Saat Martis berjalan ke suatu tempat, ia melihat ada banyak orang yang sedang mencari sesuatu. Martis kemudian mencoba mendekati dan mendengarkan apa yang mereka bicarakan. Kedua mata Martis terbelalak ketika mendengar yang mereka cari ternyata adalah Mia dan juga bibinya.'Hah?! Ternyata benar, Mia dan bibi sedang dalam masalah,' gumam Martis.Martis merasa sangat marah ketika ia mendengar ada dua orang pasukan musuh tertawa terbahak membicarakan rencana mereka jika berhasil menangkap Mia nanti. "Jangan harap kalian dapat menyentuhnya!" Boom!Akhirnya Martis memukul kedua orang itu sekuat tenaga.Akibatnya suara ledakan dari pukulan Martis, semua perhatian musuh pun langsung tertuju padanya."Hey, siapa dia?! Bukankah yang kita cari tinggal dua wanita itu?""Entahlah, sepertinya tersisa satu orang lagi. Ayo, kita hajar dan tangkap dia!"Martis tidak lagi perduli dengan jumlah musuh yang akan ia hadapi. Kemarahannya membuatnya mengamuk. Martis dengan sangarnya terus memukul semua ora
Sepertinya Martis akan memakan banyak waktu untuk menghabisi semua prajurit di tempat ini jika ia seorang diri. Tapi, mau bagaimana lagi? Memangnya siapa yang akan membantunya di sini?Ketika Martis kembali mengamuk, suara ledakan demi ledakan terdengar semakin banyak dan kuat. Bahkan, Mia dan bibinya yang saat ini masih bersembunyi di dalam ruang bawah Tanah dapat merasakan beberapa getaran yang cukup kuat."Mia, sepertinya Martis benar-benar mengamuk kali ini. Tapi, apakah Martis kemari bersama teman kita yang lain? Atau..., malah seorang diri? Kalau begitu baiklah, Mia, kau tunggu di sini. Biarkan aku yang mencoba melihat situasinya di atas sana," ujar Letnan Odele."Tapi Letnan..., aku juga ingin melihat keadaan Martis di atas sana." Mia berkata seraya menundukkan kepalanya."Tenang saja, aku yakin ia akan baik-baik saja. Justru aku akan khawatir jika kau akan ikut bersamaku ke atas sana. Lagipula, keadaanmu sepertinya belum pulih sepenuhnya. Lebih baik kau beristirahat saja terle
Letnan Odele bersama pasukannya akhirnya bergerak. Mereka langsung menuju di mana tempat Martis berada."Bibi?" Martis sempat terkejut melihat bibinya yang ternyata datang dengan puluhan orang."Martis, Bibi akan membantumu." Sambil menembakkan pistolnya, Letnan Odele berteriak pada Martis.Namun perhatian Martis tertuju kepada wanita yang sangat ia cintai. Martis langsung bergegas mendekatinya."Mia! Syukurlah kau baik-baik saja." Martis langsung memeluk tubuh Mia."I-iya, Martis. Aku baik-baik saja." Entah kenapa, Mia malah merasa gugup."Baiklah, kau jangan jauh-jauh dariku. Tetaplah berada di belakangku, oke?" ucap Martis."Hem..., baiklah," jawab Mia.Martis yang tadinya sempat merasa sedikit lelah, perasaan lelah itu hilang dalam sekejap setelah ia melihat Mia. Malahan, semangatnya semakin membara untuk mengalahkan semua musuhnya.Namun saat Martis dan yang lainnya sedang fokus bertarung, ia dikejutkan dengan adanya serangan kejutan yang datang ke arahnya.Boom...!Satu serangan
Blar...!Jendral Biden menembakkan elemen apinya.Tapi elemen api yang berbentuk bola-bola lahar itu langsung menghilang ketika akan menyentuh tubuh Martis."Hah?! Apa yang terjadi?!" Kedua mata Jendral Biden terbelalak.Lalu Jendral Biden kembali maju. Kali ini ia melapisi kedua tinjunya dengan elemen api. Namun hal yang sama terjadi seperti tadi. Kedua tinjunya menjadi tinju biasa ketika akan mengenai tubuh Martis.Martis menanggapi dengan seringai ketika melihat wajah Jendral Biden terlihat bingung. Dan Martis mengambil kesempatan itu untuk membalas serangan Jendral Biden.Martis sengaja membalas serangan Jendral Biden menggunakan kekuatan elemen juga. Dan elemen yang Martis gunakan adalah elemen petir.Jediar...!Satu Sambaran petir berhasil menyambar tubuh Jendral Biden.Ternyata ketahanan tubuh Jendral Biden sangat kuat. Biasanya, jika orang biasa terkena sambaran petir sekuat itu maka bisa dipastikan tubuh orang itu akan kejang-kejang. Namun tidak dengan Jendral Biden. Walaupun
Ketika Martis dan Jendral Biden sedang bertarung, ternyata ada empat Jendral lagi yang sedang mengamati pertarungan mereka berdua. Dan keempat Jendral itu juga mendekati lokasi pertarungan. Sejak tadi, mereka terus berdebat siapa lawan Martis yang selanjutnya jika Jendral Biden berhasil Martis kalahkan. Perdebatan mereka itu tentu saja karena imbalan yang akan mereka terima jika berhasil menyerahkan kepala Martis kepada Asosiasi Dunia Bawah.Keempat Jendral itu sangat percaya diri mengatakan bahwa temannya yang saat ini bertarung akan kalah nantinya. Padahal, pada pertarungan kali ini justru Martis lah yang terlihat sedang terpojok. Selama beberapa menit ini tubuh Martis sudah beberapa kali terpental. Dan Martis juga mengalami beberapa luka. Luka-luka itu tidak dipulihkan kembali menggunakan teknik pemulihan otomatisnya karena Martis tahu pemulihan otomatis ada batas penggunaannya dalam satu hari. Martis akan menggunakan teknik pemulihan otomatis ini ketika tubuhnya sudah benar-benar
Melihat rekannya yang berhasil dikalahkan, membuat Jendral Dinal bersemangat untuk mengalahkan Martis. Namun ketika Jendral Dinal ingin langsung maju, ia ditahan oleh ketiga rekannya yang lain."Ada apa lagi?! Bukankah ini adalah waktu yang sangat pas untuk mengalahkannya?!" Raut wajah Jendral Dinal nampak sangat kesal.Ternyata, ketiga rekannya itu mengatakan kepada Jendral Dinal akan terasa tidak adil jika mengalahkan Martis yang saat ini keadaanya masih lelah. Kemudian mereka berempat akhirnya sepakat untuk menunggu Martis pilih terlebih dahulu agar terasa adil setelah sempat berdebat beberapa menit.Namun jauh di lubuk hatinya, Jendral Dinal yang terkenal sangat licik hanya ada perasaan ingin segera membunuh Martis karena tergiur dengan hadiah yang akan didapatkannya nanti.Ketika ketiga temannya kembali memantau anak buah mereka di pos masing-masing, Jendral Dinal yang padahal tadi sudah sepakat malah melanggar kesepakatan mereka. Ia akhirnya maju dan mendekati Martis.Boom...!S
Martis melihat pada jam tangan spesial di tangan kirinya. Ia melihat grafik persentase energi dan stamina yang ternyata sudah terkuras sebanyak enam puluh lima persen. Melihat itu, Martis segera memutar otaknya untuk mengalahkan Jendral Dinal secepatnya karena ia juga masih harus mengalahkan banyaknya prajurit yang saat ini bertempur melawan pasukan Bibinya dan Mia. Martis juga memperhatikan pasukan yang dipimpin oleh bibinya itu sudah terlihat di ambang batas. Mereka semua terlihat sangat kelelahan. Jika dibiarkan, Martis takut mereka akan gugur di pertempuran ini. Hal ini adalah hal yang sangat tidak diinginkan oleh Martis. Martis tidak mau lagi kehilangan orang-orang yang ada di pihaknya seperti kala itu. Martis sangat merasa terpukul di kala Dafantri yang gugur saat markas Herupa di serang dulu.'Tapi, bagaimana caranya aku mengalahkan orang ini? Bahkan teknik baru milikku tidak cocok untuk menghadapinya. Ririn, apakah kau memiliki saran?' Martis akhirnya bertanya kepada sistem.T
Brak!Bugh!Bugh!Bugh!Martis benar-benar menghujani pukulannya kepada Jendral Dinal. Dan tiap pukulan yang martis layangkan ini memiliki power yang sangat luar biasa. Jika saja tinju ini bisa diukur kekuatannya, kekuatan tinju Martis itu dapat menghancurkan satu gunung yang ukurannya sangat besar."Huh..., huh..., huh...!" Nafas Martis kini menjadi sangat berat setelah ia menggunakan setengah energi dan stamina yang ia miliki untuk melancarkan pukulan terkuatnya tadi. Itu adalah keputusan yang Martis ambil. Kalau tidak begini, maka dialah yang akan kalah.Buk!Kedua lutut dan kedua telapak tangan Martis akhirnya menyentuh tanah."Gila! Aku sangat lelah...!" ucap Martis dengan sebelah matanya yang hampir terpejam.Martis lalu memicingkan matanya untuk melihat keadaan Jendral Dinal. Dan Martis merasa lega saat melihat tubuh Jendral Dinal sudah tidak mampu lagi bergerak. Terdapat luka bakar yang sangat fatal di bagian dada depan dan wajah Jendral Dinal. Bahkan, jika orang melihat keada