Share

Bersembunyi

Penulis: Syifa Safaah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pagi ini, Athalia kembali datang ke rumah Dean. Ia telah selesai membantu Dirly memakaikan baju, juga menyisirkan rambutnya seperti kemarin.

Kini, Athalia berdiri di samping kursi yang Dirly duduki. Mengoleskan selai kacang di atas setangkup roti dan meletakannya di atas piring milik Dirly.

“Terima kasih!” mata Dirly terangkat, mengedip pada Athalia.

Athalia tersenyum. “Sama-sama.”

Dean pun diam-diam tersenyum melihat kehangatan dua orang di hadapannya.

“Athalia, duduk di kursimu dan sarapan. Dirly, habiskan sarapanmu!”

“Baik, Pa.” Dirly mengangguk.

Athalia mendudukan dirinya di sebelah Dirly. Lalu mengalasi piringnya sendiri.

Saat rotinya tinggal setengah, Dirly menjeda sarapannya sebentar, meraih gelas dan meneguk airnya, lalu menatap ke arah Dean yang duduk di seberangnya.

“Pa!”

“Hemm … ada apa?” Dean pun menghentikan sarapannya sebentar, sejenak memusa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Bertemu di Toko

    Pulang dari sekolah, Athalia dan Dirly langsung pergi ke toko buku.Sementara sopir menunggu di baseman, mereka menaiki lift, menuju lantai dimana ratusan rak buku berjejer di sana.Setelahnya pintu lift terbuka, Dirly langsung terperangah dan melompat keluar dari lift.“Dirly, hati-hati!” jantung Athalia nyaris dibuat copot, karena bocah itu berlari tanpa mempedulian tadi ia hampir tergelincir.Tapi saat Dirly sudah berjalan ke arah rak buku, Athalia mendesah lega dan tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.“Hhh anak itu.” “Yeay! Aku dapat!” Dirly berhenti di depan sebuah rak, lalu mengambil salah satu buku dari sana.Athalia mempercepat langkah untuk mencaritahu buku apa yang diambil oleh tangan mungil itu.“Komik?” Athalia mengangkat sebelah alisnya.Dengan tanpa dosanya, Dirly menoleh dan mengangkat komik itu tinggi-tinggi, menunjukannya pada Athalia.“Ini komik o

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Sentuhan tangan Lembut

    Selesai membeli komik untuk koleksi Dirly, Athalia membeli beberapa buku pelajaran untuk bocah usia satu tahun. Dengan senang hati Dirly membantu membawakan buku-buku itu.“Sini, Dirly. Biar aku yang membawa buku-bukunya.” Athalia menjulurkan tangannya, hendak mengambil alih buku-buku dari tangan Dirly.Namun Dirly menggelengkan kepala seraya menjauhkannya dari jangkauan tangan Athalia.“Tidak perlu, biar aku saja yang membawanya.”“Kau yakin? Sejak tadi kau yang membawanya, apa kau tidak merasa keberatan?” Athalia menautkan kedua alisnya.Dirly nyengir lebar, sekali lagi kepalanya menggeleng. “Tentu saja tidak. Meskipun aku masih, tapi ototku sudah sekuat Papa,” ucapnya membanggakan diri.Athalia nyaris tersedak tawa, tapi kemudian ia mengangguk-anggukan kepala.“Oh, oke. Baiklah. Terserah kau saja kalau begitu.” dengan gemas, Athalia mengacak pelan rambut Dirly, membuat si empunya langsu

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Gaun Mendiang Istriku

    Dean menyipitkan mata, menunggu jawaban Athalia.“Emhh … itu Pak Dean.”“Itu apa?”Suara klakson mobil terdengar dan mengejutkan mereka sebelum Athalia bicara lagi. Perhatian Dean segera teralih, keningnya berkerut sekarang.“Kenapa Pak Sardi membunyikan klakson,” gumam Dean, lalu berjalan menuruni tangga dan meninggalkan Athalia.Buru-buru Athalia menghela napas lega.“Hah, untung saja Pak Sardi menyelamatkanku,” ucap Athalia.Sementara itu, langkah Dean bergerak keluar teras. Ia melihat sopirnya baru turun dari mobil dan menutup pintu mobil itu hingga rapat.Dean sudah menduga, pasti lelaki setengah baya itu yang membunyikan klakson mobilnya.“Kenapa klaksonnya bunyi, Pak Sardi?” tanya Dean, sambil membenamkan kedua tangannya ke dalam saku celana, sedangkan matanya lurus menatap pada Pak Sardi yang mengusap tengkuknya dengan malu.“Maaf, Pak Dean.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Calon Istriku

