Ketika kamu benar-benar mencintai seseorang, kamu akan memberikan semua yang dirimu bisa tanpa mengharapkan balasan.(Zayyan – Azzura)Azzura dan Ayana berusaha bersikap biasa. Mereka mengikuti meeting dengan baik sampai selesai. Berulang kali Ayana melihat Rafka mencuri pandang ke arah sang sahabat, tetapi Azzura sama sekali tidak menghiraukannya. Gadis cantik itu memilih fokus mencatat aduan Bahar dan apa yang di ucapkan Zayyan.Hampir dua jam meeting berlangsung. Zayyan pun mengakhirinya. Bahar sangat berharap kasus hukum yang menjerat perusahaannya bisa segera diatasi, meskipun Bahar tahu dia akan membayar banyak ganti rugi.“Terima kasih Mas Zayyan, Mas Zidan. Saya berharap bantuan dari kalian bisa sangat membantu perusahaan saya,” ucap Bahar penuh harap.“Terima kasih, Mas Zayyan, Mas Zidan,” ucap Rafka tersenyum lembut.“Sama-sama. Kami akan sangat senang bisa membantu menyelesaikan masalah kalian,” ucap Zayyan tulus yang diangguki Zidan.“Terima kasih Nak Azzura, Nak Ayana,”
Jangan biarkan rasa takut menghalangi untuk mengikuti kata hati, untuk menggapai masa depan yang lebih baik.(Azzura Balbina Ayyubi – Cahaya Cinta Azzura)Azzura masih menangis menceritakan semua tentang Rafka pada Zayyan. Zayyan berusaha menguatkan dan menenangkan Azzura.“Kamu jangan pernah bersedih lagi, aku janji akan berusaha membuatmu lupa akan semua kepahitan yang terjadi dalam hidupmu. Kalau kamu mau, aku akan berhenti menjadi pengacara keluarga mereka,” ucap Zayyan tegas.“Jangan, Mas. Jangan lakukan itu pada mereka. Kalau Mas Zayyan sampai melakukan itu, apa bedanya Mas dengan mereka? Aku sudah berusaha ikhlas menerima semuanya. Namun, meski hati ikhlas tetap tidak bisa begitu saja melupakan apa yang aku alami, butuh waktu untuk melupakan semuanya,” ucap Azzura penuh harap.“Dan aku akan selalu siap membantumu melupakannya,” ucap Zayyan mantap.“Terima kasih, tapi maaf aku belum bisa membalas kebaikanmu dengan mencintaimu,” ucap Azzura ragu.“Tidak masalah, cinta itu tidak
akan bersandar pada hati yang ikhlas. Mewujudkannya dalam bingkai cinta yang tak pernah lekang oleh waktu dan zaman.(Zayyan ❤️ Azzura)Burhan dan Savina masih membujuk Azzura. Mereka berdua terlihat sangat sedih, bahkan Azzura belum pernah melihat wanita angkuh seperti Savina menangis.Azzura menyadari kedatangan Zayyan. Dirinya memilih mendekat ke arah Zayyan untuk meminta pendapat. Bagaimana pun juga dirinya sudah ada janji dengan pemuda tampan itu. “Maaf, Tuan, Nyonya. Saya ada tamu. Saya izin menemui Mas Zayyan sebentar,” pamit Azzura.“Silakan, Nak!” ucap Bahar.“Maaf, Mas. Di dalam ada Tuan Bahar dan Istrinya. Aku—““Aku tidak masalah kalau kamu menolong Rafka dan memberinya support. Aku sudah mendengar pembicaraan kalian tadi,” ujar Zayyan memotong ucapan Azzura sambil tersenyum tulus. “Aku enggak bisa ikut mereka sekarang, Mas. Aku sudah janji ikut makan siang bersama keluarga Mas Zayyan. Pasti Bundanya Mas sudah masak banyak,” ucap Azzura tidak enak hati.“Enggak apa, Ra.
Aku harus bertahan untuk menantimu, meski penantian ini begitu berat, bahkan kesabaran dalam iman telah menepis kegalauan hatiku.(Zayyan Haziq Priambudi)Keluarga besar Zayyan tersenyum manis ke arah gadis cantik itu. Azzura menyalami Nirina dan Cynthia. Sedangkan dengan Haziq, Dony, dan Bambang, Azzura menangkupkan kedua tangannya di dada dengan sopan.“Kami senang bertemu denganmu secara langsung, Nak,” ujar Nirina tersenyum lembut.“Hampir setiap hari Kak Zayyan menceritakan tentangmu, Ra,” ungkap Filzah jujur yang mendapatkan pelototan sang kakak.Azzura tersenyum melihat ekspresi Zayyan pada sang adik. Semua yang ada di ruangan itu pun tersenyum geleng kepala.“Oma senang, Nak. Semenjak Zayyan mengenalmu, dia selalu menceritakanmu pada kami,” ungkap Cynthia ikut menimpali. Azzura tersenyum canggung melihat ke arah Zayyan yang menunduk malu-malu. “O iya, Bik Jum sudah menyiapkan makan siang. Sebaiknya kita makan sekarang!” ajak Nirina.Filzah dengan ramah, kembali menggandeng A
Cinta itu kebebasan, bukan untuk saling mengekang. Cinta itu kepercayaan, bukan cemburu tanpa alasan. Hal itulah yang berusaha dipupuk di hati Zayyan.(Cahaya Cinta Azzura)Zayyan memutuskan masuk ke dalam ruang rawat inap Rafka, setelah dirinya menunggu tiga puluh menit di luar. “Ra, apa sudah selesai?” tanya Zayyan mendekat sambil tersenyum pada Rafka.Senyum Rafka sedikit memudar saat melihat Zayyan masuk. Dirinya tidak mengira Azzura datang menjenguknya bersama Zayyan.“Semoga cepat sembuh, Mas Rafka. Kemoterapi adalah cara terbaik untuk pengobatanmu. Jalanilah sesuai prosedur, supaya Mas Rafka segera sembuh. Tidak ada yang tidak mungkin, kalau Allah berkehendak mengangkat penyakit Mas Rafka, pasti penyakit itu sembuh,” ucap Zayyan tersenyum manis memberi dukungan.“Terima kasih, Mas Zayyan. Aamiin ... semoga Allah mengabulkan,” jawab Rafka canggung.“Aamiin ... semoga, Mas.”Azzura melihat ke arah Zayyan sambil tersenyum manis. Rafka melihat tatapan Zayyan pada Azzura. Sebagai
Cinta itu aneh dan membingungkan, makin berusaha menghindar dan menghapus jejak dari hati, makin sering muncul dalam pikiran.(Zayyan – Azzura )Mobil Zayyan sampai di sebuah kafe kecil di pinggiran kota Jakarta. Kafe itu tidak terlalu besar, tetapi tempatnya Instagramable. Zayyan segera memarkirkan mobil di temiat parkir yang sudah di sediakan. “Yuk, turun!” ajaknya.“Ok, siap bos!” “Wah, tempatnya keren. Kafenya enggak jauh dari kampusku. Cukup lima belas menit dari kampusku dulu. Nanti aku promosikan ke komunitasku yang masih aktif di kampus biar mampir ke sini,” ucapnya senang.“Alhamdulillah, kalau kamu suka, Ra. Aku pingin kamu kembali tersenyum. Aku tau kamu berusaha tegar bila menyangkut Rafka dan keluarganya. Aku sudah berjanji padamu akan menghilangkan traumamu, makanya aku ikut membujukmu untuk bertemu Rafka. Ternyata masih sulit, Ra. Kamu belum bisa sepenuhnya menghilangkan trauma itu. Kamu masih merasa kesakitan saat bersama mereka, meskipun kamu berusaha menutupi dari
Mengubur kenangan buruk adalah cara terbaik menghapus duka yang masih membelenggu yang menciptakan trauma menyakitkan yaitu dengan keyakinan akan ketulusan cinta dan kasih sayang.(Zayyan – Azzura)Azzura mengakhiri panggilan dari Bahar. Gadis itu memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Azzura kembali terlihat gelisah dan Zayyan bisa melihat hal itu. “Kamu pasti bisa. Sudah azan magrib, sebaiknya kita salat dulu!” ajak Zayyan menenangkan.“Iya, Mas. Apa Mas Zayyan enggak jadi pulang?”“Aku antar kamu lagi.”“Mas pasti capek. Biarkan aku minta antar Pak Sobri saja,” ucapnya tidak enak hati. “Enggak apa Azzura. Aku enggak capek.”Azzura tersenyum. “Terima kasih, Mas. Masuklah, kita salat Magrib dulu! Mas salatlah di Musallah panti. Aku salat di kamar,” ajak Azzura.“Nak Zayyan dan Azzura mau keluar lagi?” tanya Pak Wardi selepas salat Magrib berjamaah. Kebetulan saat ini Pak Wardi mengajak anak-anak panti salat di Musallah panti, tidak di masjid kompleks perumahan yang saat ini se
Satu Minggu sudah Rafka meninggal dunia. Azzura dan Zayyan setiap hari masih datang mengunjungi Bahar dan Savina untuk ikut tahlil bersama.Minggu ini Nirina dan Haziq sudah bersiap untuk mengantarkan Zayyan mengkhitbah Azzura. Cynthia, Bambang, dan Filzah pun akan ikut serta.Beberapa hantaran tertata rapi di ruang keluarga. Filzah dan Bik Jum terlihat sibuk memasukkannya ke dalam mobil. Pukul 16.00 mereka harus sudah sampai di panti. Namun, yang mempunyai hajat hingga kini belum datang.“Tuh, anak. Biasa banget, mesti telat. Padahal kami sudah siap semuanya,” ucap Cynthia mengomeli cucu kesayangannya.“Tunggu sebentar, Ma. Mungkin Zayyan masih repot,” ucap Nirina menenangkan sambil mengusap punggung sang mertua.“Iya, Sayang. Mama tahu, tapi tadi seharusnya dia izin dulu enggak kerja. Ini kan juga acara pentingnya,” ucap Cynthia geleng.“Oma kayak enggak tahu Kak Zayyan aja,” ucap Filzah menimpali.“Ya itu, hadeh.” Cynthia tepuk jidat sambil melirik sang putra.“Selalu mentingin pek