Rasa bosan yang Elsa rasakan benar-benar sulit di deskripsikan. Ia dilarang keluar dengan alasan kakinya yang terluka, kini Elsa berada di dalam kamar sudah lebih dari satu jam tanpa melakukan apapun selain menikmati oksigen dengan gratis.Elsa menoleh, ia melihat lemari yang ia geser untuk menutupi celah di ujung ruangan, lemari itu kini berpindah tempat ke semula sebelum ia geser. Elsa lantas berdiri, mengetuk dinding dengan tangannya."Aku yakin kalau ini adalah pintu, tapi bagaimana cara membukanya?" ia mencoba mendorong sekuat tenaga, tapi tetap tidak terbuka.Setelah cukup lama berusaha, Elsa menyerah dan berakhir bersandar di dinding itu. Tanpa ia duga, celah tersebut bergeser, sangking kaget Elsa hampir jatuh."Apa? Jadi benar ini pintu?" batinnya kaget, cara membukanya juga bukan di dorong, melainkan digeser.Pintu tersebut memang tidak begitu besar, cukup satu orang yang bisa melewatinya. Sekarang Elsa mengerti, kenapa Dustin mudah sekali keluar masuk kamar itu, ternyata mema
Perkataan Marley terdengar sangat tidak mungkin, tapi Elsa memang pernah mendengar ada penyakit aneh seperti itu yang di derita oleh anak yang terlahir kembar. Dimana jika kedua anak itu berdekatan, maka salah satunya akan jatuh sakit."Ternyata itu bukan mitos, tapi kalau Dustin kembali ke kota dan bertemu Deon, bukankah salah satu diantara mereka akan dalam bahaya?"Elsa menyentuh keningnya, rasanya sangat aneh kalau penyakit seperti itu ternyata memang ada di dunia ini. Elsa memang tidak pernah melihatnya secara langsung, ia hanya sempat mendengar dari pembicaraan seseorang."Aku yakin, keluarga Dawson sengaja menjauhkan Dustin. Mungkin mereka berpikir Dustin adalah Deon, mereka menyingkirkan yang lemah agar lawan tidak memanfaatkannya sebagai kelemahan. Namun, orang yang harusnya diasingkan justru menikmati kehidupan bebasnya di kota."Dalam suasana malam yang hening, Elsa menghembuskan nafas beberapa kali. Tapi ia tidak bisa tidur, suasana malam juga semakin dingin. Harusnya seka
Elsa berdiri mematung, tidak bergerak dari tempatnya sejak Dustin mengatakan ia harus melakukannya dengan mulut. Elsa belum pernah melakukannya, dan pria ini dengan santai menyuruh melakukan hal menggelikan itu?"Kenapa diam, cepat lakukan tugasmu.""Apa wanita sebelumnya juga kau suruh seperti ini?"Dustin menaikkan alisnya. "Kau tidak berhak bertanya, cepatlah kemari dan puaskan aku." perintahnya.Namun lagi-lagi Elsa terdiam, Dustin tampak jengah menunggu perempuan itu mendekat. "Jangan bilang kau tidak pernah melakukan hal itu?" tebaknya.Dan dengan jujur, Elsa mengangguk. Dustin tertawa seolah menyindir kalau Elsa sangat payah, tangan pria itu terayun memberikan kode agar Elsa mendekat.Ragu-ragu perempuan itu pun mendekat, Dustin menyuruhnya untuk bersimpuh tepat di depannya menghadap langsung ke perut Dustin yang duduk di kursi. "Kamu tinggal di kota lebih lama dariku, apa hal semudah ini saja tidak kamu ketahui? Sekarang buka, dan mainkan dengan mulutmu. Ingat untuk tidak meng
Musim semi sudah tiba, udara lebih hangat dari biasanya. Elsa meminta alat tes kehamilan dari Dustin untuk melihat hasil dari apa yang sering ia lakukan bersama Dustin. Sayangnya, hasil tes kehamilan masih menunjukkan tanda negatif.Elsa menghela nafas dalam-dalam. Mau sampai kapan ia akan menjadi pemuas nafsu pria itu, kini yang Elsa pikirkan adalah jika dia hamil maka Dustin pasti tidak akan menyentuhnya lagi.“Elsa, Dustin menunggumu di bawah.” ucap Marley mengingatkan.Sekali lagi Elsa menghela nafasnya, ia pun turun ke lantai satu menghampiri Dustin. Pria itu mengenakan kaos santai dan celana pendek, tatapannya langsung ke arah Elsa yang menuruni tangga.“Sebagian bawa barangnya, dan ikut denganku.” kata Dustin yang tidak bisa di bantah.Pria itu berjalan lebih dulu, Elsa menyusul sambil membawa sebuah alas duduk dan handuk serta beberapa cemilan.Langkah Dustin sangat cepat, Elsa harus berlari untuk menyetarai pria itu. Walaupun pulau tersebut dikatakan pulau terpencil, ternyata
Elsa duduk di sebelah Dustin, ia hanya mengenakan lilitan handuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun di balik handuk tersebut. Tapi ternyata ia masih cukup kedinginan, sayangnya di sana juga tidak ada handuk lain karena cuman membawa satu dari rumah.Siapa yang akan mengira kalau Dustin akan mengajaknya menangkap udang? Tidak pernah hal itu terlintas di kepala Elsa sebelumnya. Kini tubuhnya bergetar kedinginan, sementara Dustin di sebelahnya memperhatikan lewat ujung matanya.Pria itu menghela nafas panjang, detik itu juga melepaskan kaos yang dia pakai. Tanpa menatap Elsa, ia memberikan bajunya."Pakai ini,""Serius?""Jangan banyak bertanya." ujar Dustin.Elsa tersenyum, tanpa banyak bertanya ia mengenakan baju tersebut. Setidaknya ia tak perlu begitu kedinginan, ini lebih baik dari sebelumnya. Tiba-tiba Dustin merebahkan tubuhnya, melihat ranting pohon diatas mereka yang mulai memunculkan daun mudanya. Matanya terpejam singkat hingga Elsa mengeluarkan pertany
"Jenis beri apa ini? Rasanya manis, apa masih ada banyak di sana?" Elsa berdiri, ia tak cukup dengan buah beri yang Dustin berikan.Perlu menyebrangi sungai kecil untuk dapat menjangkau pohon beri liar, di sana Elsa memetik dan langsung memakannya. Ternyata seperti ini rasanya saat bebas memakan buah langsung di dekat pohonnya."Kau tidak bisa makan beri terlalu banyak," tegur Dustin dari kejauhan.Elsa cuman menoleh, perempuan itu mengabaikan Dustin sambil terus makan. Sesekali juga mengumpulkan lebih banyak lalu membawanya ke dekat pria yang tengah duduk."Apa tempat ini masih banyak menyimpan buah-buahan lain? Aku hanya melihat beberapa jenis buah yang ditanam dekat rumah, belum pernah aku menjelajahi pulau ini.""Kau mau mencoba untuk menjelajahi pulau ini? Setidaknya kamu hanya butuh satu minggu untuk memuaskan pandanganmu dengan keindahan yang ada disini."Elsa mengangguk antusias. "Aku akan menjelajahinya nanti, tapi tempat ini tidak ada hewan buasnya kan?""Singa dan harimau t
Adult 21+Nekat baca, Dosa tanggung sendiri wkwkwk__Dustin meremasnya, menghisap dan menggigit kecil area dada Elsa. Kalau tidak ingat ia harus keluar dari tempat itu, Elsa sudah pasti mendorong Dustin menjauh. Tapi jika dipikir kembali, semakin cepat ia hamil dan memiliki anak, maka semakin cepat ia keluar dari pulau tersebut.Memang siapa yang ingin tinggal di tempat terpencil, jauh dari kota dan hanya tinggal pada sebuah rumah besar. Tak ada rumah selain rumah Dustin di pulau itu."Akh!" pekik Elsa, Dustin melihat wajah perempuan itu. Bibirnya menyeringai, ia terus menghisap buah dada Elsa dan mengarahkan perempuan itu untuk berbaring."Kau mulai menikmatinya, kan?" ucapnya.Elsa tidak menjawab, ia harus menahan rasa malu ketika berada di bawah Dustin tanpa mengenakan busana. Saat pria itu menghisap dadanya, satu tangan Dustin yang lain berada di area feminim untuk memancing gairah Elsa.Perlahan, rasa dingin yang tadinya Elsa rasakan mulai berubah lebih hangat. Darahnya bereaksi
Elsa merasa kakinya bergetar, tapi ia harus dipaksa untuk kembali pulang dengan hanya mengenakan baju kebesaran milik Dustin. Sesekali dengan tatapan kesal, Elsa melihat bahu besar Dustin yang berjalan mendahuluinya.Kakinya bergetar juga karena ulah pria itu, sangat menyebalkan karena Dustin terlihat biasa saja setelah menghajar Elsa dengan tarian hentakan yang tajam.Elsa menunduk melihat cairan yang Dustin tumpahkan ke area intimnya terus keluar hingga menetes ke bagian kakinya. Sambil memejamkan mata, ia menghela nafas dalam-dalam."Kau lambat sekali berjalan, cepatlah. Kita bawa udang ini ke rumah agar dimasak oleh pelayan Marley." seru Dustin dari kejauhan.Elsa mendengus, lalu kembali berjalan meski harus tertatih. Semakin cepat ia berjalan, semakin banyak cairan yang mengalir. Sebenarnya seberapa banyak yang Dustin keluarkan sampai miliknya tidak dapat menampungnya?Alhasil, Elsa memilih duduk di batu yang ada di pinggir jalan setapak. Ia tak mampu berjalan mengikuti langkah D