Pertahankan kesetiaan dan ketulusan sebagai prinsip utama dalam menjalani sebuah hubungan.(Azzura Balbina Ayyubi - Zayyan Haziq Priambudi)Ponsel Zayyan kembali berdering dengan penelepon yang sama, sang bunda. Namun, Zayyan kembali menolak panggilan tersebut. Dony melihat kegelisahan pemuda tampan itu, dia pun tersenyum sambil menepuk bahunya.“Kamu tinggal saja, nanti bunda dan nenekmu kecewa,” ucap Dony memberi solusi. Dia mengenal Zayyan, pemuda itu tidak pernah ingkar janji. Bagaimana keadaannya, dia akan menepati janji tersebut.“Bagaimana dengan gadis itu, Pa? Tidak mungkin aku meninggalkannya sendiri di rumah sakit, meskipun tidak terluka, tapi aku yang membuatnya begini. Mungkin saja dia syok karena hampir tertabrak,” ucapnya dilema. “Enggak apa, nanti biar Papa yang jaga dan urus semua. Besok pagi kamu temui dan minta maaf padanya,” ucap Dony menenangkan. Zayyan masih ragu, antara menuruti saran Dony atau tidak “Kamu sudah janji pada keluargamu, jangan kecewakan mereka,”
Untuk pertama kalinya, aku tak perlu mencoba untuk bahagia karena saat bersamamu, hal itu terjadi begitu saja. Seolah aku mendapatkan kebahagiaan seutuhnya.(Zayyan Haziq Priambudi – Cahaya Cinta Azzura)Zayyan segera memarkirkan mobil kesayangannya di garasi rumah. Dia langsung melenggang masuk menemui sang bunda. Wanita cantik nan hebat yang teramat penting dalam hidupnya. “Assalamualaikum,” sapanya, membuat beberapa orang yang ada di ruang keluarga melihat ke arahnya.“Wa’alaikumussalam,” jawab semua serentak.Wanita cantik berusia empat puluh tiga tahun itu langsung mendekat dan terlihat khawatir. “Kamu dari mana saja, Sayang? Kami menunggumu hampir tiga puluh menit,” ucapnya sambil menatap sang putra.“Maaf, Bunda. Ceritanya panjang, nanti habis makan malam aku ceritakan semuanya,” ucapnya sambil tersenyum manis.“Di luar sudah enggak hujan, sebaiknya kita berangkat sekarang,” ajaknya pada seluruh keluarganya. Mereka yang sudah bersiap pun mengangguk.“Kakek dan Nenek, ikut
Rahasia dari kesabaran adalah melakukan sesuatu dalam ketidakpastian. Namun, tetap berpegang teguh pada harapan.(Azzura Balbina Ayyubi)***Zayyan harus kecewa karena belum sempat meminta maaf pada gadis itu. Untuk wajah, dia masih bisa melihatnya, meskipun tidak jelas. Kalau pun bertemu kembali, dia bisa mengenalinya. “Maaf, Sus. Apa pasien memberitahukan datanya? Nama dan alamat rumah, atau lebih jelas kartu identitasnya,” tanya Zayyan pada suster yang masih belum selesai membersihkan kantong-kantong infus.“Tidak, Mas. Lebih jelasnya Mas bisa bertanya pada resepsionis,” jawab suster itu sungkan.Zayyan meninggalkan ruangan itu, dia menanyakan langsung pada resepsionis. Namun, hasilnya sama. “Pasien yang Anda bawa semalam mendapat fasilitas dari Dokter Dony sehingga kami belum sempat mendatanya. Biasanya Dokter Dony mempunyai datanya sendiri. Apalagi kalau itu keluarga beliau, kami tidak berani mendata sebelum mendapat persetujuan,” ungkap suster jaga tersebut menjelaskan.“Baik,
Islam mengajarkan agar keutuhan rumah tangga dijaga dan dipertahankan. Namun, bila tidak memungkinkan dan terjadi ketidakserasian maka cara darurat bisa di lakukan dengan perceraian.(Azzura Balbina Ayyubi)***Ayana dengan sabar menunggu sang sahabat tenang. Dia tidak akan membiarkan Azzura pulang ke panti dalam keadaan kacau. Dia tahu Bu Winda mempunyai riwayat penyakit jantung. Wanita itu sangat menyayangi Azzura, kalau melihat Azzura seperti ini pasti membuatnya terkejut. Hampir lima belas menit menunggu. Azzura sudah sedikit tenang. Gadis itu mengusap kasar sisa air matanya dengan tisu pemberian Ayana. Menghirup napas dalam-dalam lalu dia embuskan. “Bismillah ... aku bisa, aku kuat,” ujarnya sambil menerbitkan senyum manis di wajah cantiknya.“Itu baru sahabatku. Aku yakin kamu bisa!” ucap Ayana tidak hentinya memberi dukungan.“Aku harus bangkit demi kalian semua. Aku enggak akan mengecewakan kalian dengan terus terpuruk. Kak Rafka sudah tidak mengharapkanku lagi. Seperti h
