Pertemuan bukanlah sebuah kebetulan. Bukan sesuatu yang harus ditunggu, tetapi sesuatu yang harus dicapai.(Zayyan Haziq Priambudi)ucapnya lirih.“Ibu tidak memaksamu untuk menghilangkan sekaligus pe Azzura menatap kepergian Rafka dari ruang sidang tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya. Bagaimana pun juga, laki-laki itu pernah ada di hatinya. Azzura berharap ada seutas senyum manis dari Rafka untuknya terakhir kali.“Sombong banget! Aku pastikan dia akan menyesali apa yang dilakukannya padamu. Ingin rasanya aku lempar dengan balok kayu yang ada di pojok ruangan. Sebel aku!” gerutu Ayana kesal, bahkan tangannya masih mengepal.“Kita pulang, yuk! Aku capek, Na,” ucap Azzura dengan menyunggingkan senyum manis. Jujur, Azzura semakin sedih dengan perilaku Rafka. Namun, dia berusaha menyembunyikannya dari sang sahabat.Seolah mengerti, gadis cantik tetapi tomboi itu mengangguk. Dia sangat tahu sang sahabat menyembunyikan kesedihan di depannya. Dia bisa memahami keadaan Azzura. Untuk itu, di
***Bagaimana bisa bangkit? Jika penyebab sedihmu masih terus dipelihara dengan mengingatnya setiap hari.(Azzura Balbina Ayyubi – Perjalanan Cinta Zayyan Haziq Priambudi )Kedua pemuda tampan itu masih bergeming di tempatnya. Mereka berdiri tidak jauh dari tempat Azzura duduk. “Bonusmu banyak, Zay. Beli satu, dapat delapan. Hidupmu pasti semakin berkah, menghidupi anak yatim,” bisik Zidan menggoda.Pletak!“Ngomong apa, sih? Aku enggak yakin kalau mereka semua anaknya,” ucap Zayyan sambil menonyor kepala sang sahabat.“Aw, sakit! Kupret kamu, Zay,” umpatnya.“Makanya, kalau bicara itu otak dipakai. Jangan dipakai pas bersama klien aja,” gerutu Zayyan.“Lha, cewek itu di sini bersama beberapa anak. Mungkin saja salah satu dari mereka itu anaknya,” ucap Zidan menerka.“Dilihat dari usianya mungkin sekitar 20 sampai 21 tahun, kemungkinan mereka bukan anaknya. Malah aku berpikir kalau dia seorang asisten rumah tangga atau pengasuh,” ujar Zayyan.“Zay, dia berdiri. Sepertinya mereka aka
Sederhana saja. Jika air matamu menetes setelah mengingatnya, berarti dia masih segalanya di hatimu.(Rafka – Cahaya Cinta Azzura)Rafka beranjak menuju kamar, setelah mendengarkan penjelasan sang mama dan sang adik. Rafka tak sanggup bila berlama-lama berbicara dengan mereka. Apalagi jika mereka membahas perihal perceraiannya.Sejenak Rafka termangu, mungkin mandi bisa menyegarkan tubuh dan pikirannya. Gegas Rafka menuju kamar mandi guna membersihkan tubuhnya. Berharap air hangat yang membasuh tubuhnya dapat menghilangkan penat di hatinya. Sesaat kemudian, pemuda tampan itu sudah berada di balkon kamarnya. Menatap langit dan menikmati sinar bulan yang ditemani bintang. “Ya Allah, aku enggak menyangka akan berpisah dengan Azzura dengan cara seperti ini. Azzura ... kenapa kamu begitu tega mengkhianatiku?” ucapnya lirih. Tak terasa air matanya pun mengalir membasahi pipi.“Jujur, aku masih mencintaimu, Zura. Akan tetapi, aku tidak bisa memaafkan pengkhianatanmu,” ucapnya lagi.“Kamu
Menuruti ego, emosi sesaat, dan hawa nafsu hanya akan merugikan. Ujungnya, penyesalan adalah hadiah yang pasti akan diterima.(Rafka – Cahaya Cinta Azzura)Andre membawa Rafka keluar dari restoran. Dia tidak mau sang sahabat menjadi bahan tontonan pengunjung restoran. Khawatir akan berimbas pada perusahaannya.“Mas Rafka, sekali lagi aku minta maaf. Aku melakukan semua ini karena terpaksa,” ucap Nuril sebelum Rafka dan Andre meninggalkan restoran.“Entah, aku bisa memaafkanmu atau tidak. Kalian adalah penyebab kehancuran hidupku, juga kehancuran rumah tanggaku yang hanya berlangsung beberapa jam. Ya, kalian. Kamu Indira, dan Mama,” ucapnya penuh dengan penekanan di setiap kata. Matanya memerah menahan amarah dan kecewa.“Sebaiknya kita segera pulang,” bisik Andre. Pemuda tampan itu langsung menggandeng tangan sang sahabat, bukan menggandeng lembut. Akan tetapi sedikit menyeret.“Enggak usah ditanggapi lagi. Apa kamu enggak lihat berpasang mata melihat ke arahmu?” ucap Andre. Saat in