    “Apakah aku terlihat tampan?” tanya Dirly, sambil berputar setelah mengenakan stelan jas yang pas dengan tubuhnya.Dean yang duduk di tepi ranjang pun menahan senyum.“Sepertinya pertanyaan itu akan lebih cocok jika kau tanyakan pada Tante Athalia,” kata Dean.Dirly mengerutkan kening. Mendekat selangkah pada Dean agar Dean bisa merapikan dasi kupu-kupu merah yang mengikat di depan lehernya.“Kenapa harus Tante Athalia?”“Karena dia perempuan. Tentu dia akan tahu pria tampan itu yang seperti apa,” jawab Dean sambil meraih sisir yang tergeletak di atas tempat tidur, lalu mulai menyisir rambut Dirly yang sedikit basah.Dirly manggut-manggut mendengar celotehan ayahnya.“Baiklah, kalau begitu, nanti akan kutanyakan pada Tante Athalia jika dia sudah kembali,” ucap Dirly penuh semangat.Entah mengapa, hari ini bocah itu merasa dirinya paling berkarisma di sini. Mungkin karena sekaran

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Siapa Paling Tampan?

    “Apakah sudah selesai?” Dirly bertanya pada Athalia yang sedang membantu merapikan rambutnya.“Sebentar lagi.” Athalia merapikan pinggir rambut Dirly dengan jemari, lalu ia menepuk-nepuk pelan jas yang dikenakan bocah itu. Lantas senyum puas pun terkembang di wajah Athalia. “Nah, sekarang sudah selesai. Kau terlihat sangat tampan,” serunya.“Benarkah?” senyum Dirly merekah lebar. Kakinya berjalan menuju cermin dan menatap pantulan dirinya dari sana. “Kau benar, aku terlihat gagah, bahkan lebih gagah daripada Papa.”Nyaris saja Athalia menyemburkan tawa saat mendengar Dirly memuji dirinya sendiri. Bahkan membandingkan penampilannya dengan Dean, yang tentu saja tak sebanding dengannya.“Ehem … mungkin saja.” Athalia bangkit dari duduknya, berdiri sambil bersidekap menatap punggung Dirly yang masih asyik menatap cermin.Tiba-tiba bocah itu berbalik menatapnya.“Tante Athal

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Pemilik Suara Lembut

    “Mana toiletnya? Dean bilang di dekat dapur.” menjauhi kerumunan pesta, Mahesa mengayunkan langkah melewati ruang tengah.Sesaat langkahnya terhenti di bawah tangga, lalu matanya melebar senang, selaras dengan kedua sudut bibirnya yang melengkung ketika ia melihat pintu dapur di ujung sana.Benar saja, berbelok sedikit ke arah kiri, ada sebuah pintu yang bisa dipastikan adalah toilet.Mahesa tersenyum, melanjutkan langkah yang sempat terjeda, lalu masuk ke dalam toilet itu.***“Supnya wangi sekali, Bik.” Athalia memuji sambil melirik ke arah Bik Inah yang sedang mengaduk sup ayam di dalam panci.Pujian itu bukan semata karena basa-basi. Namun, Athalia berkata jujur apa adanya.Baru kali ini ia mencium bau sup yang seenak ini.“Ah, Nona Athalia bisa saja,” sahut Bik Inah, tersipu menundukan kepala.“Aku serius, Bik. Kapan-kapan, aku ingin tanya resepnya.”Bik Inah mengangguk. &ldq

