Home / CEO / Penghangat Ranjang Tuan CEO / Bukan Lagi Baby Sitter

Share

Bukan Lagi Baby Sitter

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Leuwis ingin menumbuhkan lebih banyak kebencian di dalam hati Mahesa terhadap wanita itu, agar Mahesa fokus pada hubungannya dengan Kiran dan berhenti penasaran dengan sosok Athalia.   

Tangan Mahesa sedikit gemetar, bersamaan dengan emosi yang meluap dalam dirinya.

“Aku tak percaya kalau pernah sebodoh ini tergoda oleh wanita seperti Athalia. Di balik wajahnya yang lugu, dia adalah wanita yang sangat murahan,” batin Mahesa. Rahangnya yang merapat menunjukkan betapa kesalnya ia saat ini.

Bagaimana tidak, Leuwis menunjukkan foto-foto Athalia saat tidur dengan para pengusaha yang wajahnya cukup Mahesa kenali.

Bahkan ada foto-foto saat Athalia sedang asyik menemani lelaki kaya berjoget di lantai dansa. 

Semua foto itu membuat Mahesa muak, dilemparnya kembali foto-foto itu ke atas meja kerja Leuwis. Membuat Leuwis menarik sebelah ujung bibirnya dengan sebelah alis yang terangkat.

“Bagaimana? Kau percaya pada Papa

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Alma takkan Terganti

    “Memangnya ada apa di rambutku?” Athalia balik bertanya sambil mencoba meraba rambutnya sendiri.Dean mengulurkan tangannya, mengambil sesuatu dari helai rambut Athalia yang tergerai indah.Namun, ketika jemarinya menyentuh rambut itu dan merasakan betapa halusnya rambut Athalia, Dean seperti enggan menarik tangannya dari sana.Mata mereka malah bersitatap satu sama lain. Dean memperhatikan wajah Athalia yang tetap terlihat cantik walau hanya berpoles make up seadanya.Sementara Athalia merasa gugup ditatap sedalam itu oleh Dean.“Ekheemm! Papa! Mama! Apakah kita jadi berangkat ke sekolahku? Jika kalian terus bermesraan di dalam mobil, bisa-bisa aku terlambat masuk sekolah.” suara Dirly membuat Dean dan Athalia segera memutuskan pandangan dan saling berpaling ke arah lain.Dean menoleh pada Dirly dengan senyum salah tingkah yang berusaha ia sembunyikan.“Maaf, kita berangkat sekarang.”Mobil itu pun mulai be

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Jangan Menggodanya!

    Dari bagaimana Dean menceritakan tentang sosok calon istrinya yang baru, Mahesa tahu bahwa Dean begitu terlena dengan wanita itu.Sebelah ujung bibir Mahesa tertarik, Mahesa menahan senyum karena ia tahu betul kalau Dean bukanlah lelaki yang mudah jatuh cinta.Bisa dibilang, dari sekian ratus wanita yang menatapnya tergila-gila, hanya Alma saja yang berhasil mengisi relung hatinya.Ya, Dean sangat minim dalam hal percintaan dengan wanita. Sementara Mahesa? Jangan tanya berapa wanita yang pernah menghangatkan ranjangnya.“Jika wanita itu sudah mampu meluluhkan hati seorang Dean Sebastian, aku pastikan dia orang hebat.” Mahesa berkata, membuat Dean tergelak mendengarnya.“Aku serius.” Mahesa berdecak tidak suka saat ucapan seriusnya malah dibalas dengan derai tawa.Dean mengangguk, lantas tersenyum lebar. “Kau benar, dia memang wanita yang hebat.”“Jadi … mana wanita hebat itu? Meng

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Lalu Bayi itu?

    Mereka bertiga pun bangkit berdiri dari kursi. Namun ada sebuah pemandangan yang membuat hati Mahesa sialnya malah berdenyut sakit.Ketika Dean membantu Athalia berdiri dari kursinya, lalu menuntun Athalia berjalan sambil tangan kanannya merengkuh pinggang Athalia.Apalagi Mahesa berjalan di belakang mereka, tentu pemandangan itu terekspose jelas oleh matanya.Mahesa memperlambat jalan, lalu mendengkus masam.Belum juga keluar dari pintu restoran, Dean tiba-tiba menghentikan langkah yang membuat kening Athalia berkerut menatapnya.“Kenapa?”“Athalia, aku lupa mau mengambil sesuatu dari ruang kerjaku. Kau duluan saja tunggu di luar, aku mau naik ke atas dulu. Tidak apa-apa, ‘kan?” tanya Dean, mengangkat kedua alisnya pada Athalia.Athalia menggeleng, lalu mengulas senyum tipis.“Tidak apa-apa. Pergi saja.”Dean membalas dengan senyum lebar, lalu mengacak pelan puncak rambut

