Dustin membuang alat tes kehamilan ke tempat sampah lalu menatap Elsa tajam."Kamu sendiri, bagaimana bisa mengenal Emilio?" tanya Dustin, memancing balik."Katakan lebih dulu, Emilio itu siapa?" seru Elsa. Mengapa Dustin harus melemparkan pertanyaan baru saat pertanyaannya belum terjawab?Pria itu tidak menjawab, langsung berbalik badan untuk keluar dari kamar."Dustin, kau belum menjawabku." ujar Elsa geram.Akhirnya Dustin berbalik lagi. "Dia yang bertugas untuk mengirimkan para wanita ke tempat ini, aku tidak tau dia diperintah oleh siapa. Namun Emilio, pria itu pernah datang ke pulau ini untuk mengantarkan seorang wanita sebelum dirimu." jelas Dustin.Lepas mengatakan itu, Dustin kembali melanjutkan langkahnya keluar dari kamar. Elsa terdiam, ia syok kalau yang di maksud oleh Dustin adalah orang yang sama dengan orang yang Elsa kenal. Emilio adalah suami dari kakak Elsa, ibu Brisa. Kalau memang dia adalah orang yang sama maka itu berarti...Elsa refleks menutup bibirnya. "Tidak
Rasa bosan yang Elsa rasakan benar-benar sulit di deskripsikan. Ia dilarang keluar dengan alasan kakinya yang terluka, kini Elsa berada di dalam kamar sudah lebih dari satu jam tanpa melakukan apapun selain menikmati oksigen dengan gratis.Elsa menoleh, ia melihat lemari yang ia geser untuk menutupi celah di ujung ruangan, lemari itu kini berpindah tempat ke semula sebelum ia geser. Elsa lantas berdiri, mengetuk dinding dengan tangannya."Aku yakin kalau ini adalah pintu, tapi bagaimana cara membukanya?" ia mencoba mendorong sekuat tenaga, tapi tetap tidak terbuka.Setelah cukup lama berusaha, Elsa menyerah dan berakhir bersandar di dinding itu. Tanpa ia duga, celah tersebut bergeser, sangking kaget Elsa hampir jatuh."Apa? Jadi benar ini pintu?" batinnya kaget, cara membukanya juga bukan di dorong, melainkan digeser.Pintu tersebut memang tidak begitu besar, cukup satu orang yang bisa melewatinya. Sekarang Elsa mengerti, kenapa Dustin mudah sekali keluar masuk kamar itu, ternyata mema
Perkataan Marley terdengar sangat tidak mungkin, tapi Elsa memang pernah mendengar ada penyakit aneh seperti itu yang di derita oleh anak yang terlahir kembar. Dimana jika kedua anak itu berdekatan, maka salah satunya akan jatuh sakit."Ternyata itu bukan mitos, tapi kalau Dustin kembali ke kota dan bertemu Deon, bukankah salah satu diantara mereka akan dalam bahaya?"Elsa menyentuh keningnya, rasanya sangat aneh kalau penyakit seperti itu ternyata memang ada di dunia ini. Elsa memang tidak pernah melihatnya secara langsung, ia hanya sempat mendengar dari pembicaraan seseorang."Aku yakin, keluarga Dawson sengaja menjauhkan Dustin. Mungkin mereka berpikir Dustin adalah Deon, mereka menyingkirkan yang lemah agar lawan tidak memanfaatkannya sebagai kelemahan. Namun, orang yang harusnya diasingkan justru menikmati kehidupan bebasnya di kota."Dalam suasana malam yang hening, Elsa menghembuskan nafas beberapa kali. Tapi ia tidak bisa tidur, suasana malam juga semakin dingin. Harusnya seka
Elsa berdiri mematung, tidak bergerak dari tempatnya sejak Dustin mengatakan ia harus melakukannya dengan mulut. Elsa belum pernah melakukannya, dan pria ini dengan santai menyuruh melakukan hal menggelikan itu?"Kenapa diam, cepat lakukan tugasmu.""Apa wanita sebelumnya juga kau suruh seperti ini?"Dustin menaikkan alisnya. "Kau tidak berhak bertanya, cepatlah kemari dan puaskan aku." perintahnya memaksa.Namun lagi-lagi Elsa terdiam, Dustin tampak jengah menunggu perempuan itu mendekat. "Jangan bilang kau tidak pernah melakukan hal itu?" tebaknya.Dan dengan jujur, Elsa mengangguk. Dustin tertawa seolah menyindir kalau Elsa sangat payah, tangan pria itu terayun memberikan kode agar Elsa mendekat.Ragu-ragu perempuan itu pun mendekat, Dustin menyuruhnya untuk bersimpuh tepat di depannya menghadap langsung ke perut Dustin yang duduk di kursi. "Kamu tinggal di kota lebih lama dariku, apa hal semudah ini saja tidak kamu ketahui? Sekarang buka, dan mainkan dengan mulutmu. Ingat untuk tid
