Malam dingin yang hangat karena bertemu dengan teman lama dan baru untuk menghabiskan waktu akhir pekan. Sikap manis suaminya itu membuat tercengang.Dua menit berlalu, Alexa menerima piring dan gelas yang penuh dengan isi makanan dan air mineral. Barnett membuka jaket dan diarahkan ke kaki jenjang mulus yang terekspos dengan jelas. Dia terlihat tidak terima bahwa tubuh istrinya dapat dilihat oleh banyak orang.Pandangan Alexa tidak berhenti pada raut wajah yang bersih dan bersinar sehingga paras yang tampan terpancar. Namun, satu sisi membuyarkan kekaguman terhadap sikapnya mala mini.‘Dia melakukan sikap manis di depan banyak orang agar bisa dilihat dan dipuji bahwa dia adalah suami yang penyayang dan siap siaga dalam kondisi apa pun,’ batinnya menggerutu.“Wah, suami Bu Alexa perhatian sekali,” puji salah satu karyawan Frank.Baru saja dibatin olehnya dan sungguh terjadi. Namun, ekspresinya hanya tersenyum lebar dan melanjutkan makan. Barnett mengarah kepadanya dengan senyuman leba
“Jangan mengancam seperti itu, dia orangnya pemalu.”Alexa membela Barnett dengan senyuman tipis dan menoleh ke Nikkie untuk tidak mengancamnya. Ia tahu bahwa suaminya tidak akan melakukan yang dikatakan olehnya sembari melirik Deana yang kedua pundak terangkat bersamaan dan leher menegang sembari menatap sinis dan hidung mengernyit.Alexa menoleh kembali ke Barnett lalu bibir menempel di bibirnya selama satu menit sembari menatap lamat. Bola mata terbelalak ketika dia melakukan yang dikatakan oleh sahabatnya dan otot leher menegang. Setelah itu, dia juga mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang sampai membuatnya memejamkan mata.“Aku cinta sama kamu,” ujar Barnett sambil mengusap pipinya lembut.Tatapan mereka saling bertemu dan jantungnya berdegup dengan kencang. Netra yang memiliki bola mata berwarna membuatnya tersihir akan nada bicara yang lembut.“Ah, manis sekali. Aku mau digituin sama calon suamiku.”“Ah, sayang, mereka manis sekali.”Beberapa orang ingin mendapatkan perla
“Ya, aku lelah semalam dan gak sanggup untuk mengikuti acara sampai selesai,” jawab Alexa tersenyum tipis.“Sungguh?”“Sungguh dan aku tidak ingin membahas semalam. Aku ingin menikmati pemandangan di sini dan udara sejuk,” ketusnya tanpa memerhatikan Frank.Frank menoleh ke berbagai arah di belakang untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menghibur diri dan Alexa. Frank berlari entah arah mana dan tidak dihiraukan oleh Alexa.Alexa hanya ingin tidak mensia-siakan waktu saat berlibur untuk menikmati pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Bunyi bel sepeda membuatnya menoleh ke sisi kanan dengan tatapan yang heran.“Sepeda siapa itu?”“Naiklah.”“Aku masih memakai pakaian ini.”“Aku juga masih pakai piyama,” ucap Frank sambil menarik tangannya.Sepeda kayuh dengan tempat duduk dua dan terdapat empat untuk mengayuh. Alexa naik sepeda lalu mengayuh bersama Frank. Sepeda yang pernah dilihat olehnya di film drama korea dengan warna ungu muda menjadi kenyataan dan mengayuh secar
“Setelah acara kantor kita.”Jari telunjuk bersatu di ibu jari. “Oke,” balasnya sambil memainkan satu mata.Alexa sangat bersyukur memiliki sahabat yang selalu ada untuknya. Ya, semua dilakukan olehnya karena Frank mencintainya. Namun, apakah dia tetap melakukan yang dibutuhkan ketika mengetahui jawaban dari pembuktian cintanya?Frank tersenyum lebar saat melihat wanita yang dicintainya sejak SMA. Kebahagiaannya adalah yang terpenting untuknya. Namun, apakah Frank siap mendengar jawaban darinya? Apakah dia menerima atas apa pun jawabannya?Alexa kembali ke Villa dengan mengayuh sepeda secara santai sembari menikmati pemandangan indah dan udara sejuk dan dingin. Ia memerhatikannya dari belakang dengan senyuman lebar.“Kamu jangan menatapku terus nanti helmku gak muat.”“Ish, aku lagi menikmati pemandangan bukan menatapmu.”“Perempuan selalu bisa berargumentasi untuk memenangkan dan menyembunyikan yang terjadi beberapa detik,” puji Frank lalu tertawa pelan.“Semua masalah tidak selalu d
Senyuman miring yang ditampakkan olehnya sambil menggeleng heran dengan sikap suaminya yang berpura-pura untuk tidak terjadi apa pun. Semua sangat jelas bahwa Barnett memiliki kekasih gelap yang notabenenya adalah kekasih sahabatnya.“Percuma aku jawab. Kamu pasti membelanya dan nanti berakhir perselisihan dan kekerasan fisik.”“Aku tidak akan pernah melakukan kekerasan fisik di luar rumah.”“Omong kosong!” ledeknya lalu terkekeh pelan.“Kamu!”Alexa melirik dia yang melotot dan tangan mengepal erat. Kemarahan yang sesungguhnya ingin dilampiaskan malah tertahan lalu pergi meninggalkannya.“Apa hubunganmu dengan Deana?” tanya Alexa tanpa menoleh ke arahnya.Akhirnya, rasa penasaran tentang hubungan mereka terucapkan sampai membuat langkahnya terhenti dan mendekatinya kembali. Dia memegang dan mencengkeram pundaknya sambil memutarkan posisi badannya.“Apa maksudmu?!” tanya Barnett menekan.“Aku tanya sekali lagi. Apa hubunganmu dengan Deana?”“Atasan dan bawahan,” kilahnya nada tinggi.
