Kue yang tadi sempat Dustin makan langsung dia buang bahkan sebelum Elsa memakannya, Dustin tidak tau ada apa di dalam kue tersebut. Bisa saja kalau di dalamnya tercampur sesuatu yang bisa membahayakan bayinya.Satu jam setelah makan kue tersebut, Dustin tidak bisa datang ke perusahaan lagi. Perutnya nyeri hebat, meskipun sudah menelan obat tetap saja rasa nyerinya tidak kunjung menghilang.Elsa yang panik segera memapah Dustin menuju mobil agar secepatnya mereka menuju rumah sakit, dan sepanjang perjalanan, Dustin tampak menahan rasa sakitnya hingga sekujur tubuh pria itu dingin dan pucat."Kau tidak memakan kue itu tadi, kan?" tanya Dustin memastikan.Elsa menggeleng, "Aku belum sempat memakannya saat kamu membuang kue itu," jawabnya, sesekali melihat ke arah Dustin.Setelah perjalanan beberapa saat, mereka tiba di rumah sakit. Beruntungnya pihak medis yang berjaga bergerak sigap saat Elsa memapah Dustin masuk. Wajah Dustin benar-benar pucat karena menahan sakit, sementara Elsa sege
Seharian berada di rumah sakit, malam hari itu juga Dustin sudah bisa pulang meskipun harus menahan nyeri yang masih tersisa. Tatapannya melihat ke arah Elsa, ia khawatir kalau posisinya sedang bekerja dan tiba-tiba saja Deon kembali datang menggunakan identitas Dustin untuk menipu Elsa.Bagaimanapun juga, saran yang Dustin berikan untuk membawa Elsa ke tempat kerja juga bukan opsi yang bagus. Elsa bisa saja kelelahan dan bosan, itu juga bisa mempengaruhi kesehatannya."Kamu harus memastikan lebih dulu setiap kali aku pulang, aku masih khawatir Deon akan muncul dan melakukan tindakan serupa."Elsa menoleh, "Apa aku langsung menghubungimu untuk memastikan?"Dustin mengangguk, dengan lemas ia duduk di sofa. Tadinya Dokter melarang Dustin untuk pulang hari ini, tapi Dustin tidak mau tinggal di rumah sakit sementara Elsa tinggal sendirian di rumah. Atau, Elsa yang menjaganya di rumah sakit sepanjang malam dengan istirahat yang tidak nyaman.__Dua hari berlalu, dan Deon tidak ada menunjuk
Kekacauan yang Deon buat kali ini merusak nama baik Dustin, dengan tergesa-gesa Dustin mencari keberadaan Deon sekarang dan ia berhasil menemukan saudara kembarnya itu di dalam klub.Dustin semakin kesal melihat Deon yang tengah asik tertawa setelah pria itu membuatnya kehilangan proyek besar, Deon justru berpesta bersama para wanita lain. Pria itu menunjukkan seringai menyebalkan saat menyadari Dustin menghampiri."Kita kedatangan tamu yang luar biasa, saudara kembarku, Dustin. Kau mau ikut berpesta denganku?" Deon berdiri, menawarkan segelas wine untuk Dustin.Alih-alih menerima tawaran Deon, Dustin justru terpancing emosi menarik baju Deon dengan kasar. "Beraninya kau memanfaatkan posisiku untuk menggagalkan proyek incaranku," ujar Dustin.Deon meneguk wine digelasnya, "Aku hanya sedikit bermain denganmu, Dude. Setelah ini kau pasti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Satu proyek yang lepas darimu, tidak akan membuatmu dalam masalah besar. Bukankah ayah berada di pih
Masalah yang Dustin pikir tidak akan semakin melebar kemana-mana ternyata salah, dia yang belum terampil mengetahui pekerjaan wartawan sebenarnya masih bersikap dengan santai sampai hari ketiga setelah informasi mengenai status pendidikannya yang tidak ada, kini lebih banyak orang lagi yang menyuruhnya untuk turun dari jabatan.Tidak boleh ada pemimpin yang duduk di singgasana CEO tanpa ada gelar pendidikan, kedatangan Dustin ke New York cukup mendadak dan bagaimana bisa dalam beberapa bulan saja, Dustin sudah memiliki posisi yang begitu tinggi tanpa melewati pendidikan?Rapat para dewan petinggi perusahaan dilakukan secara mendadak, status Dustin di perusahaan memang belum disahkan karena Kellan ingin membuktikan kemampuan putranya dalam mengelola perusahaan.Namun apa yang terjadi, putranya yang lain justru membuat masalah karena merasa posisi Dustin telah merebut gelarnya."Tuan Kellan Dawson, kami tau bahwa Dustin adalah putra Anda. Namun dari apa yang kita ketahui selama ini, mes