Musim semi sudah tiba, udara lebih hangat dari biasanya. Elsa meminta alat tes kehamilan dari Dustin untuk melihat hasil dari apa yang sering ia lakukan bersama Dustin. Sayangnya, hasil tes kehamilan masih menunjukkan tanda negatif.Elsa menghela nafas dalam-dalam. Mau sampai kapan ia akan menjadi pemuas nafsu pria itu, kini yang Elsa pikirkan adalah jika dia hamil maka Dustin pasti tidak akan menyentuhnya lagi.“Elsa, Dustin menunggumu di bawah.” ucap Marley mengingatkan.Sekali lagi Elsa menghela nafasnya, ia pun turun ke lantai satu menghampiri Dustin. Pria itu mengenakan kaos santai dan celana pendek, tatapannya langsung ke arah Elsa yang menuruni tangga.“Sebagian bawa barangnya, dan ikut denganku.” kata Dustin yang tidak bisa di bantah.Pria itu berjalan lebih dulu, Elsa menyusul sambil membawa sebuah alas duduk dan handuk serta beberapa cemilan.Langkah Dustin sangat cepat, Elsa harus berlari untuk menyetarai pria itu. Walaupun pulau tersebut dikatakan pulau terpencil, ternyata
Elsa duduk di sebelah Dustin, ia hanya mengenakan lilitan handuk menutupi tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benang pun di balik handuk tersebut. Tapi ternyata ia masih cukup kedinginan, sayangnya di sana juga tidak ada handuk lain karena cuman membawa satu dari rumah.Siapa yang akan mengira kalau Dustin akan mengajaknya menangkap udang? Tidak pernah hal itu terlintas di kepala Elsa sebelumnya. Kini tubuhnya bergetar kedinginan, sementara Dustin di sebelahnya memperhatikan lewat ujung matanya.Pria itu menghela nafas panjang, detik itu juga melepaskan kaos yang dia pakai. Tanpa menatap Elsa, ia memberikan bajunya."Pakai ini,""Serius?""Jangan banyak bertanya." ujar Dustin.Elsa tersenyum, tanpa banyak bertanya ia mengenakan baju tersebut. Setidaknya ia tak perlu begitu kedinginan, ini lebih baik dari sebelumnya. Tiba-tiba Dustin merebahkan tubuhnya, melihat ranting pohon diatas mereka yang mulai memunculkan daun mudanya. Matanya terpejam singkat hingga Elsa mengeluarkan pertany
"Jenis beri apa ini? Rasanya manis, apa masih ada banyak di sana?" Elsa berdiri, ia tak cukup dengan buah beri yang Dustin berikan.Perlu menyebrangi sungai kecil untuk dapat menjangkau pohon beri liar, di sana Elsa memetik dan langsung memakannya. Ternyata seperti ini rasanya saat bebas memakan buah langsung di dekat pohonnya."Kau tidak bisa makan beri terlalu banyak," tegur Dustin dari kejauhan.Elsa cuman menoleh, perempuan itu mengabaikan Dustin sambil terus makan. Sesekali juga mengumpulkan lebih banyak lalu membawanya ke dekat pria yang tengah duduk."Apa tempat ini masih banyak menyimpan buah-buahan lain? Aku hanya melihat beberapa jenis buah yang ditanam dekat rumah, belum pernah aku menjelajahi pulau ini.""Kau mau mencoba untuk menjelajahi pulau ini? Setidaknya kamu hanya butuh satu minggu untuk memuaskan pandanganmu dengan keindahan yang ada disini."Elsa mengangguk antusias. "Aku akan menjelajahinya nanti, tapi tempat ini tidak ada hewan buasnya kan?""Singa dan harimau t
Adult 21+Nekat baca, Dosa tanggung sendiri wkwkwk__Dustin meremasnya, menghisap dan menggigit kecil area dada Elsa. Kalau tidak ingat ia harus keluar dari tempat itu, Elsa sudah pasti mendorong Dustin menjauh. Tapi jika dipikir kembali, semakin cepat ia hamil dan memiliki anak, maka semakin cepat ia keluar dari pulau tersebut.Memang siapa yang ingin tinggal di tempat terpencil, jauh dari kota dan hanya tinggal pada sebuah rumah besar. Tak ada rumah selain rumah Dustin di pulau itu."Akh!" pekik Elsa, Dustin melihat wajah perempuan itu. Bibirnya menyeringai, ia terus menghisap buah dada Elsa dan mengarahkan perempuan itu untuk berbaring."Kau mulai menikmatinya, kan?" ucapnya.Elsa tidak menjawab, ia harus menahan rasa malu ketika berada di bawah Dustin tanpa mengenakan busana. Saat pria itu menghisap dadanya, satu tangan Dustin yang lain berada di area feminim untuk memancing gairah Elsa.Perlahan, rasa dingin yang tadinya Elsa rasakan mulai berubah lebih hangat. Darahnya bereaksi
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan