf. Aku tahu dosa ayahku nggak terampuni lagi. Sekarang Paman Raul dipenjara dan ayahku juga koma karena kecelakaan.""Sementara itu, aku yang merupakan anak pembunuh didiagnosis kanker hati stadium akhir. Aku belum tentu bisa bertahan bulan ini. Maaf sekali. Aku baru tahu kesalahan ayahku. Dulu aku selalu mengira Deven nggak tahu terima kasih, tapi sekarang aku sudah mengerti semuanya. Ini bukan kesalahannya.""Deven pantas membenciku dan mengharapkan kematianku. Hanya dengan mati, aku
Kyra hanya mendengarkan tanpa merasa marah sedikit pun. Kalau belum mengetahui kebenaran, Kyra mungkin akan mengamuk karena ini. Sekarang dia sudah tahu semuanya. Kapan dendam akan berakhir kalau mereka terus membalas dendam?Yang dikatakan Deven tidak salah. Keluarga Scott memang berutang pada Keluarga Gale. Hanya saja, Kyra tidak menyangka Deven akan mengetahui gerak-geriknya. Kyra tidak marah, dia tidak ingin membalas Deven dengan perkataan pedas.Kyra mengakhiri panggilan dengan tenang, lalu membeli tiket pesawat untuk pulang pada malam itu juga. Setelah pulang, Kyra merasa agak pusing sehingga ingin memasak di dapur. Tiba-tiba, hatinya terasa sakit lagi, seolah-olah ada ribuan semut yang menggerogotinya.Kyra mundur dengan sempoyongan, lalu mengeluarkan obat pereda sakit dari lemari dan buru-buru memakannya. Kemudian, dia tinggal minum air untuk meredakan pahitnya.Tidak ada masakan di vila ini. Selesai memasak mie, Kyra duduk di depan meja makan. Sebenarnya Kyra tidak menyukai mi
"Biaya pengobatan ayahmu sangat mahal. Kalau bercerai dari Deven, kita nggak bakal sanggup bertahan. Kamu ingin bercerai karena Irish, ya?""Kyra, aku sudah melewati banyak hal. Aku tahu kamu sedih melihat pria yang kamu cintai bersama sahabat sendiri. Tapi setelah makin dewasa, kamu akan mengerti kalau cinta itu nggak berguna. Sebaiknya kamu anggap Deven sebagai mesin ATM dan pura-pura nggak tahu perbuatannya.""Kalau bercerai, kamu akan sulit untuk menemukan pasangan baru karena ayahmu masih koma. Keluarga kaya nggak bakal menerima keluarga kita yang begitu kacau.""Ayahmu begitu baik dan sukses. Saat muda, dia juga pernah selingkuh sekali dan ketahuan olehku. Aku juga meminta cerai, tapi dia tulus meminta maaf dan ingin berubah. Setelah nggak berhubungan dengan para wanita di luar, dia menjadi makin baik padaku dan pernikahan kami bertahan sampai sekarang.""Sekarang, aku merasa semua masalah yang pernah terjadi adalah bumbu-bumbu kehidupan yang menguatkan kami. Deven juga akan bosa
"Aku datang untuk memeriksa kondisimu. Kenapa kamu masih belum mati?" balas Deven dengan dingin.Tangan Kyra yang berada di atas pahanya sontak terkepal erat. Dia berpikir, jika tubuhnya sakit, mungkin hatinya tidak akan terasa sakit.Mereka adalah suami istri yang sah di mata hukum, tetapi Deven terus mengharapkan kematiannya. Entah sudah berapa kali Deven mengungkit hal ini. Kyra sendiri sampai sudah lupa.Deven tersenyum tidak acuh kepadanya, lalu bertanya, "Bukannya kamu terus bilang ingin mati? Sekarang kebenaran sudah terungkap, kenapa kamu masih belum mati? Masa kamu ingkar janji?"Kyra menggigit bibirnya sambil menatap Deven dengan ekspresi datar. Dia tahu Deven mencoba memprovokasinya, tetapi dia tidak boleh marah. Dia harus membuat Deven menjadi penjamin Keluarga Scott.Keluarga Scott telah hancur dan ada banyak orang yang mengincar mereka sekarang. Orang-orang itu berharap mendapatkan bagian setelah perusahaan bangkrut.Kesehatan Kyra sudah makin memburuk. Kalau Deven mengab
Namun, begitu Kyra mengungkit tentang penjamin Keluarga Scott, Deven langsung teringat pada kebenciannya.Ketika Deven berbalik dan hendak pergi, Kyra buru-buru mengadang jalannya. Di bawah tatapan terkejut Deven, Kyra sontak berlutut, sama seperti saat Kyra berlutut di depan Grup Scott pada hari salju itu.Manusia akan menurunkan harga diri saat menghadapi situasi terdesak. Ini adalah salah satu bukti bahwa seseorang telah dewasa.Dulu, Deven mengundang banyak awak media untuk mempermalukan Kyra. Sekarang, hanya ada Deven yang menyaksikan Kyra berlutut.Demi mengumpulkan biaya pengobatan Nelson, Kyra bersujud tiga kali dengan kuat sampai-sampai terdengar suara benturan yang cukup kuat. Dahi Kyra terluka dan berdarah, tetapi semua ini bukan masalah. Dia rela mengorbankan harga dirinya demi mendapat persetujuan Deven."Deven, kumohon, tolong turuti permintaanku. Aku sudah buntu, hanya kamu yang bisa membantu. Kalau kamu masih belum puas, aku akan berlutut di luar dan berlutut selama yan
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K