Share

Merasa Mual

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Athalia terbangun saat merasa kepalanya begitu pusing. Perlahan ia membuka kelopak matanya, mengedarkan ke sekeliling, kemudian memejamkannya lagi rapat-rapat saat pusing di kepalanya makin menjadi. Ditambah lagi rasa mual seperti mendorong sesuatu dari perutnya untuk keluar.

“Aduh, badanku juga rasanya pegal sekali. Mungkin karena semalaman Mahesa menyentuhku berkali-kali,” gumamnya sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Mahesa.

“Eenghh … “ namun tangan lelaki itu malah menariknya dan memeluknya makin erat. Mahesa menenggelamkan wajah Athalia ke dadanya, hingga Athalia menghembuskan napas pelan. 

Bagaimana bisa ia ke kamar mandi sementara lelaki itu menahannya seperti ini?

“Mahesa,” bisik Athalia.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Puspita Adi Pratiwi
athalia Hamidun
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Lagi-lagi Cemburu

    Akan tetapi, sepertinya Athalia tetap bersikukuh ingin berangkat ke kantor. Pernah sendirian di apartmen dan nyaris mendapat perlakuan yang tidak baik dari Ayaz, membuat Athalia menjadi sangat waspada.Melihat mata Athalia yang mengerjap memohon padanya, akhirnya pertahanan Mahesa pun runtuh. Lelaki itu membuang napas kasar, sebelum kemudian menganggukan kepala.“Ya sudah. Kau boleh masuk kantor hari ini. Tapi ingat, jangan salahkan aku jika terjadi sesuatu padamu! Kau mengerti?” Mahesa mengacungkan telunjuknya di depan wajah Athalia.“Baik, aku mengerti.” Athalia mengangguk senang dengan senyum yang mengembang di bibirnya.***“Apa masih banyak laporan yang harus kutanda tangani?” Ma

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perjodohan

    “Tuan Gwen. Perkenalkan! Ini putraku, Mahesa.” saat Mahesa datang, Leuwis langsung berdiri dari duduknya dan merangkulnya. Bibirnya menyunggingkan senyum pada lelaki paruh baya yang dia panggil dengan sebutan Tuan Gwen.“Oh, jadi ini putramu, Leuwis. Ternyata dia sangat tampan. Kurasa, dia memang cocok untuk menjadi pasangannya Kiran,” ucap Tuan Gwen sambil ikut berdiri, Kiran yang semula duduk pun, kini berdiri di samping ayahnya dan tersenyum pada Mahesa.Dalam hatinya, Kiran merasa takjub. Ia tidak menyangka jika putra dari teman ayahnya itu sangat tampan dan berkarisma.“Haha … kau jangan menyanjungku seperti itu, Tuan Gwen. Kiran juga cantik. Mereka pasti akan menjadi pasangan yang cocok,” balas Leuwis sambil tertawa.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Karena Pengorbanan

    Begitu lampu menyala, Mahesa melihat Athalia telah tidur miring di atas sofa panjang yang ada di ruang tengah. Ternyata wanita itu menungguinya pulang.“Athalia?”Mahesa menghampiri sofa tempat dimana tubuh Athalia terbaring. Menunduk di sampingnya dan menyibak rambut yang menghalangi wajah cantik Athalia.Melihat Athalia yang begitu tenang dalam tidurnya, membuat Mahesa tak kuasa untuk menarik kedua ujung bibirnya, melengkungkan senyum manis."Bukankah sudah kubilang jangan menungguiku pulang. Tapi kau sangat keras kepala," gumam Mahesa. Tapi tangannya menyusup ke bawah tubuh Athalia, lalu mengangkatnya ke dalam gendongan.Sebelum kemudian kakinya menapaki tangga sambil menggendong Athalia. 

