Kekacauan yang Deon buat kali ini merusak nama baik Dustin, dengan tergesa-gesa Dustin mencari keberadaan Deon sekarang dan ia berhasil menemukan saudara kembarnya itu di dalam klub.Dustin semakin kesal melihat Deon yang tengah asik tertawa setelah pria itu membuatnya kehilangan proyek besar, Deon justru berpesta bersama para wanita lain. Pria itu menunjukkan seringai menyebalkan saat menyadari Dustin menghampiri."Kita kedatangan tamu yang luar biasa, saudara kembarku, Dustin. Kau mau ikut berpesta denganku?" Deon berdiri, menawarkan segelas wine untuk Dustin.Alih-alih menerima tawaran Deon, Dustin justru terpancing emosi menarik baju Deon dengan kasar. "Beraninya kau memanfaatkan posisiku untuk menggagalkan proyek incaranku," ujar Dustin.Deon meneguk wine digelasnya, "Aku hanya sedikit bermain denganmu, Dude. Setelah ini kau pasti akan mendapatkan pekerjaan yang lebih banyak lagi. Satu proyek yang lepas darimu, tidak akan membuatmu dalam masalah besar. Bukankah ayah berada di pih
Masalah yang Dustin pikir tidak akan semakin melebar kemana-mana ternyata salah, dia yang belum terampil mengetahui pekerjaan wartawan sebenarnya masih bersikap dengan santai sampai hari ketiga setelah informasi mengenai status pendidikannya yang tidak ada, kini lebih banyak orang lagi yang menyuruhnya untuk turun dari jabatan.Tidak boleh ada pemimpin yang duduk di singgasana CEO tanpa ada gelar pendidikan, kedatangan Dustin ke New York cukup mendadak dan bagaimana bisa dalam beberapa bulan saja, Dustin sudah memiliki posisi yang begitu tinggi tanpa melewati pendidikan?Rapat para dewan petinggi perusahaan dilakukan secara mendadak, status Dustin di perusahaan memang belum disahkan karena Kellan ingin membuktikan kemampuan putranya dalam mengelola perusahaan.Namun apa yang terjadi, putranya yang lain justru membuat masalah karena merasa posisi Dustin telah merebut gelarnya."Tuan Kellan Dawson, kami tau bahwa Dustin adalah putra Anda. Namun dari apa yang kita ketahui selama ini, mes
Satu minggu berlalu, Dustin keluar dari perusahaan setelah statusnya sebagai CEO di perusahaan telah selesai dan digantikan oleh orang lain, tentunya bukan Deon. Beberapa karyawan yang sudah mengenal Dustin memberikan sapaan, bagaimanapun karena Dustin yang bekerja di perusahaan, kemajuan yang ditunjukkan selama kepemimpinannya diakui oleh karyawan yang bekerja dengannya.Alih-alih bersedih, Dustin justru senang karena ia tidak akan terikat kerja sepanjang hari dan bersaing dengan Deon. Tapi, mengetahui hal ini apa Blenda tidak marah? Saat keluar dari perusahaan, Dustin langsung menuju kediaman Blenda untuk memastikan sesuatu.Selama rapat keputusan minggu lalu dilakukan, Blenda sama sekali tidak menghubunginya. Entah wanita itu tau kalau Dustin diturunkan dari jabatan atau tidak, tapi kemungkinannya Blenda pasti tau.Ketika Dustin datang ke kediaman pribadi Blenda, rumah tersebut sangat sepi. Dustin juga tidak menelpon kalau dirinya akan datang, kebetulan saat Dustin akan mencari Ble
Beberapa hari berlalu dan kondisi Blenda masih sama, saat Dustin datang menjenguk bersama Elsa, Blenda masih terbaring tidak sadarkan diri dan wajah yang semakin kehilangan semangat hidup."Separah ini dia berhasil merahasiakannya dari semua orang," gumam Elsa, ia merasa prihatin melihat kondisi Blenda yang sangat memprihatinkan.Dustin menghembuskan nafas dalam-dalam, mereka tidak bertahan lama menjenguk Blenda karena khawatir akan mengganggu proses penyembuhan. Saat melewati koridor panjang, Elsa melihat bahu Dustin yang tampak lemah.Sepertinya Dustin sudah menerima keberadaan Blenda di hidupnya, atau mungkin Dustin sudah menganggap Blenda sebagai ibunya. "Apa Dokter mengatakan kalau Nyonya Lawson masih punya kesempatan bertahan lebih lama?" tanya Elsa.Dustin menggeleng, "Hanya keajaiban yang bisa menolongnya," jawabnya, karena kondisi Blenda sudah terlalu parah jika mengharapkan kesembuhan total.Saat hari mulai gelap, Dustin tampak sibuk di dapur melihat buku resep untuk membua
