Rey yang telah terpejam kaget bangun kembali, begitu ponselnya bunyi, dari nadanya dia sudah tahu penelponnya.Rey bangkit, duduk di tepi ranjang. lalu menjawab panggilan tersebut.[Saya baru baca pesanmu, jadi besok sudah positif berangkatkan, jangan beritahu dulu sama team kamu. Semakin sedikit yang mengetahui keberadaanmu semakin kecil resikonya. Jaga keselamatanmu, kamu masuk ke sarang mereka."Setelah mendengar instruksi dan nasehat dari sang penelpon, pembicaraan pun berakhir.'Maaf sayang, kali ini aku belum bisa menemuimu lagi, tunggulah Mas sampai tugas ini selesai."Rey mengusap wajah dengan kedua tangannya, menghalau rasa rindu yang mendesak, rasa yang semakin berat karena berbagai macam tanya di dalam pikirannya, krisis kepercayaan yang mulai hadir karena perlakuan Alex.****Rey telah menjejakkan kakinya di salah satu ibu kota dari propinsi di wilayah timur. Sebelum terbang identitasnya telah diganti lagi. Dengan penampilan yang sedikit berbeda, wajah dengan jambang tipis
Rey melirik jam pada ponselnya, masih dini hari, mungkin itu sebabnya panggilannya tidak diangkat-angkat.Dia menahan diri sampai matahari terbit, walaupun semalaman tidak tidur. Rey melakukan panggilan lagi ke nomor tujuannya.[Apa yang kamu lakukan?!] sambar Rey begitu panggilannya diangkat.[Maksudmu?] suara serak khas bangun tidur terdengar dari sebrang.[Aku sedang tidak bercanda Angela, kamu tau apa maksudku!] suara Rey masih terdengar ketus.[Ooo ... maksudmu berita pertunangan kita, memangnya salah kalau aku mengatakan alasannya kenapa aku mengundurkan diri dari dunia hiburan?]"Bukannya aku sudah mengatakan, tidak usah di publish tentang hubungan kita.""Aku tidak ada niat untuk mempublish hubungan kita, tujuanku bikin konferensi pers hanya untuk mengundurkan diri dari dunia hiburan tapi kamu tau sendiri gimana wartawan kalo sudah ngejar berita,] sanggah Angela. [Ck ...] Rey berdecak kesal[Mereka hanya penasaran dengan alasanku, kenapa mengundurkan diri dari dunia hiburan da
"Apa yang kamu taruh dalam minumanku," tekan Rey dengan suara serak.Hatinya menolak untuk menyentuh Angela tapi tubuhnya bereaksi lain. Suatu hasrat mengalir, menyerang daerah inti tubuhnya. Rey merasakan panas, gerah hingga membuatnya tak nyaman. Gairah yang memuncak pada tubuhnya menuntut untuk segera dituntaskan."Aku menaruh sesuatu yang bisa bikin kita menghabiskan malam ini dengan menyenangkan." bisik Angela sambil tangannya mengelus dada bidang Rey. Rey memegang tangan itu dengan kasar, menjauhkan dari tubuhnya."Apa yang kamu lakukan, aku tidak akan memaafkanmu!" Rey mencengkram leher Angela. Tangannya mencengkram tapi bibirnya melumat dengan kasar bibir Angela. Ciumannya merambat turun ke leher Angela hasrat dalam dirinya benar-benar tidak terkendali.'Maas ... jangan duakan aku.' suara Lara tergiang. Sesaat Rey menghentikan aksinya, namun hasrat dalam dirinya masih tetap memuncak. Rey menatap Angela dengan tubuh yang terbuka di bagian depannya, hampir polos hanya bathrobe
[Mas?!] sapa suara serak dari seberang sana, yang ternyata Lara.[Sayang, tolongin Mas.]Lara yang sedang dalam posisi tidur langsung bangkit tergesa. Matanya yang masih berat dengan setengah terpejam sontak memincing lebar, dia tadi sudah terlelap. Panik yang dirasakan saat melihat wajah Rey yang tak biasanya seperti sedang menahan kesakitan atau sesuatu yang berat.[Mas kenapa? Mas sakit, terluka atau apa Mas. Jawab Mas, Mas kenapa?] suara Lara meninggi setengah histeris.Lara semakin panik saat Rey tak menjawab, wajah Rey memerah dengan tubuh yang bergetar. Meringis, dengan mendongak ke atas.[Buka bajumu sayang?] [Haahh?][Tolongin Mas, buka bajumu, Mas ingin melihat tubuhmu.][A-aku tidak mengerti Mas. Mas sebenarnya kenapa.][Ada yang menaruh obat perangsang diminuman Mas, Mas harus mengeluarkannya.] Rey mengarahkan kamera ke tubuh bagian bawahnya. Wajah Lara memerah saat menyaksikan benda yang sedang dipegang Rey.[Buka bajumu, Mas ingin melihat tubuhmu.] Suara Rey bergetar. Tu
[Buka bajumu, sayang. Mas ingin lakukan yang seperti tadi lagi.]Wajah Lara merona, terbayang wajah Rey yang penuh gairah tadi.[Eh, M-mas aku sudah ngantuk sekali. A-aku harus kerja besok, Mas.] jawab Lara gelagapan.Rey tersenyum, akhirnya berhasil juga biar Lara cepat mau tidur.[Makanya cepat tidur, lihat wajahmu bikin Mas jadi kepingin terus.][Ya udah aku tidur, Mas.] ujar Lara langsung menekan tombol merah.Senyum khas dari bibir seksi yang membuat banyak wanita mengaguminya semakin terkembang. Hatinya tergelitik dengan tingkah Lara, wajahnya yang memerah membuatnya semakin mempesona.[Tidurlah sayang, Besok Mas akan call kamu lagi tapi jika Mas tidak call kamu lagi, artinya Mas benar tidak bisa. Jaga dirimu, hatimu seperti Mas menjaga hati ini hanya untuk dirimu.] Rey mengirim pesan pada Lara.Gadis itu meletakkan ponsel di dadanya begitu selesai membacanya, matanya mengerjab indah menatap langit-langit kamar lalu kemudian jarinya bermain di layar itu.[Aku mencintaimu denga
Tangan Lara gemetar hampir saja benda pipih itu lepas dari tangannya."Si-siapa kamu," tanya Lara terbata mencoba menguasai dirinya. Dia tidak ingin berpikir terlalu jauh hal itu akan sangat menyakitinya. Namun mata itu memanas, saat otaknya bekerja mengolah informasi yang diterima oleh kedua netranya. Bagaimana mungkin otaknya tidak akan memikirkannya, saat menelpon calon suaminya di pagi hari, yang mengangkat seorang wanita dengan rambut acak-acakan, serta tubuh yang hanya dibalut secarik kain. Lara yakin tubuh itu polos, karena leher jenjang itu terlihat jelas dengan bahu yang terekspos dan bukit kembar wanita itu sebagian terlihat, walaupun tangan wanita itu sedang menutupnya dengan kain.Lara menilik wajah itu, pada akhirnya dia tahu bahwa yang sedang berada di balik layar itu adalah artis sekaligus seorang model yang terkenal. Ada hubungan apa Rey sama artis itu, begitu yang ada dibenak Lara. Ingatannya kembali pada foto yang pernah dilihat di apartemen waktu itu.Sekarang
"Oh, apa ada pesan?" tanya Rey dengan wajah datar.Rey menoleh demi mencari jawaban di wajah yang terlihat cantik itu meski dengan wajah bantalnya. Namun kecantikan wanita di depannya atau wanita mana pun tidak akan mampu menggoyahkan kesetiaannya pada Lara."Tidak ada. Kamu tidak pernah bilang kalo punya seorang adik, adikmu cantik sekali. Tadinya aku menyangka kalo dia kekasihmu.""Bergegaslah kita sarapan lalu pulang," tukas Rey acuh."Pulang? Tapi kita sudah booking sampai tiga hari ke depan, Dev!" Angela menginterupsi tak percaya."Kita tunangan Angela bukan menikah lalu harus menghabiskan malam pengantin di sini. Banyak yang harus aku kerjakan.""Kenapa kamu tidak ada perasaan sedikitpun, setidaknya bermesraan denganku layaknya pasangan lain yang sedang jatuh cinta." Angela berdecak kesal."Jatuh cinta? Apa aku harus menjelaskan lagi? Biasakanlah dirimu jika kamu ingin tetap di sampingku, aku memang seperti ini jadi jangan berharap lebih. Cepatlah, aku tunggu di bawah."Angela me
"Untuk apa kamu ke sini, bukannya ini jam kerja?" tanya Lara pada sosok lelaki yang masih lengkap dengan baju kerjanya yang ternyata Alex."Pertanyaan yang aneh, tentu saja untuk jenguk kamu, nona Lara." Alex menjawab enteng tanpa menghiraukan tatapan sinis Lara, walaupun dirasakan tingkah Lara yang agak aneh."Kamu tentu tau semuanya tentang Mas Rey, bukan? cuma kamu menutupinya dari aku, iya kan!""Yah, tentu saja aku tau tentang Rey, kami kan sahabatan," cengir Alex yang masih belum bisa meraba arah pembicaraan Lara."Jadi kamu tau kalo dia sudah menikah! Kamu menutupinya dariku karna dia sahabatmu kan! Kalian bersekongkol untuk menipuku, mempermainkan perasaanku kan!"Alex menganga, otaknya mencoba mencerna ucapan Lara yang rasanya tidak masuk akal. Alex yang semula hendak menghempaskan tubuhnya ke kursi di samping ranjang, terhenti."Eh, aku tidak ngerti apa yang kamu maksud, siapa yang menikah?""Stop jangan berakting di depanku, pergilah, keluar dari sini!""Lara, benar aku ngga