Sementara itu di pulau dewata, Bali. Rey sudah seminggu menghindar dari Anggela karena harus fokus mencari bukti lebih banyak, info yang didapat dari Anggela sudah cukup baginya untuk mendapat petunjuk. Dia harus bergerak cepat untuk memutus mata rantai penyelundupan senjata ilegal ke timur Indonesia.[Aku rindu padamu] pesan dari Angela, Rey hanya membacanya tanpa berniat membalas. Banyak yang harus ia kerjakan malam nanti.[Aku ingin ketemu.][Tidak bisa kah sejenak, kamu luangkan waktu untukku?]Rey membiarkan hingga benda pipih itu, tak lagi berbunyi.Malam tengah larut ketika tampak seseorang berbaju hitam, dari kepala sampai kaki dengan penutup wajah menyelinap masuk di ruang generator, dari sebuah perusahaan terbesar di pulau itu. Dengan gerakan seperti kapas yang diterbangkan oleh angin, langkahnya ringan tak bersuara, jari-jarinya yang terbungkus sarung tangan karet bekerja dengan lincah, mempreteli beberapa kabel yang saling terkait, terakhir pada kabel yang terhubung pada
Seperti orang kehilangan akal, Angela terdiam membisu. Syok dengan perlakuan Rey padanya. Kesadarannya kembali saat Rey dengan kasar meletakkan gelas di atas mini bar, lalu mulai menyeduh kopi.Tubuh Angela menggigil. Hatinya tercabik, terluka saat dengan santainya, Rey duduk menyesap kopi dan memandang ke arahnya, dengan tatapan tajam, meremehkan. Angela mengigit bibirnya hingga perih, demi menekan rasa yang ingin meledak di dalam dirinya.Sedangkan pikiran Rey liar membayangkan Alex dan Lara di apartemennya, bayangan Lara yang polos dan Alex sedang memandangnya. Rey menggelengkan kepala mengenyahkan bayangan itu dari pikirannya."Aku bukan lelaki brengsek, jika aku salah satu dari mereka sudah sejak awal aku menidurimu." Rey menandas kopi di cangkirnya sampai habis."Pake bajumu."Angela menatap nanar ke arah Rey, matanya memanas. Tanggul di pelupuk matanya akan jebol dengan sekali kerjapan. Dia masih di posisi tadi, bertahan dengan menekan jari-jari kakinya pada lantai agar tetap b
Rey tersentak, melerai pelukannya. Dev ... itu bukan namanya. Dia hanya sedang menjalankan perannya sebagai Devin. Jika semuanya terkuak, orang yang paling terluka adalah Angela.Apakah peran yang sedang dia mainkan saat ini sebagai Devin atau sebagai Rey. Semua mengabur saat hati mulai terbalut oleh rasa cemburu.Mereka telah bersandar pada headrest masing-masing dengan napas yang masih memburu."Aku terkadang bingung, kamu seperti memiliki kepribadian ganda," ucap Angela pelan menatap lurus ke depan.Rey menoleh padanya, Angela dapat menangkap dengan ekor matanya."Terkadang aku merasa kamu benar-benar mencintaiku, kadang aku merasa kamu hanya mempermainkanku. Sebenarnya apa yang ada di hatimu. Apa aku saja yang terlalu bodoh?" Angela berpaling menatap Rey yang kini menatap lurus ke depan. Angela meraih lengan itu memeluk sambil menyandarkan kepalanya."Cintailah aku," bisik Angela.Hanya terdengar suara ombak yang memecah, mengisi kebisuan di antara mereka. Rey merunduk mencium punc
Dengan cepat Rey membereskan semua barang yang ada di atas mejanya, bergegas menyimpannya di kamar.Keningnya mengernyit, banyak tanya dan duga mulai terangkai dalam otaknya, ada urusan apa sampai pebisnis sepenting dan serepot itu bisa berkunjung padanya. Apakah ini ada hubungannya dengan penyusup tadi. Rey mulai waspada dengan segala kemungkinan. Dia menuju kamar mandi, mencuci wajahnya, lalu membasahi rambutnya kemudian mengeringkannya. Melangkah menuju pintu, mengedarkan pandangannya lagi ke seantero ruangan itu, aman, tidak ada hal yang mencurigakan. Diintipnya sekali lagi lalu membuka pintu, sosok di balik pintu itu tersenyum ramah dengan jas mahal membungkus badannya yang tidak begitu gemuk. Masih terlihat bugar di usianya yang sudah mencapai kepala lima. Dengan seorang asisten yang mengekor di belakangnya."Halo, Pak Hengky, suatu kejutan dan tentu saja merupakan kehormatan bagi saya, anda berkunjung ke sini." Rey tersenyum lebar.Mereka saling berjabat tangan."Saya kebetula
"Ehhem." Angela berdehem demi untuk menetralkan suaranya dan jantungnya yang berdebar kencang. Sebelum mengangkat panggilan dari Rey."I-iya, Dev?" Dengan cepat Angela mengalihkan ke panggilan suara."Kenapa alihkan ke mode suara?""A-aku lagi di lokasi syuting." bohong Angela.Model ternama yang wajahnya telah menghiasi berbagai layar lebar itu tidak mau kalau Rey mengetahui jika dia sedang bersama ayahnya, dia tidak mau Rey tahu kalau dia yang mendesak ayahnya untuk mempercepat pertunangan mereka.Hengky memperhatikan setiap gerakan Angela, Hengky tahu jika putrinya itu benar-benar sedang jatuh cinta, tidak pernah dilihat putrinya seperti itu.[Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu.][Boleh, silahkan mau bicara apa?][Nggak lewat telpon gini juga, Angel. Aku mau bahas hal penting, terkait hubungan kita. Kita ketemu di mana?][Terserah kamu, maunya di mana?][Ok, kalau gitu jam 7 aku jemput.]Angela menaruh ponsel di dadanya, begitu Rey menutup panggilan. Senyum merekah menghiasi
"Syarat ... syarat apa?" tanya Angela dengan raut kaku. Hatinya bertanya-tanya. Rasa ingin tahu begitu menggodanya."Kamu ingin pertunangan kita sebelum atau sesudah aku ke Papua." Rey balik bertanya."Tentu saja aku mau sebelumnya, secepatnya. Bukankah lebih baik seperti itu. Aku takut kamu di sana macam-macam."Rey terkekeh."Memangnya aku terlihat seperti lelaki brengsek.""Who knows?" Angela menggangkat bahunya. "Aku belum terlalu mengenalmu.""Jika kamu belum benar-benar mengenal aku, kenapa ingin menikah denganku.""Jawabanya cuma satu, karna aku mencintaimu. Aku tidak peduli siapa kamu, apa latar belakangmu, cintaku padamu tanpa syarat. Siapa pun kamu, aku rela hancur bersamamu.""Waow, apa itu kata-kata dari hatimu atau kamu sedang memerankan salah satu tokoh dari filmmu.""Tentu saja dari hatiku, kenapa sih kamu seperti meremehkan perasaanku. Aku benar-benar cinta sama kamu Dev! Aku yakin sama perasaanku, bukan cinta sesaat. Aku yakin perasaan ini tidak akan hilang selamanya.
Rey yang telah terpejam kaget bangun kembali, begitu ponselnya bunyi, dari nadanya dia sudah tahu penelponnya.Rey bangkit, duduk di tepi ranjang. lalu menjawab panggilan tersebut.[Saya baru baca pesanmu, jadi besok sudah positif berangkatkan, jangan beritahu dulu sama team kamu. Semakin sedikit yang mengetahui keberadaanmu semakin kecil resikonya. Jaga keselamatanmu, kamu masuk ke sarang mereka."Setelah mendengar instruksi dan nasehat dari sang penelpon, pembicaraan pun berakhir.'Maaf sayang, kali ini aku belum bisa menemuimu lagi, tunggulah Mas sampai tugas ini selesai."Rey mengusap wajah dengan kedua tangannya, menghalau rasa rindu yang mendesak, rasa yang semakin berat karena berbagai macam tanya di dalam pikirannya, krisis kepercayaan yang mulai hadir karena perlakuan Alex.****Rey telah menjejakkan kakinya di salah satu ibu kota dari propinsi di wilayah timur. Sebelum terbang identitasnya telah diganti lagi. Dengan penampilan yang sedikit berbeda, wajah dengan jambang tipis
Rey melirik jam pada ponselnya, masih dini hari, mungkin itu sebabnya panggilannya tidak diangkat-angkat.Dia menahan diri sampai matahari terbit, walaupun semalaman tidak tidur. Rey melakukan panggilan lagi ke nomor tujuannya.[Apa yang kamu lakukan?!] sambar Rey begitu panggilannya diangkat.[Maksudmu?] suara serak khas bangun tidur terdengar dari sebrang.[Aku sedang tidak bercanda Angela, kamu tau apa maksudku!] suara Rey masih terdengar ketus.[Ooo ... maksudmu berita pertunangan kita, memangnya salah kalau aku mengatakan alasannya kenapa aku mengundurkan diri dari dunia hiburan?]"Bukannya aku sudah mengatakan, tidak usah di publish tentang hubungan kita.""Aku tidak ada niat untuk mempublish hubungan kita, tujuanku bikin konferensi pers hanya untuk mengundurkan diri dari dunia hiburan tapi kamu tau sendiri gimana wartawan kalo sudah ngejar berita,] sanggah Angela. [Ck ...] Rey berdecak kesal[Mereka hanya penasaran dengan alasanku, kenapa mengundurkan diri dari dunia hiburan da