Share

22. Merasa Jijik

Adegan pun dilanjutkan. Seperti ‘Balas dendam’ pada Vanesha, sentuhan dan gerakan Raditya semakin panas, sampai lawan mainnya menikmati adegan yang hanya untuk keperluan syuting saja.

“Vanesha.”

“Iya, Pak Hendrik?” Vanesha melihat Hendrik yang muncul dan berdiri di sampingnya.

“Ini, simpan obat ini jika nanti diperlukan.”

“Ini… apa Pak? Obat untuk siapa?”

“Untuk Radit.”

“Apa… dia sakit, Pak? Tapi, saya belum pernah melihat obat seperti ini.”

“Bukan, bukan untuk itu. Tapi, untuk menambah gairah padanya.”

“Hah? Ga-gairah? Maksudnya… apa Pak?”

“Mmm, gimana ya mengatakannya.” Hendrik menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Jadi, itu obat kuat.”

Vanesha masih belum mengerti dengan jelas, maksud dari ‘Obat Kuat’ itu.

“Kalau ada adegan ranjang, dia harus meminum itu sebelum syuting dimulai. Jadi, kau simpan. Kalau habis, beritahu aku agar aku membelinya kembali.”

Sekarang, Vanesha yang menggaruk kepalanya saking bingungnya.

“Akkhh…. Hhmmph…. Sa… Sayang, pe… pelan-pelan… akhh…”

Suasana menjadi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status