“Jangan mengancam seperti itu, dia orangnya pemalu.”Alexa membela Barnett dengan senyuman tipis dan menoleh ke Nikkie untuk tidak mengancamnya. Ia tahu bahwa suaminya tidak akan melakukan yang dikatakan olehnya sembari melirik Deana yang kedua pundak terangkat bersamaan dan leher menegang sembari menatap sinis dan hidung mengernyit.Alexa menoleh kembali ke Barnett lalu bibir menempel di bibirnya selama satu menit sembari menatap lamat. Bola mata terbelalak ketika dia melakukan yang dikatakan oleh sahabatnya dan otot leher menegang. Setelah itu, dia juga mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang sampai membuatnya memejamkan mata.“Aku cinta sama kamu,” ujar Barnett sambil mengusap pipinya lembut.Tatapan mereka saling bertemu dan jantungnya berdegup dengan kencang. Netra yang memiliki bola mata berwarna membuatnya tersihir akan nada bicara yang lembut.“Ah, manis sekali. Aku mau digituin sama calon suamiku.”“Ah, sayang, mereka manis sekali.”Beberapa orang ingin mendapatkan perla
“Ya, aku lelah semalam dan gak sanggup untuk mengikuti acara sampai selesai,” jawab Alexa tersenyum tipis.“Sungguh?”“Sungguh dan aku tidak ingin membahas semalam. Aku ingin menikmati pemandangan di sini dan udara sejuk,” ketusnya tanpa memerhatikan Frank.Frank menoleh ke berbagai arah di belakang untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghibur diri dan Alexa. Frank berlari entah arah mana dan tidak dihiraukan oleh Alexa.Alexa hanya ingin tidak mensia-siakan waktu saat berlibur untuk menikmati pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Bunyi bel sepeda membuatnya menoleh ke sisi kanan dengan tatapan yang heran.“Sepeda siapa itu?”“Naiklah.”“Aku masih memakai pakaian ini.”“Aku juga masih pakai piyama,” ucap Frank sambil menarik tangannya.Sepeda kayuh dengan tempat duduk dua dan terdapat empat untuk mengayuh. Alexa naik sepeda lalu mengayuh bersama Frank. Sepeda yang pernah dilihat olehnya di film drama korea dengan warna ungu muda menjadi kenyataan dan mengayuh secar
“Setelah acara kantor kita.”Jari telunjuk bersatu di ibu jari. “Oke,” balasnya sambil memainkan satu mata.Alexa sangat bersyukur memiliki sahabat yang selalu ada untuknya. Ya, semua dilakukan olehnya karena Frank mencintainya. Namun, apakah dia tetap melakukan yang dibutuhkan ketika mengetahui jawaban dari pembuktian cintanya?Frank tersenyum lebar saat melihat wanita yang dicintainya sejak SMA. Kebahagiaannya adalah yang terpenting untuknya. Namun, apakah Frank siap mendengar jawaban darinya? Apakah dia menerima atas apa pun jawabannya?Alexa kembali ke Villa dengan mengayuh sepeda secara santai sembari menikmati pemandangan indah dan udara sejuk dan dingin. Ia memerhatikannya dari belakang dengan senyuman lebar.“Kamu jangan menatapku terus nanti helmku gak muat.”“Ish, aku lagi menikmati pemandangan bukan menatapmu.”“Perempuan selalu bisa berargumentasi untuk memenangkan dan menyembunyikan yang terjadi beberapa detik,” puji Frank lalu tertawa pelan.“Semua masalah tidak selalu d
Senyuman miring yang ditampakkan olehnya sambil menggeleng heran dengan sikap suaminya yang berpura-pura untuk tidak terjadi apa pun. Semua sangat jelas bahwa Barnett memiliki kekasih gelap yang notabenenya adalah kekasih sahabatnya.“Percuma aku jawab. Kamu pasti membelanya dan nanti berakhir perselisihan dan kekerasan fisik.”“Aku tidak akan pernah melakukan kekerasan fisik di luar rumah.”“Omong kosong!” ledeknya lalu terkekeh pelan.“Kamu!”Alexa melirik dia yang melotot dan tangan mengepal erat. Kemarahan yang sesungguhnya ingin dilampiaskan malah tertahan lalu pergi meninggalkannya.“Apa hubunganmu dengan Deana?” tanya Alexa tanpa menoleh ke arahnya.Akhirnya, rasa penasaran tentang hubungan mereka terucapkan sampai membuat langkahnya terhenti dan mendekatinya kembali. Dia memegang dan mencengkeram pundaknya sambil memutarkan posisi badannya.“Apa maksudmu?!” tanya Barnett menekan.“Aku tanya sekali lagi. Apa hubunganmu dengan Deana?”“Atasan dan bawahan,” kilahnya nada tinggi.