Pertemuan bukanlah sebuah kebetulan. Bukan sesuatu yang harus ditunggu, tetapi sesuatu yang harus dicapai.(Zayyan Haziq Priambudi)ucapnya lirih.“Ibu tidak memaksamu untuk menghilangkan sekaligus pe Azzura menatap kepergian Rafka dari ruang sidang tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Bagaimana pun juga, laki-laki itu pernah ada di hatinya. Azzura berharap ada seutas senyum manis dari Rafka untuknya terakhir kali.“Sombong banget! Aku pastikan dia akan menyesali apa yang dilakukannya padamu. Ingin rasanya aku lempar dengan balok kayu yang ada di pojok ruangan. Sebel aku!” gerutu Ayana kesal, bahkan tangannya masih mengepal.“Kita pulang, yuk! Aku capek, Na,” ucap Azzura dengan menyunggingkan senyum manis. Jujur, Azzura semakin sedih dengan perilaku Rafka. Namun, dia berusaha menyembunyikannya dari sang sahabat.Seolah mengerti, gadis cantik tetapi tomboi itu mengangguk. Dia sangat tahu sang sahabat menyembunyikan kesedihan di depannya. Dia bisa memahami keadaan Azzura. Untuk itu, di
***Bagaimana bisa bangkit? Jika penyebab sedihmu masih terus dipelihara dengan mengingatnya setiap hari.(Azzura Balbina Ayyubi – Perjalanan Cinta Zayyan Haziq Priambudi )Kedua pemuda tampan itu masih bergeming di tempatnya. Mereka berdiri tidak jauh dari tempat Azzura duduk. “Bonusmu banyak, Zay. Beli satu, dapat delapan. Hidupmu pasti semakin berkah, menghidupi anak yatim,” bisik Zidan menggoda.Pletak!“Ngomong apa, sih? Aku enggak yakin kalau mereka semua anaknya,” ucap Zayyan sambil menonyor kepala sang sahabat.“Aw, sakit! Kupret kamu, Zay,” umpatnya.“Makanya, kalau bicara itu otak dipakai. Jangan dipakai pas bersama klien aja,” gerutu Zayyan.“Lha, cewek itu di sini bersama beberapa anak. Mungkin saja salah satu dari mereka itu anaknya,” ucap Zidan menerka.“Dilihat dari usianya mungkin sekitar 20 sampai 21 tahun, kemungkinan mereka bukan anaknya. Malah aku berpikir kalau dia seorang asisten rumah tangga atau pengasuh,” ujar Zayyan.“Zay, dia berdiri. Sepertinya mereka aka
Sederhana saja. Jika air matamu menetes setelah mengingatnya, berarti dia masih segalanya di hatimu.(Rafka – Cahaya Cinta Azzura)Rafka beranjak menuju kamar, setelah mendengarkan penjelasan sang mama dan sang adik. Rafka tak sanggup bila berlama-lama berbicara dengan mereka. Apalagi jika mereka membahas perihal perceraiannya.Sejenak Rafka termangu, mungkin mandi bisa menyegarkan tubuh dan pikirannya. Gegas Rafka menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Berharap air hangat yang membasuh tubuhnya dapat menghilangkan penat di hatinya. Sesaat kemudian, pemuda tampan itu sudah berada di balkon kamarnya. Menatap langit dan menikmati sinar bulan yang ditemani bintang. “Ya Allah, aku enggak menyangka akan berpisah dengan Azzura dengan cara seperti ini. Azzura ... kenapa kamu begitu tega mengkhianatiku?” ucapnya lirih. Tak terasa air matanya pun mengalir membasahi pipi.“Jujur, aku masih mencintaimu, Zura. Akan tetapi, aku tidak bisa memaafkan pengkhianatanmu,” ucapnya lagi.“Kamu
Menuruti ego, emosi sesaat, dan hawa nafsu hanya akan merugikan. Ujungnya, penyesalan adalah hadiah yang pasti akan diterima.(Rafka – Cahaya Cinta Azzura)Andre membawa Rafka keluar dari restoran. Dia tidak mau sang sahabat menjadi bahan tontonan pengunjung restoran. Khawatir akan berimbas pada perusahaannya.“Mas Rafka, sekali lagi aku minta maaf. Aku melakukan semua ini karena terpaksa,” ucap Nuril sebelum Rafka dan Andre meninggalkan restoran.“Entah, aku bisa memaafkanmu atau tidak. Kalian adalah penyebab kehancuran hidupku, juga kehancuran rumah tanggaku yang hanya berlangsung beberapa jam. Ya, kalian. Kamu Indira, dan Mama,” ucapnya penuh dengan penekanan di setiap kata. Matanya memerah menahan amarah dan kecewa.“Sebaiknya kita segera pulang,” bisik Andre. Pemuda tampan itu langsung menggandeng tangan sang sahabat, bukan menggandeng lembut. Akan tetapi sedikit menyeret.“Enggak usah ditanggapi lagi. Apa kamu enggak lihat berpasang mata melihat ke arahmu?” ucap Andre. Saat in