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Ayah tak Bertanggung Jawab

    "Dengar, Athalia. Sampai kapanpun aku masih ayahmu. Dan tidak ada satu pun yang bisa mengubah hal itu. Tega sekali kalian mencampakkan Ayah, meninggalkan Ayah sendirian di dalam kontrakan kumuh itu. Ayah kebingungan mencari keberadaan kalian. Untung saja Ayah mendapat informasi dari temanmu kalau kalian pindah ke sini."Athalia memutar bola matanya jengah mendengar penuturan Baron. Tingkah lelaki paruh baya itu memang selalu membuat Athalia sebal. Sebab yang Baron lakukan hanya membuat ibu dan adiknya susah. Tak pernah sekalipun Baron bersikap tanggung jawab selayaknya seorang Ayah."Katanya ... sekarang Yasna sudah sembuh? Benarkah? Kalian dapat uang darimana sampai bisa membayar biaya transplantasinya? Hmm? Mengapa tidak memberitahukannya pada Ayah? Ayah adalah ayah biologisnya Yasna, Ayah juga berhak tahu darimana uang itu didapat?" pertanyaan Ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Jangan Sentuh Barang Milikku!

    Karena merasa lelah, Athalia hanya menatap makanan itu dan beranjak ke kamarnya dengan Mahesa.Saat membuka pintu kamar pun, lelaki itu tidak ada di sana. Athalia celingukan mencari Mahesa di balkon, tetapi hanya ada kursi dan meja kosong di sana."Apa mungkin Mahesa sedang mandi?" gumamnya bertanya-tanya.Athalia menempelkan telinga kanannya ke daun pintu, lalu suara gemercik air terdengar dari dalam."Jadi dia memang sedang mandi," ucapnya lega.Setelah itu, Athalia melepaskan tas slempangnya dan menaruhnya di atas nakas."Hahh ... Malam ini betul-betul sangat melelahkan. Kenapa Ayah harus datang lagi menemui kami. Semoga saja dia tidak akan m

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Athalia Sakit

    Athalia perlahan membuka matanya, lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Tidak. Saat ini Athalia tidak sedang berada di dalam kamar mandi tempat dimana sebelumnya dirinya tak sadarkan diri, melainkan Athalia sudah berada di dalam kamar Mahesa. Bahkan Athalia pun tidur nyaman di atas ranjang besar itu."Siapa yang menggendongku ke sini? Apakah Mahesa yang melakukannya?" Athalia terkejut, mengubah posisinya menjadi duduk. Tapi kemudian ia membuang napas pelan saat menyadari bahwa pertanyaannya amat konyol.Tentu saja Mahesa yang sudah menggendongnya ke kamar. Sebab di dalam apartmen itu tidak ada lelaki selain Mahesa yang memiliki tenaga cukup untuk membopong tubuh Athalia.Athalia meraba perutnya, ia baru menyadari bahwa bathrobe

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Mendiamkan Athalia

    Perjalanan pulang dari kantor menuju ke apartmen, Athalia merasa gelisah duduk di samping Mahesa.Pasalnya, sampai detik ini pun lelaki itu masih marah padanya."Oh iya, pelayanmu bilang, katanya persediaan apel sudah mau habis di kulkas. Nanti kau akan belanja buah apel di mana? Di toko buah, atau di supermarket?" tanya Athalia, yang sebenarnya hanya ingin memancing Mahesa untuk bicara.Tapi sayangnya lelaki itu tetap diam, tidak menggubris Athalia sama sekali. Matanya tetap lurus ke depan, dimana jalanan terhampar di sana.Diamnya Mahesa membuat Athalia menggigit pelan bibir bawahnya."Mahesa masih marah. Sampai sekarang dia masih mengabaikanku. Sebesar itukah kesalahan yang kulakukan, sa

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Obat-obatan

    "Mahesa! Jangan!" karena Athalia tahu dosis obat tidur yang hendak Mahesa minum lebih dari dosis kewajaran, maka Athalia berteriak dan mendorong tangan Mahesa hingga obat itu berakhir berhamburan di lantai."Athalia! Kau ini kenapa?!" sentak Mahesa marah. Matanya berkilat menatap tajam ke arah Athalia."Kau akan meminum obat tidur dengan jumlah yang melebihi dosis? Apa kau sudah gila, Mahesa? Bagaimana jika kau mati?!" karena ketakutannya, Athalia balas membentak Mahesa.Athalia bukan takut akan dimarahi oleh lelaki itu. Tetapi Athalia lebih takut jika Mahesa sampai overdosis obat-obatan."Bukan urusanmu! Lagipula jika pun aku mati, tidak akan ada satu orang pun yang peduli!""Kau salah! Tentu saja ada orang yang sangat

Latest chapter

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status