Seperti yang asisten Blenda katakan tadi malam, pagi harinya Dustin langsung menuju rumah sakit. Dan pada saat itu ia terkejut karena asisten pribadi Belnda dan seorang perawat membantu wanita tua itu duduk di kursi roda. "Ada apa ini?" tanya Dustin heran, padahal Blenda baru saja sadar tadi malam. Mereka yang ada di ruangan itu segera menoleh bersamaan, tapi Blenda justru menyuruh asisten pribadinya untuk memasangkan rambut palsunya sementara perawat keluar dari ruangan itu. "Kondisimu belum sembuh, mau kemana menggunakan kursi roda seperti ini?" tanya Dustin karena pertanyaan sebelumnya tak ada yang menjawab. Blenda menghela nafas, "Ada yang ingin aku beritahu padamu, Dustin." lalu Blenda menoleh memberikan kode pada asistennya untuk mendorong kursi roda tersebut. "Sebaiknya kau ikut denganku," kata Blenda pada Dustin. Dengan terpaksa Dustin menurut karena dia tidak tau apa yang akan Blenda lakukan kali ini, dengan kondisinya yang sudah sangat parah, memang mau pergi kemana
Kabar kematian Blenda bagaikan pukulan untuk Dustin, beberapa saat lalu dia masih bicara dengan Blenda dan sekarang wanita itu sudah meninggal? Rasanya sulit di percaya, ini terasa seperti kejahilan asisten pribadi Blenda untuk memberikan kejutan.Namun ternyata tidak, setelah Dustin dan Elsa buru-buru ke rumah sakit, mereka melihat tubuh Blenda sudah tertutup oleh kain di sekujur tubuhnya dengan alat medis yang sudah di lepaskan semua."Saat Anda pulang, kondisi Nyonya drop. Dokter tidak bisa membantu, karena Nyonya kini sudah tidak bisa diselamatkan." kata asisten pribadi Blenda.Dustin melihat wajah Blenda, wajah pucat yang tidak bernyawa. Namun, senyum Blenda beberapa saat lalu masih terlintas di ingatan Dustin. Saat dimana senyum itu terukir ketika melihat anak-anak memanggilnya ibu."Anda tidak menepati janjimu, Nyonya Lawson. Anda bilang ingin melihatku memiliki anak, tapi sebelum anakku lahir, Anda malah meninggalkan kami semua." lirih Dustin.Dari samping, Elsa menepuk pundak
Beberapa bulan telah berlalu, meskipun Dustin gagal menjadi CEO di perusahaan Dawson. Tapi ia punya kesempatan yang jauh lebih baik dengan melanjutkan bisnis milik Blenda, dalam kurun waktu tiga bulan yang Dustin kerjakan, ia bisa menaikkan presentasi pendapatan beberapa persen. Itu jelas sebuah kemajuan yang membanggakan, lebih dari itu, ada satu hal lagi yang jauh lebih membahagiakan bagi Dustin. Yaitu tinggal menunggu beberapa hari lagi, Elsa akan melahirkan anak pertama mereka.Seperti yang Dustin katakan sebelumnya, ia akan membuatkan kamar khusus untuk anaknya. Beberapa perlengkapan sudah di beli, dan hari itu juga Dustin menyiapkan kamar untuk calon buah hatinya dengan semangat tanpa bantuan dari orang lain.Dustin menuntun Elsa duduk, perhatian yang Dustin berikan sungguh luar biasa bagi Elsa sehingga yang ia dapatkan setiap hari adalah kenyamanan, "Duduklah, jangan banyak bergerak. Aku harus memastikan kalian aman," ucap Dustin."Apa kamar untuk anak kita sudah selesai?" tany
Alasan Dustin memberikan nama tersebut untuk putranya adalah karena ia ingin mengenang nama Blenda di balik nama Jacob, putra pertama Dustin. Alih-alih memberikan marga 'Dawson' untuk nama belakang, Dustin justru memilih nama 'Lawson'.Dari awal juga Dustin tidak pernah menggunakan marga Dawson di belakang namanya, apalagi Elsa juga tidak keberatan ketika Dustin memberikan nama Jacob pada putranya.Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, Dustin akhirnya membawa Elsa pulang ke rumah. Kini mereka tinggal di rumah Blenda, rumah yang tidak begitu besar tapi juga tidak kecil. Halaman belakangnya luas, jika anak mereka bisa berjalan maka halaman belakang bisa menjadi tempat bermain yang luas."Bagaimana cara kita merawat bayi? Aku sama sekali belum pernah merawat bayi sebelumnya," ucap Dustin."Aku adalah ibunya, tentu aku yang akan merawatnya." Elsa dengan perlahan membaringkan Jacob ke boks bayi yang sudah Dustin siapkan dari beberapa hari lalu. "Tapi aku juga ayahnya, aku punya tanggu