Tanpa belas kasihan, Deven menekan dagu Kyra dengan kuat. Kyra kesakitan hingga matanya berkaca-kaca. Namun, dia berusaha menahan air matanya karena tidak ingin terlihat begitu menyedihkan di mata Deven."Bukannya kamu sangat ingin telanjang? Ayo, aku akan memberimu kesempatan sekarang," ucap Deven sambil tersenyum menghina. Senyuman itu bagaikan pisau yang menusuk hati Kyra. Ternyata hinaan tadi masih belum cukup.Kyra menunjukkan senyuman. Namun, karena dagunya masih ditekan oleh Deven, senyumannya terlihat sangat jelek. Dia berkata, "Pak Deven, aku bukan menari untukmu.""Kalau begitu, kamu menari untuk siapa?" tanya Deven."Yang jelas bukan untukmu," sahut Kyra.Tenaga Deven menjadi makin besar. Kyra kesakitan hingga meneteskan air mata. Air matanya pun mengenai punggung tangan Deven.Melihat ini, Deven memicingkan matanya dan bertanya, "Kamu ingin Pak Otis berbicara denganmu?"Lagi-lagi ancaman. Kyra tertawa saking kesalnya. Kemudian, dia menyentuh ritsletingnya dan sontak menarik
Wanita di depan Deven sungguh sempurna. Sudah setahun dia tidak melihat Kyra seperti ini. Kyra kehilangan cukup banyak berat badan, tetapi masih menawan seperti dulu.Bibir Deven seketika terasa kering dan kepalanya agak pusing. Dia menggeleng dengan kuat, lalu melepaskan Kyra dan memegang panel pintu.Deven tahu efek obat telah bekerja. Hanya saja, dia tidak menyangka wanita yang diatur oleh Otis adalah Kyra. Itu sebabnya, dia meminum anggur tersebut.Deven memegang dahinya sambil menahan diri. Dia tidak boleh melakukan apa pun terhadap Kyra. Wanita ini adalah putri pembunuh orang tuanya.Kyra tidak menyadari keanehan Deven. Dia membungkuk, lalu memungut pakaiannya dan segera memakainya kembali. Dia ingin meninggalkan tempat ini secepat mungkin.Sebelum sempat menarik ritsleting, Deven tiba-tiba mengangkat Kyra dan membawanya ke kamar tidur di dalam ruangan. Kyra yang merasakan sesuatu pun mencoba melepaskan diri sambil berseru, "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!"Saat berikutnya,
Kyra meneteskan air mata karena gigitan itu. Apa Deven ini anjing? Sementara itu, Deven yang merasa tidak puas menggigit lagi hingga bibir Kyra berdarah.Beberapa hari ini, Deven benar-benar gusar dibuat wanita ini. Jelas-jelas Kyra yang mengungkapkan perasaannya duluan dan berkata ingin bersamanya untuk selamanya, tetapi sekarang malah terus meminta bercerai.Kyra adalah putri dari musuh bebuyutannya. Atas dasar apa mengusulkan perceraian? Deven telah melakukan begitu banyak hal secara diam-diam. Nelson si bajingan itu pantas mati, tetapi Deven merasa tidak tega sehingga membayar biaya pengobatannya.Ketika Kyra pergi ke Desa Triron untuk menyelidiki kebenaran, wanita ini dibuntuti oleh Alba. Deven yang mengetahuinya pun mengutus Alex untuk menjaga Kyra karena takut terjadi sesuatu padanya. Jika tidak, mana mungkin Kyra masih hidup sekarang?Kyra memang tidak tahu berterima kasih. Kyra telah mempermainkan perasaannya, tetapi Deven masih bisa tergerak dibuatnya ....Perasaan Deven berg
Sebelum Kyra sempat merespons, ponselnya tiba-tiba terjatuh dan Deven memulai aksinya. Kyra berusaha keras menahan air matanya. Ini adalah transaksi, dia tidak perlu menangis.Efek obat itu sangat mengerikan. Deven melakukannya sampai berjam-jam. Dulu, Deven selalu memperlakukannya dengan lembut saat bercinta. Dia tidak ingin Kyra merajuk karena kesakitan.Namun, sekarang semua telah berubah. Kyra merasa dirinya hampir mati di ranjang. Semua organ dalamnya seolah-olah ditusuk jarum yang tak terhitung jumlahnya. Dia kesakitan hingga matanya berkaca-kaca dan tak kuasa meringkuk.Deven masih tidak ingin berhenti. Kyra mencengkeram lengan Deven dengan erat sambil bertanya, "Deven, kamu bisa berhenti dulu nggak? Aku ... rasanya sakit sekali."Kyra tidak tahu rasa sakit ini karena dirinya kelelahan atau karena sel kanker menyebar. Deven pun melirik wajah Kyra yang berlinang air mata, lalu menambah kecepatan sambil mencela, "Kamu kira semudah itu mendapat 10 miliar?"Ucapan pria ini cukup mas