“I-iya!”Deana menjawab bergetar dan genggaman tangannya sedikit longgar dan waktunya untuk melepaskan tangannya. Alexa menarik tangannya dari genggaman tangan secepat kilat lalu berdiri di depannya.Hanya diberi pernyataan yang memang pernah dilihat dan didengar olehnya dalam hitungan detik lengah sehingga mudah untuk dilepaskan. Alexa mengerti dan memahami bahwa Deana bukanlah wanita biasa yang bisa diremehkan. Sikap kalem dan diamnya sangat berbahaya dan mematikan, apalagi dalam keadaan terdesak atau tersudutkan.“Jangan dikira, aku gak tau yang terjadi di kantor ini. Aku tahu apa pun tentang semua karyawan di perusahaan ini.”“Jadi ….”“Semua permasalahan karyawan pasti tahu dan aku bukan perempuan bodoh yang hanya duduk di kursi ruangan tanpa mengerjakan apa pun karena suamiku konglomerat. Walaupun konglomerat, aku sebagai wanita gak ingin jadi beban suamiku dan gak ingin otak ini berhenti berpikir.”“Kamu bukanlah wanita yang terbaik untuknya karena seorang wanita tidak hanya di
“Pagi, Alexa.”Frank menyapa Alexa saat membuka matanya sambil membawa sarapan untuknya. Sarapan diletakkan di atas nakas lalu duduk di tepi kasur. Alexa memegang kepalanya yang terasa tertimpa beban sebesar seratus kilogram sambil mengernyitkan dahi dan duduk bersandar di kepala kasur.“Frank?” tanyanya heran.“Iya.”“Bagaimana, ak—”“Semalam kamu minum banyak sampai gak sadar diri. Untung aku datang di tempat itu untuk bermain billiard dan melihatmu teler. Jadi, aku membawamu pulang dan mau mengantarkanmu pulang ke rumahmu, tapi kamu malah minta ke sini.”“Aku minta di sini?”“Iya. Kamu gak usah mikirin apa pun tentang semalam karena aku tidur di sofa dan pakaianmu tetap sama.”Pandangan turun ke pakaian yang dikenakan kemarin. Ternyata, ucapan dia benar lalu merambat ke arahnya dengan mulut sedikit terbuka.Frank tersenyum lebar. “Minum jus jeruk itu untuk menghilangkan pengarmu, terus makan. Kalau masih gak enak, jangan dipaksakan untuk masuk kerja karena berpengaruh pada pekerjaa
Alexa menatap matanya yang biru dengan mengernyitkan dahi atas pikiran yang dilontarkan melalui kalimat pertanyaan yang memang dirinya sedang bersama Frank. Namun, ia tidak menghabiskan waktu bersamanya, melainkan yang hanya diingat adalah ia sedang menikmati minuman yang jarang dicoba olehnya.Keheningan dengan posisi yang membuat bulu halus Alexa dan Barnett berdiri dalam hitungan detik. Tanpa sengaja, ia melirik bulu halus di bagian telinga dan leher yang berdiri hingga membuatnya tertawa.“Kenapa kamu tertawa? Aku tanya sama kamu.”“Kalau mau melakukan hubungan suami istri, gak usah ditahan karena kamu berhak melakukannya denganku,” jawabnya sambil memandangi langit-langit rumah.Barnett mengalihkan tubuhnya dari atas tubuh Alexa. “Aku sedang gak ingin melakukan itu denganmu.”Jawaban yang terdengar sangat berbohong tanpa menatapnya. Alasan itu membuat garisan panjang terlukis miring di bibirnya sambil menggeleng pelan.“Kenapa kamu tanya keberadaanku semalam? Kamu takut ketahuan