Mahesa baru saja menyentuh Athalia. Tapi lelaki itu tidak langsung menjatuhkan dirinya ke samping, Mahesa membiarkan tubuhnya tetap di sana.
Posisi seperti itu membuat jarak di antara wajah mereka sangat dekat, membuat mereka bisa saling berbagi napas satu sama lain.
CUP!
Mahesa mendaratkan ciumannya di kening Athalia. Sedang Athalia memejamkan matanya, merasakan sentuhan bibir Mahesa yang terasa hangat dan lembut.
“Kamu sangat seksi, Athalia,” bisiknya di telinga kiri Athalia.
Athalia tidak tahu apakah Mahesa sedang memuji dirinya atau hanya sedang merasa puas setelah mendapat pelepasannya.
‘Apakah Mahesa selalu mengatakan itu pada setiap wanita yang
Ayaz memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Oh. Ternyata bossmu marah, Athalia. Mungkin dia tidak senang melihat tanganku menyentuh kulitmu yang lembut," kata Ayaz pada Athalia.Tapi Athalia enggan menanggapi. Ia hanya berkata."Maaf, Tuan Ayaz. Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Permisi!"Athalia segera menarik dirinya dari hadapan Ayaz, lalu duduk di balik meja kerjanya.Melihat itu, Ayaz menarik sebelah sudut bibirnya. Tapi kemudian ia memutar tubuh dan melangkah memasuki ruang kerja Mahesa."Bisakah kau tidak usah datang ke kantorku saat aku tidak mengundangmu!" Mahesa melayangkan ucapan ketusnya."Kenapa begitu, Kak? Aku hanya in
Siang ini, Mahesa dan Athalia duduk di salah satu meja restoran mewah yang ada di Jakarta. Di seberang mereka, tampak seorang lelaki yang cukup tampan lengkap dengan stelan kantornya yang membuatnya makin menawan.Meski begitu, ketampanan seorang Mahesa tetap saja tak terkalahkan.Lelaki itu adalah Arthur, klien Mahesa. Saat ini Mahesa memang sedang mengadakan pertemuan dengan kliennya."Wah, Tuan Mahesa. Aku tidak tahu kalau ternyata kau memiliki sekretaris yang sangat pintar dan cerdas. Jujur, aku merasa terkesan setiap kali mendengar penuturan Nona Athalia mengenai kinerja perusahaanmu," ucap Arthur pada Mahesa, tapi matanya mengedip ke arah Athalia.Hal itu membuat Mahesa tak suka. Tapi karena Arthur adalah kliennya, maka Mahesa pun harus memaksakan senyumnya.
"Jadi kau marah karena Tuan Arthur? Apa kau cemburu?" tanya Athalia, ia bisa melihat wajah Mahesa langsung memerah.Sementara Mahesa melebarka mata, terkejut mendengar pertanyaan Athalia."Siapa yang cemburu? Aku hanya tidak suka saat sekretaris dan klienku bersikap tidak profesional. Kita mengadakan pertemuan di restoran ini untuk membahas soal pekerjaan. Bukannya malah membicarakan masalah yang tidak penting!""Lalu kenapa kau marah padaku? Bukankah Tuan Arthur yang sudah bersikap tidak profesional? Sebagai sekretarismu, aku hanya berusaha menjaga sikap agar tidak membuat klien tersinggung. Apa kau menganggap yang kulakukan itu salah?""Ya! Jelas salah!" tegas Mahesa, rahangnya mengetat di depan wajah Athalia.
'Tuan Mahesa? Kau? T-tapi bagaimana bisa kau memegang ponselnya Athalia?' Arthur syok."Siapa yang bilang kalau yang kau hubungi ini adalah ponsel milik Athalia? Ini adalah ponselku!" tegas Mahesa.'Kau sendiri yang mengatakannya saat memasukannya ke ponselku!' sanggah Arthur.Senyum yang tercetak di bibir Mahesa semakin lebar."Dan kau percaya begitu saja? Heh! Aku tidak menyangka, ternyata kau tidak sepintar yang kukira." Mahesa terkekeh, sementara Arthur terdengar bersungut-sungut di seberang sana.Jelas saja Arthur kesal pada Mahesa. Padahal Arthur pikir yang akan ia hubungi adalah Athalia. Siapa sangka, ternyata telponnya malah tersambung pada nomor Mahesa.'Kau sedang
“Jangan menertawakanku, Athalia! Aku ini bossmu! Apa kau tidak takut kupecat?” tapi Athalia terlalu puas tertawa, kata-kata Mahesa barusan seperti tersapu oleh angin lalu. Hingga Athalia tak mendengarkannya.“Ck! Wanita itu!” seketika sebuah ide terlintas dalam benak Mahesa, bibirnya mengukir senyum licik.Dengan sengaja Mahesa mengusap wajahnya, lalu mendekati Athalia.“Aaakhh. Mahesa! Apa yang kau lakukan?” Athalia menjerit, Mahesa membuat wajahnya menjadi hitam dan kotor.“Hahaha! Tadi kau terlalu puas menertawakanku. Sekarang rasakan! Giliranku yang menertawakanmu. Lihatlah, Athalia! Wajahmu sudah mirip seperti badut! Hahaha!” Mahesa tergelak.Sambil memegangi wa
“Papa tidak peduli. Lagipula sekarang Kiran sudah tidak memiliki skandal apapun. Dan keputusan Papa ini sudah tidak bisa diganggu gugat! Sudahlah. Papa mau mandi!” Leuwis bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Bianca yang terbengong menatap punggungnya yang mulai menaiki tangga.Dengan wajah gelisah, Bianca menoleh ke arah Jessica yang duduk santai sambil menonton televisi.“Ma! Mama dengar apa yang Papa katakan tadi, ‘kan? Papa mau menjodohkan Mahesa dengan Kiran. Kenapa Mama diam saja? Cegah Papa, Ma!” Bianca menggoyang-goyangkan lengan ibunya. Tetapi Jessica menggeleng.“Kenapa Mama harus mencegahnya? Biarkan saja Papamu melakukan apa yang dia mau. Mau dia menjodohkan Mahesa dengan Kiran, dengan artis lain pun Mama tidak akan peduli.”
Athalia terbangun saat merasa kepalanya begitu pusing. Perlahan ia membuka kelopak matanya, mengedarkan ke sekeliling, kemudian memejamkannya lagi rapat-rapat saat pusing di kepalanya makin menjadi. Ditambah lagi rasa mual seperti mendorong sesuatu dari perutnya untuk keluar.“Aduh, badanku juga rasanya pegal sekali. Mungkin karena semalaman Mahesa menyentuhku berkali-kali,” gumamnya sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Mahesa.“Eenghh … “ namun tangan lelaki itu malah menariknya dan memeluknya makin erat. Mahesa menenggelamkan wajah Athalia ke dadanya, hingga Athalia menghembuskan napas pelan.Bagaimana bisa ia ke kamar mandi sementara lelaki itu menahannya seperti ini?“Mahesa,” bisik Athalia.
Akan tetapi, sepertinya Athalia tetap bersikukuh ingin berangkat ke kantor. Pernah sendirian di apartmen dan nyaris mendapat perlakuan yang tidak baik dari Ayaz, membuat Athalia menjadi sangat waspada.Melihat mata Athalia yang mengerjap memohon padanya, akhirnya pertahanan Mahesa pun runtuh. Lelaki itu membuang napas kasar, sebelum kemudian menganggukan kepala.“Ya sudah. Kau boleh masuk kantor hari ini. Tapi ingat, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu! Kau mengerti?” Mahesa mengacungkan telunjuknya di depan wajah Athalia.“Baik, aku mengerti.” Athalia mengangguk senang dengan senyum yang mengembang di bibirnya.***“Apa masih banyak laporan yang harus kutanda tangani?” Ma