Ketika Martis membuka layar ponselnya, ada lima buah pesan sekaligus yang masuk. Itu semua pesan yang dikirimkan oleh Odele.Martis membacanya satu persatu. Terlihat jelas kalau wajah Martis langsung berubah menjadi serius setelah membaca pesan-pesan dari Odele itu.Isi pesan yang pertama, Odele mengatakan kalau Martis dan Herupa harus segera bersiap untuk menghadapi serangan dari Bos Besar Kelitih. Odele mengatakan besok pagi harus langsung bersiap siaga.Pesan yang kedua, Martis disuruh kembali menyuruh Herupa mengungsikan para warga yang ada di sekitar markas Herupa.pesan yang ketiga, Martis harus ikut turun tangan. Karena Odele mendapat informasi dari anak buahnya kalau yang akan menyerang markas Herupa kali ini adalah para Tentara Bayaran kelas atas.Pesan yang keempat, Martis harus mengumpulkan semua keluarganya dan harus segera di pindahkan ke kediaman Jendral Valdo agar lebih aman. Dan termasuk juga teman-teman Martis, yaitu Selena dan Layla. Odele takut Bos Besar Kelitih akan
Martis, Reka, dan Roki langsung menengok ke arah sumber suara. Ketika Martis melihat siapa yang berbicara itu, Martis langsung menghela nafas panjangnya."Huft...," Terdengar Martis menghela nafasnya.Sontak hal itu membuat Reka dan Roki menatap ke arah Martis untuk meminta penjelasan.Ternyata Mia datang ke markas Herupa. Tanpa berbasa-basi Mia juga langsung berjalan kemudian duduk tepat di samping Martis."Kenapa tatapan mata kalian berdua seperti itu?" tanya Martis pada Reka dan Roki."Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu?" Dengan ekspresi sedikit bingung, Roki balik bertanya kepada Martis."Aku kira Paman Roki sudah kenal dengan dia. Dia adalah Mia. Dia bekerja di bawah perintah Bibi Odele." Martis memperkenalkan Mia kepada Roki sambil sedikit melirik ke arah Mia."Kenapa kau melirikku seperti itu?!" Entah kenapa, Martis merasa merinding saat berada di samping Mia."Hey Ayah, lihatlah. Belum apa-apa saja Kak Martis sudah terlihat takut istri, hahahaha...!" Sebelah tangan R
Setelah puas mendengarkan mereka yang sedang menyusun rencana, akhirnya Mia membuka mulutnya untuk bertanya. Sebab, sejak tadi ia merasa kalau dirinya hanya menjadi seperti pajangan saja.Martis terus memberikan pengarahan dan perintah pada yang lainnya, termasuk Reka. Namun tidak dengan Mia. Sebab itulah Mia akhirnya bertanya ketika ada kesempatan."Mia, ada tugas penting yang harus kau lakukan nanti. Kau tidak akan ikut bertempur. Tapi kau akan berada di barisan paling belakang. Kau sudah aku siapkan satu tugas penting." Tanpa melihat ke arah Mia, Martis menjawab pertanyaan yang Mia tanyakan tadi."Martis, bisakah kau memberitahukan apa tugas untukku itu?" Mia menarik lengan Martis agar Martis mau menatap ke arahnya."Tugasmu untuk merawat anggota Herupa yang terluka. Kau akan aku jadikan Ketua tim medis. Nanti akan ada beberapa orang yang akan membantumu. Tugasmu ini sangatlah penting, Mia. Jadi, aku harap kau bersungguh-sungguh melaksanakannya. Apa kau keberatan?" Martis membalas
Martis melihat ada satu teknik yang menarik perhatiannya. Kali ini, Martis tidak mau tertipu lagi seperti kemarin. Kemarin ia sempat tertarik dengan teknik yang ternyata teknik itu hanya bisa ia dapatkan setelah ia menikah."Teknik Gravitasi? Wah, sepertinya teknik ini sangat luar biasa." Mata Martis berbinar setelah ia membaca rincian dan panduan teknik Gravitasi yang ada di menu penjualan sistem."Harganya sangat mahal!" Ketika melihat harga jual teknik Gravitasi itu, kedua mata Martis langsung terbelalak. Ternyata harganya sebesar dua puluh lima miliar! Wow! Mahal sekali!Tring!"Pembelian gagal! Saldo yang tersisa di dompet sistem tinggal dua puluh miliar. Selesaikan beberapa tugas agar saldo Martis bertambah.""Hem..., nampaknya aku terlalu banyak menggunakan uangku guna membeli barang dan obat-obatan untuk persiapan tempur nanti. Padahal aku sangat penasaran dengan teknik ini. Kalau aku bisa memilikinya, pasti akan sangat berguna. Walaupun ada batasan penggunaanya dalam jangka w
Jendral Valdo mencoba menebak, apakah informasi yang didapatkan Letnan Odele benar atau tidak. Kalau memang benar Bos Besar Kelitih adalah Jendral Sam, maka Martis benar-benar menghadapi musuh yang sangat kuat."Letnan Odele, bisakah kau mempercepat penyelidikan tentang Bos Besar Kelitih?" tanya Jendral Valdo."Siap, Jendral. Akan aku usahakan secepat mungkin penyelidikan ini. Tapi aku membutuhkan ijin dari Pemerintah Pusat untuk mengotopsi kembali jenazah Jendral Sam. Apakah kira-kira aku akan mendapatkan ijin itu?" Sebenarnya Letnan Odele merasa ragu akan hal ini. Sebab, membongkar makam yang usianya sudah bertahun-tahun lamanya akan melalu proses yang sulit."Kalau tentang itu, serahkan saja padaku. Aku akan mengadakan rapat dan membahas poin ini dengan para Petinggi Negara terlebih dahulu. Aku tidak bisa memutuskan hal ini secara sepihak. Karena ini sudah menyangkut kejadian di masa lalu. Aku harap kau bisa mengerti dan mengikuti prosedur yang ada." Walaupun sulit, Jendral Valdo t
Nampaknya kedatangan Hilnis menemui Jendral Valdo hanya ingin menyampaikan itu saja. Setelah dirasa selesai, Hilnis kemudian pergi dan kembali ke kediaman Odele bersama Odele.Sebenarnya di dalam hati Odele, ia sangat ingin bertanya kepada Hilnis, kenapa Hilnis bisa tahu tempat Jendral Valdo berada. Namun setelah Odele memikirkannya kembali, akhirnya Odele mengerti. Anak dari Jendral Hilter, tidak heran bisa mengetahui ruang rahasia Ayahnya. Walaupun Hilnis tidak mau terlibat ke dunia militer, tapi tetap saja dia memiliki segudang informasi penting. Dan informasi yang Hilnis miliki itu sangatlah berharga. Jika sampai jatuh ke tangan orang jahat, bisa saja disalah gunakan. Contohnya seperti informasi gudang senjata, mata-mata, dan banyak yang lainnya.Di sepanjang perjalanan, Hilnis dan Odele tidak saling berbicara satu sama lain. Mereka nampaknya sedang fokus pada pikiran masing-masing.***Dan dua hari kemudian, Martanto berhasil menangkap puluhan Tentara Bayaran yang menyamar menjad
(Maaf guys, author lagi ada sedikit kesibukan. Jadi suka agak telat up-date nya.😁)Roki sedang menatap wajah Martanto sambil menunggu apa yang akan dikatakan oleh Martanto tentang Odele.Sepuluh detik kemudian, Martanto masih juga belum melanjutkan kata-katanya."Martanto! Sebenarnya apa yang terjadi kepada Odele?! Kenapa kau menjadi orang yang bertele-tele sekarang?! Cepat katakan padaku! Kalau tidak, aku akan pergi saja!" Dengan mata yang melotot, Roki yang tidak sabar menunggu Martanto berbicara akhirnya merasa kesal dan mengancam akan pergi dari sana sekarang juga jika Martanto masih bertele-tele. Yah..., begitulah sifat Roki. Roki memang terkenal orang yang tidak sabaran ketika harus menunggu sesuatu. Seperti yang terjadi saat inilah contohnya."Baiklah, baiklah. Akan aku katakan sekarang. Sebenarnya Odele sedang mengandung Anak kami yang kedua. Aku sudah menyuruhnya untuk mengambil cuti, namun ia tidak mau mendengarkanku. Aku khawatir dengan kandungannya. Yah..., walaupun masih
Baru saja Martanto ingin menarik pasukannya untuk pergi ke markas Herupa, namun ponselnya berdering. Ternyata ada panggilan telepon dari Jendral Valdo.Ketika mengangkat panggilan telepon dari Jendral Valdo, kedua alis Martanto langsung berkedut. Sebab ia mendapatkan perintah dari Jendral Valdo agar segera menarik semua pasukannya kembali ke markas.Martanto yang memang sedang merasa kesal, ia sempat membantah Jendral Valdo dan mengatakan kalau ia ingin membawa pasukannya untuk membantu Herupa. Namun Jendral Valdo menegaskan, kalau saja Martanto sampai berani melawan perintahnya maka akan mendapatkan hukuman dan juga sangsi yang cukup berat. Alhasil, Martanto hanya bisa pasrah dan mematuhi perintah dari Jendral Valdo sambil menahan rasa kesal yang ada dalam hatinya."Sial! Kenapa aku menjadi orang yang tak berguna seperti ini?!" Karena kesal, Martanto melampiaskannya dengan cara memukul tembok yang ada di sampingnya. Terlihat ada sedikit percikan darah dari kepalan tangan Martanto dan