"Setiap kali ingin makan makanan seperti ini apa kamu akan menangkapnya sendiri?" tanya Elsa sambil menikmati lobster besar hasil tangkapan Dustin. Tidak bisa Elsa pungkiri, Lobster tersebut rasanya sangat fresh. Manis dari daging terasa berbeda dari yang pernah Elsa makan, ia tidak bisa berhenti menyantap makanan tersebut meskipun perutnya sudah mulai kenyang.
"Tergantung cuaca, ketika air sedang pasang maka aku tidak akan bisa menangkap Lobster ini di perairan dangkal." jawabnya.
Elsa mengangguk anggukkan kepala, secara tidak sadar kedekatannya bersama Dustin jadi lebih bagus dari sebelumnya. Semoga saja akan berlanjut terus seperti ini agar Elsa merasa lebih betah tinggal ketimbang harus melayani nafsu Dustin setiap hari.
Diam-diam Dustin memperhatikan cara makan Elsa, ia menahan senyum geli karena Elsa menghabis
Keesokan harinya, Elsa mencari keberadaan Dustin untuk melanjutkan pembicaraan mereka semalam. Tapi Dustin tidak terlihat dimanapun, mungkin pria itu sedang berada di tempat yang tidak Elsa ketahui.Sekitar pukul sepuluh siang, Dustin masih juga belum terlihat. Dan akhirnya Elsa menemukan pria itu sedang di ruang baca, Elsa pun mendekat melihat kalau kini pria itu sedang membaca teori untuk menerbangkan sebuah helikopter."Kamu setuju untuk melakukan saran yang aku berikan semalam?"Dustin menoleh kemudian menjawab. "Seperti yang kamu bilang, tidak ada salahnya untuk di coba. Sebelumnya aku melakukannya sendiri, tapi mereka menghentikan diriku. Tapi jika menggunakan dirimu, aku rasa ada kesempatan yang lebih besar untuk berhasil."Elsa menarik kursi kayu untuk ikut memba
Dengan hanya penerangan cahaya yang minim, Elsa masih dapat melihat tatapan Dustin yang begitu dalam padanya. Tangan pria itu juga terasa kuat merangkul pinggangnya, dan anehnya Elsa menyukai sentuhan tangan Dustin kali ini.Tangannya pun terangkat menyentuh wajah Dustin, untuk pertama kalinya Elsa melakukannya tanpa ada rasa takut yang ia rasakan. Hari ini terasa begitu panjang menurutnya, namun jauh lebih baik dari hari-hari sebelum Elsa jatuh sakit dan dibawa ke kota."Mengapa kamu tiba-tiba menjadi baik padaku?" tanya Elsa lirih.Dustin tidak langsung menjawab, jakunnya naik turun tampak menelan sesuatu. "Percuma juga kalau aku memperlakukanmu dengan kasar, kamu juga tidak akan berani melawanku.""Bagaimana kalau kau salah? Aku berani melawanmu," sahut Elsa dengan berani.Keduanya kembali saling beradu tatapan, kegelapan malam menjadi teman mereka. Dustin menarik pinggang Elsa lebih dekat, tangannya mengusap punggung perempuan di depannya di balik baju kaos tipis yang Elsa pakai.
Jantung Elsa sudah berdebar tidak karuan seiring Dustin mendekatinya, pikirannya kemana mana kalau pria ini akan melakukan hubungan dewasa di ruang buku. Saat tangan Dustin terangkat, spontan Elsa memejamkan matanya.Tapi Elsa tidak merasakan apapun hingga ia melihat Dustin sudah kembali ke meja untuk melanjutkan membaca buku."Kembalilah ke kamarmu, jangan menggangguku." suaranya mendadak menjadi dingin.Tanpa pikir panjang, Elsa meraih lilin yang dia bawa tadi menuju kamarnya kembali. Kali ini ia sebaiknya menurut atau besok pagi kakinya tidak akan bisa jalan karena ulah pria satu itu.Begitu langit sudah cerah, tidur nyenyak yang tidak mendapat gangguan adalah hari yang istimewa. Elsa segera mengganti bajunya, membasuh muka kemudian turun ke bawa untuk membuat sarapan
Elsa masih penasaran dengan sosok wanita yang menemuinya waktu itu. Dia siapa dan kenapa wanita itu seolah mengetahui kehidupan Dustin akan seperti apa jika Dustin kembali ke kota membawa keturunannya."Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaanku disini, tapi aku yakin sekali kalau Marley mengetahui sesuatu." gumam Elsa.Sayangnya satu-satunya orang yang mengetahui jawabannya tidak ingin buka suara. Elsa menghembuskan nafas dalam sambil membaringkan tubuhnya, langit sudah gelap dan seharian ini dirinya sudah terlalu banyak berpikir.Matanya terpejam, dengan mudahnya Elsa terlelap dalam mimpi. Namun baru satu jam Elsa tertidur, perempuan itu kembali terbangun karena rasa haus yang tiba-tiba. Dan sialnya, persediaan minum sudah habis.
Langit tampak cerah, terlihat beberapa jenis kupu-kupu mulai terbang di taman menyapa bunga yang baru mekar. Elsa melihat Dustin dari kejauhan, pria itu terlihat tengah olahraga.Waktu yang mereka butuhkan sampai helikopter membawa persediaan makanan tiba adalah lima hari lagi. Persiapan harus Dustin dan Elsa siapkan, mereka pasti akan menghadapi tiga bodyguard yang kemampuan bela dirinya sangat kuat.Elsa mendekati Dustin, beberapa hari terakhir hubungannya dengan pria itu mulai membaik. Tidak ada hubungan yang membuat Elsa merasa tertekan, Dustin juga tidak begitu sering menyentuhnya seperti dulu."Kau butuh minum?" Elsa menyerahkan sebotol minuman yang dia buat dari buah berry yang di haluskan.Dustin mendekat, pria itu menyeka keringat di wajah dengan baju kaosnya. T
Tidak ada ayam, daging sapi atau yang lainnya. Pasokan makanan yang berupa daging sudah habis karena pihak yang datang dari kota tidak pernah membawa banyak stok daging karena tidak akan bertahan lama di pulau.Setelah memutar otak bagaimana cara menyiasati keinginan Dustin. Jadilah Elsa memilih untuk menangkap salah satu kelinci yang ada di penangkaran, saat tinggal disana, Elsa sempat melihat kalau ada banyak kelinci mereka pelihara."Kau yakin hewan bertelinga panjang ini bisa dimakan?" tanya Dustin, tatapan pria itu menunjukkan ketidakyakinan kalau Kelinci bisa dimakan.Elsa menoleh. "Lihat dan coca saja nanti." jawabnya sambil tersenyum.Tidak ada daging ayah dan sapi, pada akhirnya Elsa memilih satu kelinci untuk dimasak. Sesekali ia melihat wajah Dustin, tampaknya pria ini belum pernah makan daging kelinci sebelumnya."Padahal kelinci di pulau ini lumayan banyak," gumam Elsa.Selesai membalurkan bumbu pada seekor kelinci yang sudah dibersihkan, Elsa membawa keluar karena mereka
"Kau pernah jatuh cinta?" tanya Dustin setelah hening beberapa saat."Tentu saja pernah," jawab Elsa.Dustin berbaring di sebelah Elsa sambil melipat tangan sebagai bantal kepala. "Dan, apa kamu pernah berkorban untuk orang yang kamu cintai? Seberapa besar cinta yang kamu berikan pada orang itu?"Elsa menghela nafas. "Entah bagaimana cara menjelaskannya, tapi dia awalnya penting untukku.""Jadi maksudmu sekarang sudah tidak penting lagi? Aku tidak paham definisi cinta yang kamu katakan." ucap Dustin.Elsa tertawa lirih. "Cinta yang ingin kamu ketahui, cinta untuk keluarga atau untuk pasangan?" tanyanya."Cinta masih ada bagian lain rupanya," kata Dustin yang tidak ta
Begitu pagi hari menyapa, Elsa bangun lebih awal. Dan untuk kali pertama dirinya melihat kamar Dustin saat cahaya masuk ke ruangan tersebut. Ternyata ruangan itu banyak sekali hiasan yang terbuat dari kerang."Kamar yang indah," gumam Elsa, dia bangun sambil menyingkirkan tangan Dustin yang memeluk pinggangnya.Sebelum beranjak pergi, Elsa menatap wajah Dustin yang masih tidur. Sekali lagi Elsa mengakui ketampanan Dustin, hanya saja Elsa tidak suka sisi mesum pria ini yang tak segan memaksa lawannya.Dengan perlahan, Elsa bangun. Ia melihat pemandangan kamar Dustin, pantas saja Dustin tidak pernah membiarkannya masuk ke kamar itu jika siang. Ternyata begitu banyak koleksi kerang yang sudah dikumpulkan untuk menjadi koleksi."Aku pikir dia memiliki hobi yang