Percakapan antara Martis dan Zakel akhirnya masuk dalam situasi yang semakin tegang. Martis, dengan ketenangan mencoba untuk menjaga komunikasi dengan Zakel, yang semakin marah dan frustrasi setelah bukti-bukti yang Martis tunjukkan. "Zakel, aku mengerti bahwa ini mungkin sulit untuk diterima, tapi bukti yang ada menunjukkan bahwa kamu adalah mata-mata dari Sanis. Aku ingin mendengar darimu tentang hal ini. Mengapa kamu melakukan ini?"Zakel, dengan wajah yang memancarkan kemarahan, menatap Martis dengan tatapan tajam. "Kalian semua mengira bahwa aku adalah mata-mata?! Kalian tidak mengerti apa-apa! Aku telah berjuang untuk perdamaian dan keadilan selama ini!""Zakel, aku memahami bahwa kamu merasa marah dan tidak puas dengan tuduhan ini. Tapi bukti yang ada tidak bisa diabaikan. Aku ingin mendengar ceritamu. Apakah ada alasan khusus mengapa kamu melakukan ini?"Zakel, dengan nada yang semakin meninggi, mulai menunjuk Martis dengan penuh kemarahan. "Kau tidak tahu apa-apa! Aku melakuk
Setelah situasi yang tegang dan serangan tak terduga dari Zakel, Martis dengan bijaksana memutuskan untuk menahan Zakel. Tindakan Zakel yang membahayakan orang lain tidak dapat dibiarkan terus berlanjut.Martis dengan hati-hati mendekati Zakel yang sudah terkendali. Dia menggunakan keahliannya dalam pertahanan diri untuk menangani situasi ini dengan aman. Martis dan anggota kelompok aktivis perdamaian lainnya bekerja sama untuk mengamankan Zakel dan memastikan bahwa dia tidak dapat melanjutkan serangannya.Martis, dengan suara yang tenang dan penuh pengertian, menjelaskan kepada Zakel mengapa tindakannya tidak dapat diterima dan mengapa dia harus ditahan. "Zakel, tindakanmu telah membahayakan keselamatan orang lain. Kami harus mengambil tindakan untuk melindungi diri kami sendiri dan melaporkan kejadian ini kepada pihak berwenang yang berkompeten. Kami ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara damai, tetapi tindakanmu tidak dapat dibiarkan tanpa konsekuensi."Martis dan anggota kelo
Martis melihat perasaan campur aduk dalam wajah Zakel, dan dia memahami betapa sulitnya situasi ini bagi Zakel. Dia ingin memberikan dukungan dan harapan kepada Zakel dalam momen ini yang penuh penyesalan."Zakel, aku tahu bahwa kamu merasa menyesal atas apa yang telah terjadi. Tapi ingatlah, kita semua pasti pernah membuat kesalahan. Yang penting sekarang adalah bagaimana kita belajar dari kesalahan tersebut dan berusaha memperbaikinya. Aku dan tim akan berada di sini untukmu, untuk melindungi keluargamu dan membantu kamu menemukan jalan keluar dari situasi ini."Zakel mengangguk dengan perasaan campur aduk, menggambarkan rasa harap dan keraguan yang ada dalam dirinya. "Terima kasih, Martis. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa membalas kebaikanmu dan kelompokmu setelah apa yang aku lakukan. Aku ingin memperbaiki segalanya, termasuk kesalahan-kesalahan yang aku buat.""Zakel, penting untuk kita semua belajar dari masa lalu dan melangkah maju. Kita tidak bisa mengubah apa yang telah terj
Tidak bisa dipungkiri bahwa pihak Sanis ini memang kejam dan tidak memiliki hati nurani. Tetapi dengan keberaniannya, Martis sangat yakin akan dapat menghadapi Sanis dengan baik. Dan untuk saat ini, yang Martis harapkan agar mereka dapat menemukan tempat yang lebih aman untuk melindungi diri Zakel dan keluarga Zakel dari ancaman negara Sanis.Kemudian, Martis langsung menuju titik lokasi di mana pasukan Sanis akan menyerang. Dan ketika tiba di sana, Martis juga bertemu dengan Alan, salah satu temannya yang ahli dalam bidang hacker. "Alan, lama tak jumpa. Jadi bagaimana menurutmu? Apakah kau bisa membantuku untuk menghalau serangan rudal yang akan dilancarkan oleh Sanis kemari?" tanya Martis yang sebelumnya menyapa Alan."Hey Martis, apakah kau meremehkan kemampuanku? Hem?" sahut Alan.Martis pun tertawa kecil dan menepuk bahu Alan. "Alan, aku hanya khawatir kemampuanmu menumpuk setelah sekian lama kita gak jumpa."Alan membalasnya dengan tinjuan kecil ke dada Martis. "Sial! jangan pan
Karena serangan pertamanya gagal, dan malah berbalik ke pihaknya sendiri, Letnan Isriwil kali ini benar-benar akan menyerang menggunakan rudal nuklirnya. "Perintahkan semua pasukan untuk mundur dengan cepat. Aku akan menyerang ke wilayah itu dengan rudal nuklir!" seru Letnan Isriwil kepada salah satu prajuritnya.Suasana di pasukan yang dipimpin oleh Letnan Isriwil juga ikut menjadi tegang. Sebab, waktu untuk menarik mundur pasukan tidak bisa secepat itu."Sial! Apa yang dipikirkan oleh Letnan itu?! Apakah ia ingin mengorbankan prajuritnya lagi?!" Salah satu anak buah Letnan Isriwil menggerutu kepada temannya."Entahlah, sebenarnya aku juga tidak ingin melakukan peperangan ini. Aku merasa ada yang janggal antara kabar dan berita yang kita terima dengan fakta yang terjadi." Temannya ikut menyahuti."Kalau begitu ayo cepat kita tarik mundur Tim A dan Tim B. Mereka adalah Tim yang paling dekat dengan titik serangan rudal nuklir." Dengan jantung yang berdebar kencang beberapa kali lipat,
Cahaya merah yang berkedip-kedip pada rudal nuklir biasanya merupakan indikator atau sensor yang menunjukkan status rudal tersebut. Martis menerka, bisa jadi cahaya tersebut menunjukkan bahwa sistem navigasi rudal telah terganggu atau berubah arah. Atau bisa juga menunjukkan bahwa rudal nuklir sedang aktif dan siap meledak. Dan sepertinya, dugaan yang kedua lah yang Martis anggap benar.Semakin rudal itu berbelok arah, semakin cepat pula ritma cahaya berwarna yang berkedip itu. Dan benar saja apa yang ada dalam pikiran Martis.Boom...!Rudal itu meledak di udara. Meskipun rusak itu terbang tinggi kiloan meter, namun getaran yang dirasakan orang-orang yang ada di bawah masih terasa.Sedangkan Martis yang posisinya berada tidak jauh dari rudal nuklir yang meledak itu, tubuhnya terhempas sangat jauh. Dan tubuhnya juga terkena dampak dari kuatnya saya kedak tidak nuklir. Kulit-kulit di beberapa bagian tubuh Martis melepuh. Wajahnya pun terasa sangat panas. Tidak, bukan hanya wajah, tapi s
Ferdi kemudian memberi tahu Alan bahwa meskipun Martis memiliki kemampuan regenerasi yang luar biasa, ia tidak bisa langsung sadar begitu saja. Alan merasa khawatir dan bertanya mengapa Martis belum juga sadar.Ferdi menjawab dengan penuh perhatian, "Tuan Alan, meskipun Martis memiliki kemampuan pemulihan yang hebat, tapi dalam kondisi seperti ini, proses penyembuhannya membutuhkan beberapa waktu. Tubuhnya ssat ini sedang berjuang untuk pulih sepenuhnya. Kita harus memberikan waktu dan kesempatan baginya untuk pulih dengan sendirinya."Alan mengangguk mengerti, tetapi masih merasa cemas. "Apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk membantu Martis?"Ferdi berpikir sejenak sebelum menjawab, "Kita bisa menjaga kondisi sekitarnya tetap tenang dan nyaman. Mungkin juga bisa mencari informasi lebih lanjut tentang cara mempercepat proses penyembuhan atau memanggil ahli medis yang bisa membantu. Tapi yang terpenting, kita harus memberikan dukungan dan harapan kepada Martis agar ia bisa pu
Martis, dengan wajah penuh amarah dan kesedihan, berdiri tegak di tengah medan perang yang penuh asap dan debu. Dia melihat ke sekeliling, melihat teman-temannya yang gugur, dan kemudian menatap musuhnya dengan tatapan tajam."Kalian harus membayar nyawa teman-temanku!"Dengan gerakan cepat dan lincah, Martis mengeluarkan pedangnya. Dia berlari menuju musuh dengan kecepatan luar biasa, menyerang mereka dengan serangan bertubi-tubi. Setiap gerakan Martis begitu kuat dan cepat sehingga musuh tidak sempat bereaksi.Dia menggunakan teknik serangan yang diajarkan oleh kakeknya, menggabungkan kecepatan, kekuatan, dan ketepatan dalam setiap serangan. Dia bergerak seperti angin, cepat dan tak terduga. Musuhnya jatuh satu per satu, tidak mampu menahan serangan Martis.Tapi Martis tidak berhenti. Dia terus bergerak, terus menyerang, sampai tidak ada musuh yang tersisa. Dia berjuang dengan segala kekuatannya untuk teman-temannya yang telah gugur.Dan kemudian, saat Martis ingin menghancurkan ban