“I-iya!”Deana menjawab bergetar dan genggaman tangannya sedikit longgar dan waktunya untuk melepaskan tangannya. Alexa menarik tangannya dari genggaman tangan secepat kilat lalu berdiri di depannya.Hanya diberi pernyataan yang memang pernah dilihat dan didengar olehnya dalam hitungan detik lengah sehingga mudah untuk dilepaskan. Alexa mengerti dan memahami bahwa Deana bukanlah wanita biasa yang bisa diremehkan. Sikap kalem dan diamnya sangat berbahaya dan mematikan, apalagi dalam keadaan terdesak atau tersudutkan.“Jangan dikira, aku gak tau yang terjadi di kantor ini. Aku tahu apa pun tentang semua karyawan di perusahaan ini.”“Jadi ….”“Semua permasalahan karyawan pasti tahu dan aku bukan perempuan bodoh yang hanya duduk di kursi ruangan tanpa mengerjakan apa pun karena suamiku konglomerat. Walaupun konglomerat, aku sebagai wanita gak ingin jadi beban suamiku dan gak ingin otak ini berhenti berpikir.”“Kamu bukanlah wanita yang terbaik untuknya karena seorang wanita tidak hanya di
“Pagi, Alexa.”Frank menyapa Alexa saat membuka matanya sambil membawa sarapan untuknya. Sarapan diletakkan di atas nakas lalu duduk di tepi kasur. Alexa memegang kepalanya yang terasa tertimpa beban sebesar seratus kilogram sambil mengernyitkan dahi dan duduk bersandar di kepala kasur.“Frank?” tanyanya heran.“Iya.”“Bagaimana, ak—”“Semalam kamu minum banyak sampai gak sadar diri. Untung aku datang di tempat itu untuk bermain billiard dan melihatmu teler. Jadi, aku membawamu pulang dan mau mengantarkanmu pulang ke rumahmu, tapi kamu malah minta ke sini.”“Aku minta di sini?”“Iya. Kamu gak usah mikirin apa pun tentang semalam karena aku tidur di sofa dan pakaianmu tetap sama.”Pandangan turun ke pakaian yang dikenakan kemarin. Ternyata, ucapan dia benar lalu merambat ke arahnya dengan mulut sedikit terbuka.Frank tersenyum lebar. “Minum jus jeruk itu untuk menghilangkan pengarmu, terus makan. Kalau masih gak enak, jangan dipaksakan untuk masuk kerja karena berpengaruh pada pekerjaa
Alexa menatap matanya yang biru dengan mengernyitkan dahi atas pikiran yang dilontarkan melalui kalimat pertanyaan yang memang dirinya sedang bersama Frank. Namun, ia tidak menghabiskan waktu bersamanya, melainkan yang hanya diingat adalah ia sedang menikmati minuman yang jarang dicoba olehnya.Keheningan dengan posisi yang membuat bulu halus Alexa dan Barnett berdiri dalam hitungan detik. Tanpa sengaja, ia melirik bulu halus di bagian telinga dan leher yang berdiri hingga membuatnya tertawa.“Kenapa kamu tertawa? Aku tanya sama kamu.”“Kalau mau melakukan hubungan suami istri, gak usah ditahan karena kamu berhak melakukannya denganku,” jawabnya sambil memandangi langit-langit rumah.Barnett mengalihkan tubuhnya dari atas tubuh Alexa. “Aku sedang gak ingin melakukan itu denganmu.”Jawaban yang terdengar sangat berbohong tanpa menatapnya. Alasan itu membuat garisan panjang terlukis miring di bibirnya sambil menggeleng pelan.“Kenapa kamu tanya keberadaanku semalam? Kamu takut ketahuan
Barnett keluar dari kamar sembari menggunakan baju handuk dan jemari sibuk dengan handphone. Alexa hendak mengikutinya, tetapi pikiran menolak untuk penasaran atas yang hal yang terjadi karena sikap hari ini dibuktikan olehnya sehingga senyuman tipis terlukis di bibirnya.Hati mudah luluh karena sikap lembut dari pria yang dicintainya. Ia tidak pernah mendapatkan perbuatan yang benar-benar mencapai klimaks beberapa kali dan dia bermain sangat brutal sampai kaki gemetar dan lelah yang tiada tanding.Alexa menutup tubuhnya menggunakan kain lebar di ranjang lalu memejamkan mata. Ia membiarkan yang dilakukan oleh suaminya, meskipun memiliki rasa penasaran dan curiga terhadap Deana yang beberapa kali menghubunginya dan mengirim pesan.Beberapa jam berlalu, hari telah berganti. Alexa terbangun di jam yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia menoleh ke kanan dan kiri tidak terdapat Barnett sehingga bergegas menuruni anak tangga juga tidak ada dan pakaian berserakan di lantai dapur pun juga tidak
“Maafkan kami yang tidak bisa menyelamatkan nyawanya. Mas Frank telah meninggalkan kita semua.” Dokter yang pernah menanganinya memberikan kabar buruk kepada Alexa, Barnett, Helena dan Bayu.Ia mematung dengan kaki yang sudah tak kuat menahan apa pun yang didengar dan tubuhnya hingga terduduk lemas sambil menggendong Ali dan ditangkap oleh Barnett yang ikut duduk di lantai. Alexa menggeleng pelan sambil mengalirkan butiran bening di pipi.“Tidak mungkin, Frank orangnya kuat, mana mungkin dia meninggal. Dokter berbohong kepadaku.”Helena mengambil Ali dan menggendong lalu menjauh dari situasi yang memanas dan sedih hingga berdiri di dekat dinding yang masih bisa memantau kakaknya dan Alexa. Alexa berdiri sembari menyingkirkan Barnett lalu menarik jas putih itu.“Katakan pada saya, Dok bahwa Dokter berbohong, kan atas kematian Frank? Dia sudah kuat beberapa tahun untuk melawan penyakitnya, tapi kenapa dia menyerah begitu saja disaat aku dengannya mau menikah, Dok? Katakan kalau itu boho
“Katanya sudah lama, tapi tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya dengan alasan tidak ingin membuatku sedih, tapi kalau sudah seperti ini bag—”“Dia sudah baik melakukannya seperti itu karena kondisimu saat itu sedang terpuruk sehingga menurutnya tidak ingin membebani dan menambah pikiranmu karena aku yang berbuat masalah,” sela Barnett yang mencoba untuk memberi pengertian kepadanya.“Iya, lebih baik seperti itu,” kata Alexa menegaskannya.Barnett terdiam saat Alexa menegaskan kalimatnya. Ia mengusap kening Ali setelah selesai minum ASI lalu memandangi tulisan sedang beroperasi berwarna merah dan menyala dengan harapan hasil yang baik dan bisa melanjutkan hidup bersamanya.“Aku tadi menemukan dua kertas putih di atas nakas di kamar yang berada di kamar utama yang terlipat dan terdapat nama berbeda,” ucap Helena sambil mengeluarkan dua kertas putih itu dan diberikan kepada pemilik yang tertulis di kertas itu.Alexa dan Barnett hendak membuka surat itu, Dokter dan satu perawat k
Nada dering panjang berbunyi keras saat Alexa menuju Apartemen Frank. Ia merogoh wadah kotak di samping kursi mobil dan menemukannya. Nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali lalu mengangkat panggilan masuk dari nomor itu.“Lama sekali mengangkat panggilan masuknya!” sentak seorang pria di balik handphone.Alexa mengernyitkan dahi. “Siapa?”“Bayu!”“Ada apa? Kenapa kamu marah-marah?”“Cepetan ke rumah sakit internasional,” jawab Bayu yang terdengar tangisan bayi yang melengking.“Kamu sedang menggendong anakku?”“Iya, cepetan datang ke Rumah sakit Internasional sekarang! Kondisi Frank drop!” pekik Bayu panik lalu menutup panggilan masuk darinya.Alexa memutar balik arah tujuannya menjadi ke Rumah Sakit Internasional dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia harus segera tiba di sana sebelum memasuki jam dua belas siang agar tidak terjebak macet.Ia membunyikan klakson ketika ada mobil yang mencoba untuk mendahuluinya dan menghalangi jalur perjalanannya. Namun, ketika hendak memasuk
Barnett mengalihkan kepala dari tangannya lalu menatap Helena yang berdiri dengan mengalirkan butiran bening di pipi dengan deras. Dia meminta untuk mendekat padanya dan Helena duduk di samping Barnett dan Frank.“Psikologi Papa terganggu, Dik.”“Astaga, Papa,” rengek Helena terisak.Helena memeluk erat Barnett saat mendengar kondisi papanya yang sakit. Mereka terlihat menyesali perbuatan yang sering membantah dan membangkang orang tuanya, apalagi hanya memiliki satu orang tua dalam hidupnya.Alexa melihat adik kaka berpelukan menjadi sedih karena berusaha keras menjaga orang tua yang sudah lansia dan hanya tersisa satu orang. Semua harus didasari oleh kejadian terlebih dahulu untuk merekatkan hubungannya.Semua selalu mengalami keterlambatan untuk menjadi satu. Jika tidak seperti itu maka siapa pun tidak akan pernah merasakan kembali ke keluarga yang sudah retak.“Barnett, Helena, aku pulang dulu, ya. Alexa sudah punya anak kecil, jadi maaf tidak bisa lama-lama seperti biasa.”“Iya,
Kelvin tertawa keras ketika melihat Barnett yang sangat khawatir kepadanya. Dia tidak pernah berbuat khawatir kepada adiknya dan membuatnya merasa aneh. Kelvin semakin menjambak rambut Helena hingga membuatnya mengerang.Sontak, Reynard memegang kaki Kelvin dengan erat. Dia seakan memohon untuk melepas tangan dari rambutnya. Kelvin menyingkirkan tangan pria lansia itu dengan keras sampai tersungkur di lantai.“Kelvin!” teriak Barnett dengan wajah semakin merah padam.“Apa? Jika kamu berniat mengganti hak kuasa maka Raja pengusaha dan adikmu yang cantik ini mati di tanganku!”“Kamu mengancamku juga percuma karena aku sudah mengesahkannya ke notaris.”“Kamu!”Kelvin menembak pundak Helena dan Helena berteriak kesakitan sembari memegang pundaknya yang mengalirkan air berwarna merah segar. Sontak, semua orang membulatkan bola mata dan membuat Alexa memajukan langkahnya, tapi ditahan oleh Frank.Frank memasuki ruangan luas yang kosong terlebih dahulu dengan mengendap-endap dan disusul oleh
Bola menyebar ke seluruh benda yang ada di kamarnya dan berhenti di meja dekat sofa. Meja kayu persegi panjang ter dapat botol yang digunakan wadah untuknya setelah memompa ASI.“Dia pintar juga bisa menidurkan Ali tanpa membangunkanku. Aku sangat bersyukur memilikimu, Sayang karena kamu adalah pria sigap tanpa diberitahu dan diminta tolong. Semoga kamu adalah jodoh terakhirku dalam seumur hidupku dan mudah-mudahan kamu sembuh agar bisa menikah dan punya anak darimu.”Alexa berbicara lirih dengan penuh harapan sembari menatapnya lamat dari kejauhan. Wajah tampan dengan garis rahangnya yang tegas membuat nyaman seakan tidak pernah memaki, menghakimi dan merendahkanku. Bahkan cara menegurnya sangat lembut tanpa membentak, meskipun ia tahu bahwa Frank sangat kesal dan marah kepadanya.Butiran mengalir bening ketika mengingat penyakit yang ganas menginap di tubuhnya. Namun, ia berjanji merawat Frank dengan berusaha keras untuk menyembuhkannya.Frank terbangun dari tidur dengan per
