Helena hanya mengangkat kedua pundaknya bersamaan. Dia tidak menanyakan tujuan ke mana Barnett pergi. Alexa memegang pundaknya sekilas dengan senyuman tipis.Pria beristri tidak mengatakan tujuan ke mana dia pergi membuat Alexa menaruh kecurigaan kepadanya bahwa dia pergi dengan wanita lain sehingga tidak ingin diketahui keberadaannya.Wajar dia menaruh perasaan seperti itu karena hari libur, pergi membawa koper di pagi hari sangatlah tidak wajar. Tidak ada pekerjaan penting minggu ini, apalagi hari libur.Alexa terduduk di kursi meja makan dengan memandangi meja polos berwarna cokelat muda dan dahi mengernyit. Jantung berdegup kencang ketika Barnett tidak ada di sampingnya.Apakah harus menanyakan kepada Papa tentang pekerjaannya di hari libur? Namun, semua itu tidaklah benar. Jika bertanya pada mertua malah menjadi masalah besar, apalagi ancamannya terhadap Barnett dan teringat dengan ucapan ibunya.Helaan napas panjang keluar dari hidungnya. Ia berharap mertua dan orang tuanya tida
Sikap Helena yang sudah membaik kepada Barnett membuatnya tersenyum karena mereka bisa dekat dan bertanya banyak hal sehingga Alexa berada di dekatnya dan cukup mendengar.Alexa juga ingin tahu yang dikatakan oleh Barnett terkait keberadaannya. Apakah dia berbohong atau tidak. Semua bisa diselidiki dengan cara yang mudah dan ketahuan saat dia berbohong.“Kakak ada di … Bandung.”“Wah, ada acara di Bandung sampai membawa koper segala?”“Acara kantor dan sampai hari minggu. Jadi, kamu temani Alexa dulu.”“Kalau ada acara apa pun itu berkabar sama istri atau orang rumah kalau ada orang di rumah. Kakak jangan melakukan kebiasaan yang dulu masih sendiri agar Mbak Alexa gak khawatir dan memiliki pemikiran yang buruk.”“Ssst diam.”“Aku gak akan diam sampai Kakak bilang iya. Kakak sudah menikah dan istri berhak tahu di mana pun suaminya pergi dan sama siapa. Jangan dingin dan kaku jadi pria, Kak!” cerocos Helena sembari melirik Alexa.“Berisik. Kakak masih hmm … sibuk.”“Kak—”Panggilan terp
Mendengar pengakuan dari seorang wanita yang tidak dikenal, tiba-tiba menghubunginya membuat hatinya semakin hancur bahwa Barnett telah bermain api di belakangnya. Ia tidak pernah menyangka bahwa pernikahan yang belum sampai puluhan tahun harus mengalami yang tidak diinginkan.Namun, semua peristiwa itu tidak akan terjadi padanya, jikalau Tuhan tidak menghendakinya. Air mata yang sedari tadi ditahan akhirnya meluber tanpa batas. Isak tangis memenuhi seluruh rumahnya yang luas.Kesendirian dalam rumah menjadi kesempatan untuk meluapkan kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Bahkan, ia teringat kejadian semalam saat Barnett memperlakukannya dengan lembut dan kasih sayang besar.Alexa mengira bahwa sikap manis itu selalu ada dalam dirinya, tetapi hanyalah sebuah harapan yang berkepanjangan. Perlakuan manis itu bisa digunakan untuk alasan bahwa dia telah menyentuhnya.Apakah hanya sekali menyentuh yang sangat nikmat bisa membuatnya mengandung anak darinya?Akhirnya, ia mendapatkan jawaba
Alexa tertawa keras saat mendengar kalimat yang meremehkannya. Tanpa banyak jawaban, aksi bela diri dilakukan olehnya. Ia berhasil menangkis tangan kekar lalu mengeluarkan jurus serangan yang membuat lawannya terjatuh di lantai sampai membuat karyawan wanita ketakutan.Alexa menginjak pelan tangannya. “Jangan pernah meremehkan wanita. Tenaga bisa keluar seribu kali lipat dari pria saat diremehkan dan telah memiliki ilmu bela diri.”Setelah berpesan kepada Kelvin yang memegang perut sambil meringis, ia membawa pergi rekan kerjanya dan menanyakan keadaannya. Setelah semuanya baik-baik saja, ia merapikan pakaian yang sedikit berantakan dan hendak memasuki ruangannya, tetapi permintaan mertua untuk memasuki ruangannya.“Alexa, ikut saya ke ruangan.”Alexa berputar balik dan mengikuti langkah mertuanya. Ia memperhatikan cara Reynard berjalan yang tertunduk dan memasukkan kedua tangan di kantong celana. Dia terlihat lelah, kecewa dan hal buruk sedang bersarang di dalam benaknya.Ia duduk di
“Kamu ada di rumahku.”“Hmm?” Alexa membangunkan tubuhnya perlahan sambil bersandar di kepala kursi.Alexa bingung dengan keberadaan saat ini. Apa yang telah kulakukan dan sampai di rumah Frank? Namun, ia menyadari bahwa kamar sebelumnya tidak terdapat poster band rock dan kasur berukuran besar.Ia menyebarkan pandangan ke berbagai sudut di kamarnya. Kamar yang luas memang seperti yang dilihat sebelumnya.“Ini kamarmu?” tanyanya untuk meyakinkan keberadaannya.“Iya, ini bukan di rumahku yang pernah kita kunjungi. Ini adalah rumahku yang kedua. Kemarin kita berada di Apartemen.”“Hmm.” Alexa mendesis sembari memegang keningnya.Sakit kepala masih terasa akibat banyaknya beban hidup. Dengan sigap, tangan kekar memegang lengannya. Dia membawa Alexa di rumah dan memanggil Dokter keluarga untuk memeriksanya saat bertemu dengannya di tengah jalan dalam keadaan pingsan.“Kamu belum sarapan tadi pagi?”“Sudah.”“Bohong, kalau sudah kamu tidak akan terlihat pucat seperti ini dan kantong mata k
“Pulanglah. Aku sangat lelah hari ini,” jawab Alexa yang tidak ingin membahas Barnett yang tiada kabar sama sekali.“Aku tidak akan pergi dari rumah ini kalau tidak memberitahu keberadaannnya.” Frank sedikit memaksanya sembari menatap lamat.Alexa hendak memasuki rumah dengan terpaksa berbalik badan lalu sedikit membungkukkan badan dan memegang kaca mobil yang masih terbuka.“Aku tidak tahu keberadaannya dan berhenti bertanya karena semua masalahku bukan masalahmu. Kamu hanya cukup mengetahui yang kamu tahu dan tidak perlu interfensi sampai dalam.” Alexa menjawab tegas seraya menatap tajam.Frank terdiam beribu bahasa saat ia memberikan peringatan untuknya. Frank tidak seharusnya iterfensi ke masalah apa pun yang dimilikinya. Walaupun dia adalah sahabatanya, tetapi dia termasuk orang luar.“Oke. Maaf kalau aku terlalu ikut campur dalam masalahmu.”Alexa hanya mengangguk dan menepuk sisi mobil perlahan sembari memperlihatkan senyuman kecutnya dan melambaikan tangan kepadanya. Ia masuk
Alexa memalingkan wajah dengan merapikan rambut lalu tersenyum pada Reynard yang mengernyitkan dahi saat Barnett tidak memujinya. Dia tidak akan pernah memujinya saat hati masih terisi wanita lain dan belum selesai dengan masa lalunya.Percuma saja dibantah sehingga Alexa terkekeh dan berpura-pura untuk baik-baik saja saat melihat mereka yang berbeda pendapat. Ia berdiri di antara mereka sambil memegang kedua tangannya.“Sudah jam istirahat, makan siang dulu, yuk.” Alexa tersenyum lebar.Alexa menarik kedua tangan tersebut, tetapi Barnett masih berdiri di tempat, seperti tidak ingin beranjak dan makan siang dengannya. Ia dan Reynard menoleh dan wajahnya pun masam sehingga ia berbalik badan lalu menggandeng lengannya dan membawa mereka pergi ke kantin.Pertama kali, ia berhasil membujuk suaminya untuk makan bersama di kantin. Reynard dan Barnett menunjuk makanan yang hendak dimakan olehnya lalu dibelikan. Alexa membawa makanan yang dipesan ke meja pendek yang cukup untuk berempat sehin
Mama mertua memegang dan mengelus pipi sembari tersenyum dan menatapnya dengan penuh rasa rindu. Dia terlihat sangat rindu dengannya sampai mengutus tangan kanan papanya hanya demi memanggil Alexa.“Mama sehat, Nak. Maaf, ya sudah membuatmu khawatir.”Alexa tersenyum lebar sambil memiringkan kepala dan menggeleng pelan. “Mama. Alexa rindu dan maaf baru bisa ke sini sekarang di saat diminta untuk datang ke rumah.”“Tidak apa, Nak. Mama juga tahu kalau kamu pasti sibuk sama kerjaan di kantor dan rumah. Ikut mama ke kamar khusus untuk Alexa.”Alexa tersenyum kembali ketika bersama lagi dengan mertuanya. Ia bersalaman dengan Papa mertua dan diantar oleh asisten rumah tangga dengan membawa tasnya.Alexa menyelipkan tangan ke tangan mama mertuanya untuk melangkah bersama menuju kamarnya. Dua menit menuju kamar dan ditakjubkan dengan desain interior kamar yang minimalis, modern dan serba warna cream membuat mata terasa segar.Tas diletakkan di sofa lalu ditinggalkan. Alexa duduk bersama di t