Tubuh Roki terpental dan menghantam beberapa tembok bangunan yang ada di sekitar markas Herupa. Siuw..., boom!Belum juga sempat memantapkan kedua kakinya untuk bangkit, satu tembakan misil kembali melesat ke arah Roki.Karena memang tidak siap, alhasil tubuh Roki benar-benar terasa sangat sakit saat misil itu mengenai tubuhnya. Untungnya, tubuh Roki sangat keras. Jadi walaupun terasa sakit, tubuh Roki masih terlihat cukup baik-baik saja. Dor, dor, dor, dor!Pasukan elit yang di pimpin oleh Martanto kembali mencoba untuk mengalihkan perhatian Cyborg dua dan Cyborg tiga.Puluhan, tidak! Bahkan ratusan peluru biasa di tembakkan. Namun tentu saja itu akan sia-sia.Roki mencoba untuk bangkit, namun sayangnya kedua kaki Roki terasa sangat lemas. Stamina dan energi Roki sudah benar-benar terkuras. Bahkan kakinya sudah bergetar saat mencoba untuk kembali berdiri.'Apakah ini akhir dari hidupku? Tidak! Bagaimana nasib mereka semua jika aku berhasil dikalahkan sekarang? Aku harus yakin, kala
Tring!Akhirnya Martis dan Reka tiba di gedung utama markas Herupa tepat satu menit sebelum Roki diserang oleh dua tembakan sinar laser.Martis yang awalnya sempat terkejut melihat keadaan markas Herupa yang sudah kacau balau, lebih terkejut lagi saat ia menyaksikan Roki yang tengah pasrah. Karena hal itulah Martis langsung bergegas ke arah Roki dan berhasil menyelematkan Roki. Telat sepersekian detik saja, entah apa yang akan terjadi pada Roki jika ia benar-benar terkena dua serangan sinar laser dari Cyborg dua dan Cyborg tiga tadi."Apakah Paman masih sanggup berdiri?" Setelah dirasa dalam jarak yang aman, akhirnya Martis bertanya pada Roki."Hah?! Martis?! Ka-kau..., kau menyelamatkan hidupku!" Awalnya Roki merasa kalau ini hanyalah mimpi.Bruk!Tubuh Roki langsung dipeluk erat oleh anaknya."Ayah!" Melihat keadaan ayahnya yang compang-camping, Reka pun meneteskan air matanya. Reka sangat tahu bagaimana perjuangan ayahnya kali ini. Dari penampilan saja Reka bisa menebak kalau ayahn
Melihat ketiga Cyborg yang ia rawat dengan sepenuh hati kalah, akhirnya Jendral Sabo memutuskan kalau sekarang adalah waktu yang tepat baginya untuk beraksi. Lagi pula sejak awal, Jendral Sabo memang menantikan kehadiran Martis.Bam, bam, bam!Martis yang merasa marah masih terus memukuli dua Cyborg yang berhasil ia kalahkan bersama Reka."Kak Martis, apakah kau berniat membuat kedua Cyborg ini menjadi barang rongsokan? Bukankah mereka berdua sudah tidak dapat bergerak lagi? Kenapa kau masih terus memukuli mereka? Em..., itu..., bagaimana kalau mereka mati?" Rasa iba masih ada di dalam hati Reka. Reka juga baru sadar kalau kedua Cyborg yang masih Martis pukuli untuk melampiaskan amarahnya ini awalnya adalah manusia.Bam!Boom!Bukannya berhenti, pukulan Martis malah semakin kuat.Reka bahkan sampai mundur beberapa langkah untuk menghindari tekanan dari ledakan yang dihasilkan dari pukulan Martis barusan.Krak!Tring!Bagian dada tubuh Cyborg dua akhirnya terlihat hancur.Martis mengama
Padahal gerakan yang diperlihatkan oleh Martis dan Jendral Sabo sungguh menakjubkan. Tapi ternyata, kedua orang yang terlihat sedang bertarung dengan sangat sengit ini belumlah sama-sama serius. Mereka berdua masih sama-sama pemanasan. "Cih! Ayo, keluarkan kemampuan aslimu!" ujar Jendral Sabo.Bam!Bugh!Bugh!Bugh!Jendral Sabo kembali melancarkan beberapa pukulannya.Brak!Bam!Boom!Martis juga tidak mau kalah, ia menahan serangan itu lalu ia pun segera membalas pukulan-pukulan Jendral Sabo.Boom, boom, boom!Padahal mereka hanya saling beradu pukulan, namun suara yang dihasilkan sudah seperti suara ledakan dari sebuah meriam yang ditembakkan.Reka yang mencoba maju mendekati Martis akhirnya menghentikan langkahnya sejenak. Reka tidak bodoh. Reka tahu kalau situasi yang saat ini adalah situasi puncaknya mara bahaya. Bayangkan saja, dua orang yang saling beradu pukulan bisa sampai menghasilkan suara ledakan sekeras ini. Dan lagi, bukan hanya suara ledakannya saja yang terdengar ker
Rasa kesal yang Martis rasakan sangatlah besar."Sial, sial, sial! Reka...!" Walaupun merasa telat menghampiri Reka, Martis tetap berlari mendekatinya untuk memastikan bagaimana keadaan Reka setelah tadi ia melihatnya terkena tembakan sinar laser ungu milik Jendral Sabo.Sing...!Jediar!Namun belum sempat Martis tiba di tempat Reka berada, tembakan sinar laser ungu kembali ditembakkan ke arahnya.Boom!Untung saja sistem mengaktifkan semua kemampuan yang Martis miliki. Jadi, karena teknik Sensorik juga aktif maka Martis dapat mendeteksi adanya serangan yang mengarah ke arahnya.Trap!Martis melompat guna menghindari serangan sinar laser ungu itu.Tatapan mata Martis sangat tajam. Ia menatap Jendral Sabo dengan penuh amarah!"Baiklah, sepertinya kau benar-benar harus dimusnahkan!" teriak Martis.Slash...!Slash...!Slash...!Sambil berlari secepat kilat, Martis juga menembakkan kekuatan elemen petirnya pada Jendral Sabo.Dert, dert, dert...!Jediar!Sepertinya ledakan petir itu sediki
Beberapa jam kemudian, ketika sinar mentari mulai merangkak naik dari ufuk timur Martis masih berusaha mencari cara untuk mengalahkan musuh terkuat yang pernah ia hadapi kali ini.Martis sudah mencoba berbagai serangan namun hasilnya masih tetap sama saja. Sepertinya tubuh Jendral Sabo memang sangatlah keras dan juga kuat.Martis baru menyadari kalau ada Roki yang tengah berada di samping Reka. Martis juga memperhatikan keadaan Reka yang terlihat aneh. Pasalnya, tubuh Reka diselimuti oleh cahaya kuning keemasan.'Apa yang terjadi dengan Reka? Tapi sepertinya keadaannya baik-baik saja. Em..., tapi kok terlihat aneh ya?' Martis penasaran dengan apa yang sedang Reka lakukan. Sebab, sejak tadi Reka terlihat hanya berdiam diri."Hahahaha...! Ayo lanjutkan permainan ini!" Tawa Jendral Sabo terus terdengar. Nampaknya Jendral Sabo sangat menikmati pertarungannya melawan Martis ini.Tentu saja Jendral Sabo merasa senang, sebab ia yang sedang unggul dari Martis. Coba kalau ia yang kalah? Entah
Reka terus mengarahkan kedua matanya pada orang yang ia anggap sebagai musuhnya. Dan setiap beberapa detik sekali, dari tatapan kedua mata Reka itu mampu menembakkan sinar laser.Roki dan Martis sempat saling pandang ketika menyadari bahwa Reka tetap baik-baik saja setelah menembakkan puluhan kali sinar laser dari kedua matanya. Biasanya, Reka akan kelelahan setelah menembakkan lebih dari dua atau tiga kali sinar laser. Dan terlebih lagi, daya serang sinar laser yang kali ini jauh lebih kuat beberapa kali lipat dari sinar laser Reka yang sebelumnya."Paman, apakah Reka akan baik-baik saja?" tanya Martis."Entahlah, itu juga yang aku pikirkan sejak tadi, Martis. Sebaiknya kau dan aku harus terus bersiap siaga. Jika saja tubuh Reka mulai kelelahan dan pingsan, salah satu dari kita lah yang harus menyelamatkannya." jawab Roki."Paman benar." ujar Martis menimpali.Weng, weng, weng...!Sinar yang menyelimuti tubuh Reka kembali berpendar. Namun kali ini sinar itu terlihat berpendar sedikit
Martis sebisa mungkin ingin menarik perhatian Jendral Sabo karena ia tahu bahwa Reka tidak lama lagi pasti kelelahan. Kalau dibiarkan, tentu saja akan sangat berbahaya bagi keselamatan Reka."Hah?! Aku, takut padamu?! Jangan bermimpi di pagi hari! Baiklah, akan aku ladeni! Sejak awal memang kau lah target utamaku!" ujar Jendral Sabo.Cekit, cekit, cekit...!Sebelum melancarkan serangannya, tubuh Jendral Sabo terlihat kembali berubah bentuk.Yang kali ini, tubuh Jendral Sabo berubah ke bentuk yang lebih ramping.'Hal apa lagi yang bisa dilakukan oleh Cyborg Super ini?' Kedua mata Martis memicing seraya berpikir sesuatu.Siuw...!Bam!Setelah perubahan bentuknya selesai, dengan sekejap Jendral Sabo langsung berada di hadapan Martis dan memukulnya.Boom!Untungnya Martis sudah siap. Walaupun tubuhnya masih terpental karena ledakan pukulan dari Jendral Sabo, tapi ia tidak terluka parah.'Cepat sekali! Dan apa-apaan kekuatan pukulannya ini?!' gumam Martis.Bam!Bugh!Bugh!Bugh!Belum juga