Cinta itu menuntut kesabaran karena dengan bersabar akan memperoleh cinta yang istimewa.(Zayyan Haziq Priambudi – Cahaya Cinta Azzura)Sesuai arahan resepsionis, mereka langsung naik ke lantai tiga di mana ruangan Zidan berada.Awalnya mereka sempat bingung karena ada beberapa ruangan pengacara yang berada di bawah naungan firma hukum milik Zayyan. Namun, setelah membaca nama Zidan Hairuddin, S.H. LL.M. Di salah satu pintu ruangan. “Ish, ternyata Pak Zidan juga lulusan S2 luar negeri, semoga saja dia masih muda dan tampan seperti Pak Zayyan,” seru Ayana menggoda Azzura.“Berhenti menggodaku, Ayana! Kita sudah berada di dalam,” ujar Azzura sewot. Sejak tadi dia sudah gelisah, kebiasaan Azzura bila bertemu orang baru dan lingkungan baru. Azzura seperti itu sejak bercerai dengan Rafka. “Kalian mau ke mana?” tanya seorang wanita yang ruangannya berada di depan ruangan Zidan. Ruangan wanita itu lebih terbuka daripada ruangan lainnya. Di atas mejanya ada papan kecil bertuliskan sekretar
Percayalah, takdir Allah yang mempertemukan kita, pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Akan ada sesuatu yang terbaik untukmu dan untukku.(Zayyan ❤️ Azzura – Cahaya Cinta Azzura)Zidan berniat mengerjai Zayyan dengan mengirim Ayana, bukan Azzura. Dia ingin tahu bagaimana reaksi sang sahabat di hadapkan gadis cantik, tetapi tomboi itu nantinya.“Bisa minta tolong Mbak Ayana untuk datang ke ruangan Pak Zayyan. Serahkan CV kalian untuk dia baca. Mbak Azzura, mohon tunggu sebentar, nanti kalau dipanggil saja, silakan ke sana!” ucap Zidan sambil tersenyum manis.“Boleh-boleh. Dengan senang hati, saya akan menyerahkan CV kami pada Pak Zayyan,” ucap Ayana antusias.“Ruangan Pak Zayyan di sebelah ruangan Pak Zidan, ‘kan?” tanyanya sambil berdiri.“Iya,” jawab Zidan.Dengan semangat Ayana mengetuk pintu ruangan Zayyan. Zayyan yang tidak melihat dulu siapa yang datang, segera mempersilakan masuk.Azzura yang berada di ruangan Zidan, hanya diam sambil menundukkan kepala dan sibuk memili
Masa lalu mengajarkan kita arti untuk memahami, mengikhlaskan, dan melaju menuju masa depan yang lebih bahagia.(Azzura – Zayyan)Azzura bergeming di tempatnya duduk, dirinya tidak menyangka bakal diterima bekerja di firma hukum yang sudah terkenal ini. Apalagi menjadi asisten pribadi Zayyan, sang pemilik firma hukum.“Pak Zayyan serius?” tanyanya bahagia sambil berdiri tepat di belakang Zayyan yang masih membelakanginya.“Menurutmu?” Zayyan langsung membalikkan badan.Brug!Zayyan tidak tahu kalau Azzura berada tepat di belakangnya. Azzura berniat menghindari benturan antara dirinya dan Zayyan. Namun, kakinya terkilir dan hampir jatuh. Beruntung Zayyan dengan sigap menangkap tubuh itu sehingga tidak sampai terjatuh ke lantai.Mata keduanya saling beradu pandang, menimbulkan desir di antara keduanya. Namun, tidak berlangsung lama. Azzura segera bangkit menormalkan posisinya. Dia langsung menunduk malu dan canggung, Zayyan pun sama.“Ma-maaf dan terima kasih,” ucapnya sambil menunduk.
Kemarin adalah kenangan dan pelajaran. Sedangkan hari ini adalah tantangan yang harus terselesaikan, lalu esok adalah tantangan baru untuk memulai kehidupan yang lebih baik. Percayalah, hari ini dan esok, aku ingin merangkai hari-hariku bersamamu selamanya.(Zayyan Haziq Priambudi – Cahaya Cinta Azzura)Azzura masih menangis tergugu dengan tubuh gemetar. Azzura kembali mengingat peristiwa lima bulan yang lalu, malam terburuk dalam hidupnya. Malam di mana dirinya dihakimi satu keluarga yang memandangnya begitu hina. Zayyan bingung harus berbuat apa. Dirinya tidak mengerti kenapa Azzura bisa menangis seperti itu. Zayyan memilih menepikan mobilnya dan berusaha menenangkan gadis itu. “Apa aku melakukan kesalahan?” tanyanya ragu. Azzura menggeleng, membuat Zayyan sedikit lega. Gadis itu menangis bukan karena dirinya.“Apapun masalahmu, kalau kamu berkenan cerita padaku, aku akan bersedia mendengarnya. Untung-untungan kalau aku punya solusi untukmu,” ucap Zayyan lembut. Entah, ada apa d