“Dia sakit kanker perut stadium empat. Dia menahan rasa sakit yang luar biasa dan memiliki motivasi sembuh dari penyakitnya karena seorang wanita yang membuatnya lebih baik dan nyaman dalam menjalani hidup.”Dokter membeberkan penyakit Frank yang semakin parah. Sontak, butiran bening mengalir deras sambil menutup bibirnya yang ternganga. Frank tidak pernah memberitahu tentang penyakit yang menggerogoti tubuhnya dan terlihat sehat.Alexa memukul lengannya pelan sembari terisak dan ditinggal oleh Dokter untuk diberi ruang privasi di antara mereka. Dokter yang menanganinya adalah Dokter yang sudah lama merawatnya dan memberi asupan obat.Frank memegang tangannya lalu memeluk erat. Dia tidak pernah tega dan maksud untuk menyembunyikan penyakitnya. Dia selalu memikirkan perasaan orang lain dan mementingkan kebahagiaan orang lain.“Jahat!”“Maaf.”“Kalau kamu sakit seharusnya bilang ke aku, jangan disembunyikan. Aku minta sama kamu untuk selalu berkata jujur atas apa pun yang terjadi. Janga
“Dia baru sadar, Mbak. Sedari tadi belum sadar dan hanya memanggil nama Mbak terus. Apakah Mbak tadi mengajak bicara pasien?”“Iya, Dok. Saya tadi mengajak bicara dan merespons tangan saya dengan menggenggam erat.”“Tidak apa, Mbak. Pasien koma mendengar yang dikatakan oleh kita sehingga dia merespons dan merangsang otaknya untuk sadar. Jadi, kami sangat berterima kasih kepada Mbak karena perkiraan kami tersadar dari koma bakalan lama, ternyata tidak.”“Kalau boleh tahu, kenapa Dokter memvonis dia bakal lama sadar dari komanya? Apa yang mengenainya?”“Selain tembakan, dia juga mengalami gagar otak. Bagian kepalanya pecah sehingga menurut kami lama, tapi takdir tidak ada yang tahu sehingga bangun lebih cepat. Kami akan mengabari keluarganya.”“Baik, Dok. Terima kasih.”Ia pun baru tahu bahwa mengajak bicara orang koma akan mempercepat alam bawah sadar dan meningkatkan fungsi otak. Alexa bersyukur bisa membuat Barnett terbangun dari koma dan dijadikan saksi untuk kasus istri dan sahabat
“Jangan mikirin itu dulu, kamu harus sudah ada di sana secepat mungkin. Ayo berangkat!”Frank menggandeng tangan Alexa lalu berpamitan ke Ibu dan keluar dari rumahnya. Mereka pergi ke rumah sakit menggunakan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Lima belas menit berlalu, mereka tiba di rumah sakit lalu mengambil langkah seribu menuju IGD dan disuguhkan pemandangan Helena memeluk ayahnya sambil terisak.“Helena, Papa.”“Mbak Alexa!”“Masuk, Nak. Ada perawat yang berjaga di sana untuk menunggumu karena harus menggunakan pakaian rumah sakit.”Alexa bergegas masuk rumah sakit dan melepas tangan Frank. Ia mengenakan pakaian rumah sakit lalu masuk ke ruangan dan melihat Barnett memanggil namanya.“Dia dari tadi memanggil nama saya, Sus?”“Iya, Mbak. Apakah Mbak adalah Mbak Alexa?”“Baiklah. Saya tinggal, ya, Mbak.”Alexa duduk di samping Barnett dengan memegang tangannya yang diinpus. Hati merasa terenyuh saat melihat kondisinya saat ini.“Aku di sini, Barnett,” kata Alexa sambil mengus