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Pertemuan

    “Ck! Acara ini membosankan sekali. Mahesa juga belum kembali dari toilet. Hhh … kalau bukan karena cinta. Mana sudi aku datang ke acara tidak penting seperti ini. Apalagi suara anak-anak itu membuat telingaku pengang,” gerutu Kiran di dalam hati.Kiran berdecak dan memutar bola matanya malas saat melihat anak-anak SD kelas satu itu saling bercanda dan tertawa. Ada beberapa dari mereka yang berteriak-teriak tidak jelas sambil bercanda dengan para badut. Membuat Kiran mengusap lengannya bosan.Dean yang sedang membenarkan letak dasi di kerah kemeja Dirly pun menoleh ke arah Kiran. Keningnya berkerut melihat raut jengah di wajah wanita itu.“Sebentar, Papa ke sana dulu.” Dean berbisik di telinga kanan Dirly.“Iya, Pa.” bocah itu mengangguk, lalu kembali fokus pada badut yang sedang atraksi di depannya.Dean melangkah menjauhi Dirly dan mendekati Kiran yang sedang mengusap tengkuknya.“Mahesa belu

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Di mana Suami Athalia?

    Menjawab pertanyaan Mahesa, Kiran menggelengkan kepala.“Tidak usah. Antar aku pulang saja. Aku hanya butuh istirahat sebentar untuk membuat rasa pusing ini hilang,” jawab Kiran, Mahesa kemudian mengganggukan kepala tanpa curiga.Kiran yang semula memejamkan mata, kini sedikit membuka kelopak matanya, mengintip ekspresi Mahesa yang sedang mengemudi. Lalu seulas senyum culas tersungging di bibir.“Bagus, Mahesa tak curiga sama sekali. Untung saja dia tak bertemu dengan Athalia. Aku harus pastikan agar Mahesa tak sering bertemu dengan temannya yang bernama Dean itu agar ia dan Athalia tak pernah bertemu.” Kiran bergumam dalam hati.Ada ribuan pertanyaan yang menyesaki kepalanya saat ini. Tentang mengapa Athalia bisa berada di kediaman Dean? Siapakah wanita itu dalam hidup Dean? Rasa penasaran itu sangat tinggi.Meski tak seberapa penting bagi Kiran, tetapi suatu saat ia harus mencaritahu semuanya.***Malam s

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   TAMAT! Akhir Bahagia

    Mahesa menatap pada dokter dengan sorot penuh harap. Dan dokter itu menarik napas sebelum akhirnya berkata.“Keadaan Nyonya Athalia tetap sama. Tapi kita masih bersyukur operasi ini tak memperparah kondisinya. Setelah pulih dari melahirkan, Nyonya Athalia sudah bisa melakukan terapi kankernya di Indonesia. Dia wanita yang kuat, tak banyak yang berhasil bertahan sampai di titik ini,” ungkap dokter itu yang akhirnya membuat Mahesa mendesah lega.Mahesa sangat kagum pada Athalia. Kini ia menatap wajah bayi mungilnya yang tampak memerah. Bayi itu menangis, lalu perawat mengambil alihnya dari tangan Mahesa.“Maaf, Tuan. Kami harus segera memindahkan bayi perempuan Anda ke ruang inkubator.”Mahesa mengangguk mendengar ucapan perawat itu. “Boleh aku ikut mengantar bayiku?” tanya Mahesa, seakan tak rela jika harus berpisah barang hanya sejenak dengan malaikat kecilnya.Perawat dan dokter itu saling pandang,

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Doa dan Harap

    Meski usia kandungan Athalia baru menginjak delapan bulan, namun dokter menyarankan agar bayi Athalia segera dikeluarkan dari kandungannya. Karena akan makin membahayakan kondisi Athalia.Awalnya Athalia sempat menolak dan berdebat kecil dengan Mahesa. Athalia takut terjadi hal buruk pada bayi mungilnya andai dilahirkan premature. Namun Mahesa bersikukuh meyakinkan bahwa dokter tahu yang terbaik. Mahesa juga takut terjadi hal buruk pada bayinya. Tapi ia lebih takut kehilangan Athalia.Akhirnya Athalia luluh setelah Mahesa meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja.Dean dan Narsih sudah ada di rumah sakit. Mereka berdua datang ke Jerman. Sedangkan Yasna, Dirly dan keluarga Dean masih di Indonesia. Sengaja sekali Dean tak mau memberitahukan kabar Athalia yang akan dioperasi ini pada mereka agar tak merasa khawatir.“Mahesa, jangan pergi!” Athalia menggenggam erat tangan Mahesa saat perawat mendorong ranjangnya menuju ke ruang operasi.