Kyra ingin memberi tahu Deven rahasianya ini. Jika tidak, dia mungkin akan mati kesakitan di sini. "Deven, sebenarnya aku ...."Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu kamar mereka. Ponsel Deven juga berdering. Dia menerima panggilan, lalu berbalik dan keluar untuk membuka pintu. Kyra hanya bisa menelan kata-katanya kembali.Setengah jam kemudian, Deven kembali dan melemparkan kantong kertas ke depan Kyra. Kantong kertas itu mengenai tangan Kyra, tetapi dia tidak merasa sakit karena ada yang jauh lebih sakit.Sweter, celana jeans, kaus kaki. Beberapa barang itu keluar dari kantong kertas, tampak berserakan di karpet."Pakai pakaianmu, lalu hapus dandananmu. Masa kamu nggak merasa malu dengan penampilanmu yang seperti itu?" Deven melemparkan sweter putih itu ke wajah Kyra, lalu berbalik dan masuk ke kamar mandi lagi.Ketika Deven keluar, Kyra sudah mengenakan pakaiannya dan hendak pergi ke kamar mandi untuk menghapus riasannya. Rasa sakit itu tiba-tiba menghilang, jadi Kyra tidak perlu memb
Deven tentu memperhatikan gerak-gerik Kyra ini. Wanita ini sepertinya ingin muntah? Wajahnya juga pucat pasi seperti orang sakit.Deven ingin bertanya, tetapi Kyra terus batuk, bahkan mencengkeram perutnya sambil mengernyit dengan kuat. Pada akhirnya, Deven tidak bisa menahan diri lagi sehingga bertanya, "Kamu kenapa?"Kyra merasa geli karena darah memenuhi tenggorokannya. Dia terbatuk beberapa kali sebelum mendongak dan bertanya balik, "Kamu masih bisa peduli padaku?""Aku cuma penasaran kapan kamu mati. Soalnya, aku sudah lama membelikanmu peti mati, 'kan?" Deven jelas-jelas mencemaskan Kyra, tetapi malah melontarkan kalimat seperti ini. Dia tidak boleh menunjukkan kepeduliannya. Kyra adalah putri pembunuh. Deven seharusnya menantikan kematian wanita ini.Kyra tersenyum sambil mengejek, "Kamu begitu nggak sabar untuk menikahi Irish, ya?""Terserah kamu mau bilang apa," balas Deven dengan dingin tanpa menatap Kyra."Deven, dulu aku mengira aku akan menjadi wanita paling bahagia setela
Di ruangan dokter, Kyra membuka botol obat pereda sakit. Dia menuangkan obat ke tangan, lalu memasukkannya ke mulut. Dokter menyodorkan segelas air dan Kyra buru-buru meneguknya karena obat itu terlalu pahit.Setelah menelan obat, Kyra meminum dua gelas air lagi untuk menghilangkan rasa pahit itu. Dokter mengernyit melihat wajah pucat Kyra dan berkata, "Bu, penyakitmu makin buruk. Satu obat botol pereda sakit nggak akan cukup lagi untuk sekarang. Kamu harus meningkatkan dosismu. Aku akan meresepkan beberapa botol untukmu. Jangan buat hilang lagi, kondisi seperti itu sangat bahaya.""Terima kasih, Dokter." Kyra mengambil ketiga botol obat itu sambil tersenyum, lalu memasukkannya ke kantong kertas."Sebaiknya kamu beri tahu suamimu tentang ini. Seingatku, kamu sudah menikah," usul dokter itu dengan tatapan rumit.Suami? Deven mungkin akan bertepuk tangan dan bersorak gembira karena peti mati yang dibelinya akhirnya bisa digunakan. Kyra tidak ingin dirinya mati kesal dibuatnya. Lagi pula,
Alhasil, Deven malah mengatakan dirinya bukan suami Kyra. Dokter itu pun mengernyit sambil bertanya, "Kamu teman Kyra?"Kyra sepertinya tidak punya teman karena selalu datang sendirian. Lantas, siapa pria ini? Deven mengernyit dengan kesal dan membalas, "Jangan banyak tanya. Apa aku perlu menyuruh direktur rumah sakit kemari?"Kelopak mata dokter itu sontak berkedut. Dia pun mengerti bahwa pria ini bukan orang yang bisa diusiknya. Namun, dia tidak boleh membocorkan informasi pasien sehingga hanya bisa berbohong, "Bu Kyra cuma salah makan. Nggak ada masalah besar."Begitu ucapan ini dilontarkan, Deven pun terkekeh-kekeh. Ternyata hanya salah makan? Wanita ini memang penipu.Kerisauan dalam hati Deven akhirnya mereda. Dia berbalik dan meninggalkan ruangan dokter. Lagi pula, mana mungkin wanita keras kepala seperti Kyra sakit? Mulai sekarang, dia tidak akan percaya pada wanita itu lagi.Alex mengikuti di belakang Deven dengan bingung. Bukankah bagus jika Kyra baik-baik saja? Kenapa wajah
"Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar
Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat
Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan
"Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs
Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l
Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda
Kyra benar-benar bahagia. Tidak ada sedikit pun kesedihan dalam hatinya.Tiba-tiba, pintu bangsal terbuka. Angin dingin berembus masuk, membuat Kyra yang berbaring di lantai merasa makin dingin hingga tubuhnya gemetaran.Saat berikutnya, Kyra mendengar suara pintu ditutup dan suara langkah kaki yang terburu-buru. Dia menunduk, lalu melihat sepasang sepatu kulit yang dibelinya sebelum perang dingin dengan Deven.Dulu, Kyra sangat senang melihat Deven memakai sepatu kulit ini. Namun, sekarang dia buru-buru mengalihkan pandangan karena tidak ingin melihatnya.Organ dalamnya terasa makin sakit, seperti ada kapak yang membelah seluruh organ dalamnya. Rasa sakit ini sungguh menusuk.Kyra tidak bisa menahan kesakitan ini. Dia menggigit bibirnya sambil menangis sesenggukan. Deven awalnya marah, tetapi ketika melihat Kyra begitu kasihan, amarahnya langsung sirna dan digantikan dengan rasa iba.Deven berjongkok untuk menggendong Kyra ke ranjang. Kesehatan Kyra sangat buruk. Kyra tidak seharusnya
Sudah gila?Kyra menggigit bibirnya yang kering dan pecah-pecah hingga meneteskan darah. Setelah mengalami semua ini, apa tidak sepantasnya Kyra kehilangan kewarasannya? Dia meringkukkan tubuhnya dan memeluk kedua kakinya dengan erat. Sekujur tubuhnya gemetaran hebat.Perawat itu terkejut melihat situasi ini. Setelah menjadi perawat selama bertahun-tahun, baru kali ini dia melihat pasien yang begitu keras kepala. Karena takut akan terjadi kecelakaan medis, perawat itu buru-buru berlari ke luar ruangan untuk mencari Deven.Pada saat ini, Deven sedang bersandar di koridor. Alex sedang melaporkan sesuatu padanya, "Pak Deven, tubuh Bu Kyra sudah sangat parah sekarang. Kalau masih terus mogok makan, kondisinya akan semakin gawat."Deven mengerutkan alisnya dalam-dalam. Awalnya, dia mengira Kyra hanya bercanda karena ingin membuatnya kesal. Tak disangka, Kyra benar-benar serius. Saat Deven baru hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara perawat."Pak Deven, gawat!" teriak perawat i
Kyra mengulurkan tangannya karena kesakitan. Ternyata rasa sakit yang ditimbulkan karena penyakit kanker begitu menyiksa. Mana mungkin semudah itu tidak mau minum obat? Baru permulaan saja Kyra sudah tidak sanggup bertahan!Kyra ingin minum obat untuk meredakan rasa sakit di tubuhnya. Perawat itu menyerahkan obat pereda nyeri ke telapak tangan Kyra yang dingin. "Ayo cepat diminum."Dalam benak Kyra tiba-tiba teringat dengan ucapan Deven tadi. "Kyra, apa lagi ulahmu? Apa ini saat yang tepat untuk mengambek?""Kamu punya dua pilihan. Pertama, jalani pengobatanmu dan tetap menjadi istriku. Kedua, biarkan dirimu hancur begitu saja, mati sebagai istriku dan terpisah selamanya dari pria murahan yang ada di hatimu."Di depan mata Kyra, kembali terbayang saat Nelson terjatuh dari balkon. Dia terhempas ke tanah dan meninggal dengan mata terbuka. Dengan darah yang dimuntahkannya, Nelson menuliskan kode brankas ruang kerja di tanah. Ternyata kodenya adalah tanggal lahir Kyra.Tak lama kemudian, K