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Mencoba Mengingat

    Hening, adalah sebuah suasana yang paling nikmat saat dipadukan dengan malam dan angin yang mendesau pelan.Ketika jam di dinding kamarnya menunjukan pukul sepuluh malam, Mahesa justru memilih menyibukan diri dengan berdiri di balkon kamarnya yang terbuka.Membiarkan angin masuk dan menggoyangkan vitrase di kaca. Meskipun saat angin itu menerpa tubuhnya, angin itu tak berhasil mengalirkan hawa sejuk dalam dirinya.Dadanya masih panas, bergemuruh.Terlebih lagi saat bayangan Athalia dan Dean yang terlihat begitu romantis. Membuat perasaan entah, mengalir dalam dada Mahesa. Sialnya malah menimbulkan denyut sakit dan perih di dalam sana.Mungkinkah Mahesa cemburu? Apa, cemburu pada wanita semurah Athalia?“Hanya orang tidak waras saja yang bisa jatuh cinta pada Athalia,” gumam Mahesa, lalu tersenyum kecut.Setelah puas menikmati angin malam yang dinginnya mulai menusuk, Mahesa berbalik dan melangkah masuk ke kamarnya.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Menangis

    “Jeruknya yang mana, Nona?” Bik Inah bertanya pada Athalia yang berdiri di sampingnya.Hari ini, mereka berdua sedang belanja di salah satu toko buah ternama di Jakarta.Athalia menoleh pada Bik Inah, lantas melempar senyum.“Yang mana saja, Bik. Yang terlihat paling segar.”Bik Inah mengangguk, dengan cekatakan memasukkan beberapa buah jeruk ke dalam plastik bening yang tadi diambilnya dari gulungan yang tersedia di masing-masing tempat buah.“Tuan kecil paling suka dengan buah jeruk, kita ambil banyak saja, Nona.” Bik Inah terlihat sumringah. Athalia mengangguk dan tersenyum mendengar ucapannya.Sebenarnya belanja buah-buahan ini bisa dilakukan oleh pembantu. Tetapi Athalia merasa bosan diam di rumah, sedangkan Dean sedang di restorannya. Jadi Athalia pikir tidak masalah jika ia menghilangkan penat dengan membantu tugas Bik Inah.Setelah selesai membayar, mereka pun berbalik

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Harus ada Imbalan

    Mendengar suara bocah itu, segera Athalia mengusap air matanya dan melempar senyum pada Dirly.“Hei! Kenapa kau bangun, Dirly? Apa Mama mengganggu tidurmu? Maaf ya, sekarang tidurlah lagi. Ini sudah malam.” Athalia memegangi kedua pundak Dirly, membujuk bocah itu untuk kembali berbaring.Namun Dirly terdiam mengerutkan keningnya pada Athalia. Matanya seakan mengamati kedua bola mata Athalia yang basah.“Mama belum menjawab pertanyaanku. Mengapa mata Mama basah? Mama menangis?” Athalia meneguk ludahnya susah payah. Terdiam dan tidak tahu harus menjawab apa. Tidak mungkin ia mengatakan yang sejujurnya pada Dirly tentang segala permasalahan yang mengganggu pikirannya.Athalia pun mengangguk, tersenyum kecil sembari mengusap pelan rambut Dirly.“Ya, tadi Mama menangis,” jawab Athalia.“Why? Apa ada orang lain yang menyakiti Mama?” Dirly melebarkan mata, wajahnya mulai cemas. Athalia menggeleng. “Tidak ada, sayang. Mama menangis bukan karena orang lain. Tapi karena Dirly.” “Karena aku?”

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Calon Istri Dean

    Dean berdiri gelisah bawah tangga. Sesekali matanya terangkat melirik ke arah ujung tangga. Berharap seseorang yang sedang ia tunggu akan muncul di sana dengan gaun mewah berwarna ungu muda yang telah ia siapkan."Apa Athalia masih lama? Kenapa aku jadi gelisah begini?" Dean bergumam pelan, geleng-geleng kepala saat menyadari bahwa tingkahnya sudah serupa remaja yang baru jatuh cinta.Malam ini adalah malam pernikahan teman sekolahnya Dean yang bernama Danial. Dan tentu saja Dean akan pergi ke sana bersama pasangannya yaitu Athalia."Papa! Look! Bidadarimu sudah siap!"Suara Dirly yang berseru riang, terdengar di telinga Dean. Membuat Dean segera memutar wajah dan kembali mengarahkan pandangannya pada ujung tangga.Saat itu juga Dean terperangah membuka mulutnya. Tak bisa berkata-kata melihat sosok Athalia yang sedang berjalan menuruni tangga sambil sebelah tangannya dituntun oleh Dirly yang mengenakan piyama mickey mouse.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Kepergok

    Setelah mengetahui bahwa Athalia adalah calon istri Dean, ada perasaan kesal yang bersarang di hati Kiran.Bagaimana tidak, menurutnya Dean cukup tampan dan tentu saja kaya. Athalia sama sekali tak pantas bersanding dengan lelaki seperti Dean, apalagi Mahesa.“Tapi sudahlah. Yang penting Athalia tidak akan lagi merebut Mahesa dariku,” batin Kiran, lalu menyunggingkan senyum tipis.Setelah meneguk sampanye hingga tandas, Kiran menaruh gelas kosong di meja dan melirik pada Mahesa yang duduk di hadapannya.“Sayang, aku ke toilet sebentar.” Kiran bangkit dari duduknya sambil mengusap punggung tangan Mahesa yang ada di atas meja.“Hemm … pergilah!” Mahesa berdeham malas.Kiran pun membawa tas selempangnya yang berharga puluhan juta, kemudian berlalu pergi meninggalkan Mahesa.Merasa bosan dan jengah dengan suasana pesta yang membuatnya pusing, Mahesa mengetuk-ngetukan jemari di meja.Sebenarnya ia bukanlah

Latest chapter

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status