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Perasaan tak Berubah

    “Dia baik-baik saja.” dokter berkata pada suster setelah ia memeriksa keadaan Athalia.“Tapi dia mengigau terus, dok.”“Tidak apa. Selama kondisinya stabil. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” pungkas dokter yang menangani Athalia. Dokter itu bernama Dokter Greg.Suster itu mengangguk. “Baik, dokter. “ sebenarnya suster itu khawatir terjadi apa-apa pada Athalia, juga karena ia dibayar oleh Dean untuk terus memantau kondisi Athalia dan menginformasikan setiap perkembangannya.Tepat di saat dokter baru saja akan berbalik keluar dari ruangan itu, tiba-tiba mereka mengerutkan kening saat melihat sosok lelaki yang tak dikenal, melangkah memasuki ruang ICU dan menghampiri ranjang Athalia.“Siapa dia?” dokter berbisik pada suster.“Saya tidak tahu, dok,” balas suster itu menggelengkan kepala.Lelaki asing itu adalah Mahesa. Yang ketika melihat pintu ruang ICU tak di

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Akhirnya Menemukanmu

    Tak ingin membuang waktu, Mahesa langsung mengurus keberangkatannya ke Jerman. Dan sebagai seorang ayah yang telah mendukung Mahesa, Leuwis turut membantu segala persiapan putranya.Kini mereka pun telah tiba di bandara. Sebelum masuk ke gate penerbangan, Leuwis menggenggam tangan kanan Mahesa dengan erat.“Apa kau yakin Papa tidak perlu menyusulmu ke sana?” tanya Leuwis, yang sebenarnya ingin ikut.“Tidak perlu, Pa. Papa tunggu saja di sini dan berikan doa yang terbaik untukku.” “Itu pasti. Kau tak perlu memintanya. Papa akan selalu mendoakanmu.”Mahesa tersenyum, sesaat memeluk ayahnya, sebelum kemudian mengurai pelukan dan pamit untuk pergi.Leuwis menghela napas pelan sambil melambaikan tangan, melepaskan kepergian Mahesa yang kini telah menghilang dari pandangan mata.“Semoga keberuntungan dan kebahagiaan selalu menyertaimu, Mahesa,” gumam Leuwis.***Tiba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Temukan Athalia!

    Meski sudah larut malam, Dean tak bisa tidur. Ia masih duduk di ruang tengah sambil menonton TV.Namun, tiba-tiba terdengar suara bell rumahnya yang berdenting.“Ck! Siapa yang bertamu di malam-malam buta begini.” Dean bergumam lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke pintu utama.Saat pintu itu dibuka, Dean langsung menghembuskan npaas kasar ketika melihat sosok Mahesa yang berdiri di hadapannya dengan penampilan yang cukup berantakan.Sepertinya Mahesa habis berkelahi. Terlihat dari rahang dan sudut bibirnya yang lebam dan berdarah.“Apa kau sudah gila? Bisakah kau bertamu di waktu yang tepat?” Dean menyindir, baru saja ia akan kembali menutup pintu rumahnya namun tangan Mahesa lebih dulu menahannya dengan kuat, hingga Dean menyerah dan pintu itu pun kembali terbuka lebar.“Sebenarnya apa maumu?” sentak Dean, kesal.“Aku mau kau beritahu aku di mana Athalia berada?” tegas

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Dean Berbohong

    Leuwis tak sanggup saat melihat Mahesa yang sedang kacau seperti ini.“Mahesa,” desah Leuwis bersimpuh duduk di samping Mahesa dan membuat Mahesa membuka kedua matanya hingga bertemu pandang dengan bola mata ayahnya.“Pa … “ Mahesa berbisik pelan. Namun kedua matanya menyiratkan kesedihan. Terihat dari matanya yang memerah dan berkaca-kaca.“Kemarilah, Nak! Kemarilah!” Leuwis membuka tangannya lebar-lebar.Mahesa tahu isyarat itu. Ia pun beringsut duduk dan segera masuk ke dalam pelukan Leuwis. Menghambur memeluk tubuh Leuwis dan menumpahkan tangisnya di dada ayahnya.Mahesa menangis tanpa suara. Hanya saja Leuwis merasa bagian depan bajunya yang basah.“Pa, aku telah kehilangan dia! Aku telah kehilangan Athalia dan anakku! Athalia sedang hamil, Pa. Dia hamil darah dagingku. Berkali-kali aku membujuknya tapi dia tak mau kembali. Aku terlalu banyak menyakitinya. Aku ini lelaki bejat yang sangat menji

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Luka Hati

    Hanya sebentar Leuwis dirawat di rumah sakit. Ia pun sudah boleh pulang ke rumahnya.Selama ada di rumah sakit, tak ada satu pun anggota keluarganya yang menjenguknya selain Mahesa.Entah karena memang mereka tidak tahu Leuwis dirawat, atau mungkin karena mereka tidak peduli sama sekali terhadapnya.Yang jelas, Leuwis merasa kecewa. Ayaz melihat dirinya yang hampir mati, namun sama sekali tak berniat menolongnya.Justru Mahesa lah yang melarikannya ke rumah sakit dan menemaninya meski mereka hanya saling diam dan tak ada satu pun yang berani bicara.“Kau gila, Ayaz! Kau berani melakukan itu pada Papamu? Bagaimana kalau dia masih hidup lalu mengusir kita semua dari rumah ini?”Baru saja Leuwis akan membuka pintu kamar Ayaz untuk menegur anak tirinya itu, namun gerakan Leuwis terhenti saat ia mendengar suara Jessica yang sepertinya sedang berbicara dengan Ayaz.“Masa bodo tentang Leuwis. Dia bukan Papaku. Aku bosan hidup di ba

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Diselamatkan oleh Putra yang Dibenci

    “Selama ini aku bekerja untuk memenuhi hidupmu dan keluarga kita. Tapi mengapa kau tak menghargaiku? Setidaknya bantu aku untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Bukannya malah menambah masalah di kepalaku!” sentak Leuwis dengan keras.Leuwis marah, tentu saja.Bisa dibilang, Ayaz adalah anak tertua setelah Mahesa. Meskipun Ayaz hanya anak tirinya. Namun Leuwis pikir, sudah sepantasnya Ayaz ikut mengemban tanggung jawab untuk mengurus perusahaan dan membantunya.Bukannya malah hanya berfoya-foya.“Apa masalahnya, Pa? Aku memanggil dua wanita penghibur itu untuk sedikit menyenangkanku. Bagaimana aku bisa bekerja jika hatiku tidak senang?” Ayaz berkata dengan wajah santainya.Membuat bola mata Leuwis melebar.“Tapi kau bisa bersenang-senang di waktu dan tempat yang tepat! Tidak dalam situasi seperti ini!” Leuwis masih tak habis pikir. Ayaz sempat memikirkan kesenangannya di saat mereka terancam hid

  • Penghangat Ranjang Tuan CEO   Arti Tulus

    Langit terlihat begitu mendung. Tak secerah tadi pagi, dimana saat mereka asyik bermain sepak bola di halaman belakang rumah Dean.Kini Dean melamun, menatap nanar pada wajah Athalia yang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Dean menungguinya. Ia mengusir halus semua orang yang hendak ikut menemani Athalia di rumah sakit, termasuk Narsih dan Yasna.“Athalia, kau harus berjanji padaku! Kau akan tetap hidup sampai nanti, sampai Dirly dan anakmu dewasa. Sampai kau berhasil mendapatkan kebahagiaan sesungguhnya. Jangan pernah pergi sebelum semua itu terjadi. Berjanjilah padaku, Athalia!” Dean meraih tangan kanan Athalia, lalu menciumi jemarinya.Lelaki bertubuh kekar itu tak bisa menahan saat air mata meluruh jatuh melewati pipinya.Hari ini, saat Athalia dibawa ke rumah sakit, dokter memberitahu sebuah kabar yang membuat semua orang terkejut. Tak menyangka. Bahkan terluka.Bagaimana tidak, dokter mengatakan Athalia menderita kanker darah. Dan tak s

DMCA.com Protection Status