Satu minggu berlalu, Dustin keluar dari perusahaan setelah statusnya sebagai CEO di perusahaan telah selesai dan digantikan oleh orang lain, tentunya bukan Deon. Beberapa karyawan yang sudah mengenal Dustin memberikan sapaan, bagaimanapun karena Dustin yang bekerja di perusahaan, kemajuan yang ditunjukkan selama kepemimpinannya diakui oleh karyawan yang bekerja dengannya.Alih-alih bersedih, Dustin justru senang karena ia tidak akan terikat kerja sepanjang hari dan bersaing dengan Deon. Tapi, mengetahui hal ini apa Blenda tidak marah? Saat keluar dari perusahaan, Dustin langsung menuju kediaman Blenda untuk memastikan sesuatu.Selama rapat keputusan minggu lalu dilakukan, Blenda sama sekali tidak menghubunginya. Entah wanita itu tau kalau Dustin diturunkan dari jabatan atau tidak, tapi kemungkinannya Blenda pasti tau.Ketika Dustin datang ke kediaman pribadi Blenda, rumah tersebut sangat sepi. Dustin juga tidak menelpon kalau dirinya akan datang, kebetulan saat Dustin akan mencari Ble
Beberapa hari berlalu dan kondisi Blenda masih sama, saat Dustin datang menjenguk bersama Elsa, Blenda masih terbaring tidak sadarkan diri dan wajah yang semakin kehilangan semangat hidup."Separah ini dia berhasil merahasiakannya dari semua orang," gumam Elsa, ia merasa prihatin melihat kondisi Blenda yang sangat memprihatinkan.Dustin menghembuskan nafas dalam-dalam, mereka tidak bertahan lama menjenguk Blenda karena khawatir akan mengganggu proses penyembuhan. Saat melewati koridor panjang, Elsa melihat bahu Dustin yang tampak lemah.Sepertinya Dustin sudah menerima keberadaan Blenda di hidupnya, atau mungkin Dustin sudah menganggap Blenda sebagai ibunya. "Apa Dokter mengatakan kalau Nyonya Lawson masih punya kesempatan bertahan lebih lama?" tanya Elsa.Dustin menggeleng, "Hanya keajaiban yang bisa menolongnya," jawabnya, karena kondisi Blenda sudah terlalu parah jika mengharapkan kesembuhan total.Saat hari mulai gelap, Dustin tampak sibuk di dapur melihat buku resep untuk membua
Seperti yang asisten Blenda katakan tadi malam, pagi harinya Dustin langsung menuju rumah sakit. Dan pada saat itu ia terkejut karena asisten pribadi Belnda dan seorang perawat membantu wanita tua itu duduk di kursi roda. "Ada apa ini?" tanya Dustin heran, padahal Blenda baru saja sadar tadi malam. Mereka yang ada di ruangan itu segera menoleh bersamaan, tapi Blenda justru menyuruh asisten pribadinya untuk memasangkan rambut palsunya sementara perawat keluar dari ruangan itu. "Kondisimu belum sembuh, mau kemana menggunakan kursi roda seperti ini?" tanya Dustin karena pertanyaan sebelumnya tak ada yang menjawab. Blenda menghela nafas, "Ada yang ingin aku beritahu padamu, Dustin." lalu Blenda menoleh memberikan kode pada asistennya untuk mendorong kursi roda tersebut. "Sebaiknya kau ikut denganku," kata Blenda pada Dustin. Dengan terpaksa Dustin menurut karena dia tidak tau apa yang akan Blenda lakukan kali ini, dengan kondisinya yang sudah sangat parah, memang mau pergi kemana
Kabar kematian Blenda bagaikan pukulan untuk Dustin, beberapa saat lalu dia masih bicara dengan Blenda dan sekarang wanita itu sudah meninggal? Rasanya sulit di percaya, ini terasa seperti kejahilan asisten pribadi Blenda untuk memberikan kejutan.Namun ternyata tidak, setelah Dustin dan Elsa buru-buru ke rumah sakit, mereka melihat tubuh Blenda sudah tertutup oleh kain di sekujur tubuhnya dengan alat medis yang sudah di lepaskan semua."Saat Anda pulang, kondisi Nyonya drop. Dokter tidak bisa membantu, karena Nyonya kini sudah tidak bisa diselamatkan." kata asisten pribadi Blenda.Dustin melihat wajah Blenda, wajah pucat yang tidak bernyawa. Namun, senyum Blenda beberapa saat lalu masih terlintas di ingatan Dustin. Saat dimana senyum itu terukir ketika melihat anak-anak memanggilnya ibu."Anda tidak menepati janjimu, Nyonya Lawson. Anda bilang ingin melihatku memiliki anak, tapi sebelum anakku lahir, Anda malah meninggalkan kami semua." lirih Dustin.Dari samping, Elsa menepuk pundak
15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan
Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di
Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo
Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els
Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi
Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he
Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m
Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku
Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan