“Brengsek! Apa itu tadi?” pekik Eryk sambil menghindari serangan.
Sesuatu meluncur ke arah kepala Eryk. Benda itu memulur seperti cambuk panjang dan lentur tetapi tebasannya sangat menyakitkan seperti pedang.
Slap!
Kali ini, Eryk menghindar sedikit terlambat. Ujung cambuk itu menggores pipinya hingga berdarah. Setelah mengenai pipinya, cambuk yang terbuat dari sulur tanaman itu kembali ditarik masuk ke dalam telapak tangan seseorang yang berdiri menutupi ujung gang.
“Siapa kau? Kenapa kau tiba-tiba menyerangku? Kau naskir padaku?” Eryk terlihat sangat kesal.
Seorang gadis cantik berambut hitam sepinggang yang menggunakan pakaian qipao merah (gaun khas Cina) yang sudah dimodifikasi menjadi lebih kasual dan sedikit terbuka di bagian dada mengadang langkah Eryk. Entakan sepatu boot selututnya membuat Eryk sedikit gemetar.
“Diam di sana kau, pembunuh!” teriak gadis itu.
“Pembunuh? Siapa? Aku?” Eryk hampir menjerit dan juga ingin tertawa mendengar tuduhan itu.
Perempuan itu berdiri dengan kedua tangan terkacak di pinggang. Di antara tubuhnya membelit beberapa sulur tanaman hijau dengan dedaunan yang masing-masing daun memiliki mata. Sulur tanaman itu seolah-olah hidup dan menempel di sekujur tubuh sang gadis, melilit secara longgar dan bergerak-gerak.
“Kau... menggunakan kekuatanmu untuk membunuh summoner lain dan merebut roh summonnya!” tuduh gadis itu.
Eryk tidak sempat melihat wujud asli dari sulur-sulur tanaman yang membelit tubuh si gadis. Dia pikir puluhan mata yang mungkin menyerangnya di dalam kegelapan adalah para binatang buas. Akan tetapi itu adalah mata dari setiap helai daun yang menempel pada sulur tanaman.
“Kau salah orang, Nona! Aku bukan summoner.” Eryk menatap gadis itu dengan serius.
Gadis itu memasang wajah muak.
“Kau tak mau mengakuinya? Aku akan menghabisimu malam ini!” Gadis itu mulai menyerang Eryk. “Tunjukkan apa yang kau sembunyikan di balik mantelmu! Roh summon jenis apa yang kau gunakan?”
Eryk tergopoh-gopoh. Dia sudah berbalik dan siap melompat kembali ke atap bangunan terdekat ketika gadis itu memanggilnya dengan sebutan pembunuh. Eriyk berdiri mematung sambil mendekap kotak ayam goreng ke dadanya. White sudah kabur. Sayapnya mengepak di udara tanpa suara.
“Letakkan apa pun yang kau bawa!” ujar gadis ber-qipao merah itu dengan geram.
Eryk tidak tahu siapa perempuan yang tiba-tiba datang dan mengejutkannya itu. Akan tetapi, Eryk tidak suka disebut sebagai pembunuh dan dia lebih tidak suka lagi jika disuruh meletakkan hasil buruannya padahal dia masih lapar.
Eryk menilai situasi yang ada. Dia melirik ke sekitar mencari celah dan pijakan untuk kabur ke atap. Akan tetapi, gadis dengan sulur tanaman itu melangkah mendekat dan menghalangi pergerakannya.
“Kubilang letakkan apa pun yang kau bawa, Pembunuh!”
Sepasang sulur tanaman hijau kembali memanjang dan mencoba menjerat tubuh Eryk. Tanaman itu melilit bagian atas tubuh Eryk hingga tanpa sengaja dia menjatuhkan kotak ayam goreng.
Pada saat yang sama sulur tanaman lain memulur dan menjerat kotak ayam goreng itu agar tak jatuh ke tanah. Si gadis ber-qipao merah mendekati Eryk dari belakang dan betapa terkejut dia ketika mendapati kotak ayam goreng sisa dari tempat sampah.
“Apa-apaan ini? Kau mencoba mempermainkanku? Di mana roh summon itu kau sembunyikan?”
Eryk tak mengerti situasi yang terjadi. Meski tubuhnya dijerat oleh sulur-sulur tanaman, tapi dia masih bisa dengan bebas melompat ke udara dengan kemampuan parkournya. Eryk berlari menggunakan salah satu dinding restoran sebagai tumpuan dan dia bersalto ke udara beberapa kali untuk melepaskan diri dari lilitan sulur tanaman dari tubuhnya. Lalu Eryk mendarat dengan mulus di belakang gadis itu.
“Brengsek!” teriak gadis itu. “Kau pikir bisa lolos dariku?”
Eryk yang berlutut dengan satu kaki seketika waspada. “Roh summon?” gumamnya. Eryk mulai mencari-cari keberadaan White yang tiba-tiba menghilang. “Apa kau pemburu?”
Sepasang mata Eryk memicing. Dia memiliki kenangan buruk dengan dua pria yang pernah mencoba membunuhnya dengan kekuatan roh summon.
Eryk menatap gadis berambut panjang itu. “Aku tidak tahu apa dan siapa yang kau maksud. Tapi, kau salah orang jika mengira aku sebagai summoner dan pembunuh.”
Eryk mendesis dengan kesal. Dia tak suka rutinitas makan malamnya hancur karena hal-hal yang tidak masuk akal.
Gadis itu pun tak kalah geram. Dia sangat yakin sosok yang dia cari adalah Eryk. Roh summon berwujud sulur tanaman yang masih membelit kotak ayam goreng tiba-tiba melilit kuat hingga kemasan ayam goreng itu melebur menjadi serpihan-serpihan berikut ayam gorengnya.
“Summoner....” Eryk mendesis marah pada gadis di depannya. “Tak ada yang paling aku benci di dunia ini selain para kelompok summoner yang sombong dan bersikap sewenang-wenang. Manusia di bawah sini, seburuk-buruknya mereka masih lebih baik daripada kalian para summoner.”
White si burung hantu yang diam-diam terus mengawasi dari atap gedung tiba-tiba melesat dan menukik tajam ke arah Eryk. Kepakan sayapnya diikuti oleh belasan kepakan burung hantu lain yang datang bersamanya. Warna bulu mereka beragam; cokelat, hitam, kuning keemasan, kelabu, atau gabungan dari warna itu. Mereka datang bersama-sama mengepakkan sayap dan menyelubungi tubuh Eryk. Detik berikutnya tubuh Eryk terangkat ke atas.
“Kau mau melakukan kontrak denganku, Eryk Wayland?” Sekali lagi White menawarkan kekuatannya. “Jika kau menolakku kali ini, aku akan menjatuhkanmu agar gadis itu bisa membunuhmu!”
Eryk merinding. Dia tak pernah melihat White menjadi seserius itu sebelumnya.
“Ini kesempatan terakhirmu, Eryk. Jika kau menolak, aku benar-benar akan membinasakanmu!” White berkata dengan suara menggelegar.
“Berhenti!” teriak gadis itu dari bawah. “Kau pikir bisa kabur setelah membuat kekacauan di kota ini?”
Eryk ketakutan melihat sisi White yang berbeda. Dia lebih takut pada burung hantu itu daripada gadis di bawah sana.
“Kekacauan?” ulang Eryk. Dia berusaha menyembunyikan ketakutannya dan berteriak ke bawah. “Apakah mengambil makanan sisa dari bak sampah dianggap mengacau?”
Gadis itu menggerakkan tangannya dan mengarahkan telapaknya pada Eryk yang terbang ke udara. Dari telapak tangan gadis itu muncul sulur-sulur tanaman yang sangat panjang berduri untuk memburu Eryk bersama para burung hantu.
“Tentukan pilihanmu sekarang, Wayland!” desak White. “Dalam tiga detik, aku akan menjatuhkanmu! Satu... dua....”
Sebelum Eryk dijatuhkan oleh White, salah satu kakinya berhasil terjerat lebih dulu oleh sulur tanaman gadis itu. Dia menarik dengan kuat hingga Eryk kembali jatuh berdebum ke permukaan gang yang gelap. Para burung hantu yang mencoba membawanya kabur segera berhamburan.
Serangan mendadak itu mengejutkan Eryk. Dia terjatuh dengan mendarat di punggungnya. Dia sudah kehilangan makan malam dan kini gadis aneh berpakaian aneh dengan sulur-sulur tanaman itu mengerubunginya.
“Kau menolak mengakuinya dan mencoba kabur?” Dari balik roknya, gadis itu mengeluarkan pisau yang berkilat tajam. “Kalau begitu sebagai gantinya, aku akan mengambil jari-jari pencurimu itu.”
Gadis itu menerjang maju. Bersama dengan para sulur tanamannya, dia terus bergerak untuk menyerang Eryk yang masih terkapar di tengah gang.
Eryk menyambar tepian bak sampah dan melompat ke atasnya.
“Kau cepat juga, ya?” sindir gadis itu. “Summoner jenis apa kau ini? Kulihat burung-burung hantu itu terus mengikutimu.”
“Aku bukan summoner!” bantah Eryk.
Sebatang pohon berukuran besar tiba-tiba muncul dari dinding tempat Eryk mencoba memanjat. Eryk sempoyongan mencari keseimbangan. Gadis itu tertawa melihat Eryk lagi-lagi terjatuh.
Batang pohon itu terus mencuat dan hilang berulang-ulang dari seluruh permukaan dinding tempat Eryk mencoba berpijak. Karena tak ada tempat pijakan lagi, Eryk melihat pipa pembuangan tiga meter di sebelah kiri, lalu melompat. Tapi begitu jemarinya menangkap besi itu, pipa tersebut copot dari dinding diiringi semburan debu batu bata.
Eryk jatuh dan sisi tubuhnya menimpa aspal. Udara meledak keluar dari paru-parunya.
Gadis berambut panjang dengan sulur-sulur tanaman di tubuhnya mendekatkan wajah ke arah Eryk dan menyeringai.
“Tahan dia di tanah!” perintah gadis itu pada sulur-sulur tanamannya.
Eryk berbaring di permukaan aspal dengan banyak tanaman yang membelit dan menjerat tubuhnya. Eryk benar-benar tak bisa bergerak bahkan untuk bernapas pun dia sangat kesulitan. Seluruh tubuhnya serasa dijepit dan ditarik ke dasar bumi hingga menyisakan wajah saja di atas tanah.
“Kumohon... jangan....”
Eryk melawan, tapi gadis itu menduduki kaki Eryk dan menahan lengannya. Eryk terus memikirkan White. Meski dia selalu berkata pada White tak ingin diselamatkan, tapi hati kecilnya berkata sebaliknya. Eryk takut mati. Dia tak ingin mati. Tapi, dia juga terlalu takut untuk melakukan kontrak dengan White.
“Ternyata tubuhmu sangat lemah dan payah. Kau mungkin pandai melarikan diri, tapi tidak cukup tangguh untuk lari dariku. Katakan, di mana para komplotanmu yang lain?”
Eryk sangat sesak nafas dan hampir meledak karena terjepit pada akar dan sulur tanaman.
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Kau salah orang. Aku tidak mengerti apa pun. Aku hanya seorang gelandangan yang mengorek makanan dari bak sampah,” ujar Eryk kemudian dengan napas yang tersengal-sengal.
“Aku menyaksikanmu dikejar oleh seorang gadis di gang. Kau memancingnya ke tempat sepi. Setelah dapat, kau mencabut nyawa gadis itu dan merebut roh summonnya! Serahkan padaku roh summon yang sudah kau ambil darinya!”
Eryk melongo tak percaya. Dia teringat pada sosok pria berpakaian serba hitam yang berlari di sepanjang gang dan seorang gadis mengejarnya belum lama ini. Eryk melirik pada tubuhnya sendiri. Dia juga mengenakan pakaian serba hitam.
“Kau salah mengenali orang!” desis Eryk pada gadis itu.
Gadis ber-qipao merah itu tak peduli. Dia berdiri tegak menjulang di depan Eryk. Tangan kirinya diangkat ke langit dan muncul sebuah sulur tanaman berduri dari telapaknya.
“Jika ujung tanaman berduri ini menembus jantungmu, maka kau akan mati hanya dalam satu detik. Sebaiknya kau katakan sebelum aku tak bisa mengendalikan tanganku dan menghujam jantungmu.”
Sulur tanaman itu mulai muncul dari telapak tangannya dan siap melompat ke dada Eryk yang terus berdebar-debar luar biasa. Sepasang mata Eryk membeliak membayangkan kecepatan laju tanaman itu yang ingin menembus jantungnya.
Tanpa sadar Eryk berteriak, “White, tolong aku!”
“Kumohon, jangan!” Eryk berusaha mempertahankan hidupnya dengan segala cara tapi tenaganya terlalu lemah ketika dijerat dengan sangat kuat oleh sulur-sulur tanaman itu.Gadis aneh dengan sulur tanaman di sekujur tubuhnya itu masih duduk di atas kaki Eryk. Dia urung mencobloskan ujung tanaman berduri ke jantung Eryk. Dia malah mengeluarkan belati dan ingin memotong jari-jari Eryk yang terentang di permukaan aspal.Eryk tak bisa melihat White di mana pun. Kadangkala burung hantu itu datang menolongnya. Lebih sering tiba-tiba dia menghilang saat Eryk dalam keadaan terdesak. Rasa takut memompa ke dalam pembuluh darah Eryk.“Aku mati malam ini,” pikirnya berulang-ulang.Tapi, belati itu hanya tipuan untuk mempermainan Eryk.“Awas!” teriak si burung hantu tiba-tiba datang sambil menukik tajam. Dia mencengkeram kuat sulur tanaman yang hampir menembus jantung Eryk.Eryk setrika mendongak saat mendengar teriakan burung hantu itu yang terdengar sangat meremangkan tengkuk.Seseorang datang dari
Ketika Eryk melangkah ke salah satu atap bangunan berikutnya, dia tidak terlalu memperhatikan karena gelap. Seseorang tiba-tiba memukulnya dengan sebuah tongkat bisbol hingga Eryk tersungkur.White terbang berputar di atasnya tanpa suara. Dia hanya bisa melihat Eryk yang berguling-guling di atap bangunan. Terdengar langkah-langkah kaki bergegas menaiki tangga darurat tak jauh dari tempat Eryk terjatuh.Suara langkah kaki itu membuat Eryk seketika waspada. Ketika dia mencoba untuk bangkit sekelompok pria berpakaian serba hitam datang untuknya.Eryk berjuang mengayunkan kaki untuk berdiri dan lari. Akan tetapi, jemari kakinya terasa terbenam di dalam sepatunya yang berlubang. Ada sesuatu yang menghambat gerak Eryk. Dia menjadi kaku dan tak seluwes biasanya.Tempatnya berdiri terlindung bayangan. Tapi, dia bisa melihat dari berkas-berkas cahaya dari gedung-gedung di sekitarnya. Sejumlah pria berjajar di dekat dinding dan mengepungnya. Mereka semua berpakaian serba hitam dan mengenakan to
Eryk terbangun sambil menjerit. Keringat mulai mengering di dahinya dan lengannya merinding. Dia bisa melihat napasnya di bawah lapisan kain tenda yang membentang di antara dahan-dahan di atasnya. Selagi duduk, pohon itu berderit dan sarang tempatnya berbaring goyang sedikit. Burung hantu putih bergegas menjauh dari tangan Eryk.“Kebetulan,” gumam Eryk. “Ini pasti hanya kebetulan.”“Ada apa?” tanya White. Dia mendarat dari dahan di atas kepala Eryk dan menghampirinya di samping pemuda itu.Eryk memejamkan mata dan membayangkan cincin emas dengan simbol yang sangat khas pada jari pria pucat yang menyerangnya.“Katakan padaku, White. Bagaimana aku bisa kembali ke sini? Bukankah terakhir aku diserang di trotoar di tengah Kota Rockwool?”“Yeah, kau pingsan setelah segerombolan pria melemparkanmu dari ketinggian. Aku dan kawan-kawan berusaha menangkapmu dan mendaratkanmu di trotoar. Tapi setelah itu, kau menjerit-jerit ketakutan seperti orang gila dan setelah itu lagi kau kembali pingsan t
Suara alarm darurat dan sirine mobil polisi meraung-raung secara bersamaan hingga membuat kepala Eryk rasanya ingin meledak. Tiba-tiba dia lupa bagaimana cara keluar dari sana karena saking panik dan bingungnya.Tangan dan pakaian Eryk dipenuhi darah sang paman. Dia berlari menuju pintu, tapi sejumlah orang dengan langkah kaki berderap datang mendekat. Eryk mundur ketakutan. Dia mencari jalan lain dan melihat korden putih yang berayun-ayun seperti hantu yang pucat. Eryk menyibak korden dan mendapati pintu menuju ke balkon sedikit terbuka.Eryk membuka lebih lebar pintu kaca geser itu. Angin segera menerpa tubuhnya. Dia mendengar suara berisik dari balkon. Saat melangkah keluar, Eryk memergoki seseorang baru saja melompat dari sana.“Siapa itu?” pikir Eryk.Saat dia bersiap melompat dari lantai dua dan memburu orang yang baru saja kabur, dia mendengar pintu ruang kerja pamannya terbuka dengan keras. Sejumlah pengawal pribadi berdiri di sana dengan senjata api dan radio di tangan mereka
Peluru itu melesat ke arah kepala Eryk. Dia melihatnya dengan sangat jelas. Tapi, ada sesuatu yang aneh. Ketika peluru itu menuju ke arahnya, tiba-tiba suasana menjadi melambat hingga akhirnya waktu seolah-olah berhenti sama sekali.Kedua petugas polisi di depan Eryk seperti gambaran dalam film-film aksi di mana mereka melakukan slow motion. Kedua petugas kepolisian itu dikerubungi oleh burung-burung merpati putih, cokelat, dan hitam dalam jumlah besar.Eryk bahkan bisa melihat burung-burung itu juga berhenti dalam posisi melayang. Mereka tak bergerak sama sekali seperti patung. Salah satu cakar burung-burung itu bahkan terlihat menembus kulit sang petugas kepolisian. Darah yang menetes dari luka cakaran itu juga membeku dan berhenti mengalir.Semuanya seperti ilusi. Sedangkan udara di sekitar Eryk terasa hampa. Tidak ada suara, tidak ada angin, semuanya hampa.Peluru itu terhenti sekitar satu inchi di depan kening Eryk. Saat Eryk menggerakkan tangan cepat untuk melindungi kepala dari
Eryk berguling ke samping untuk menghindari serangan badai angin yang ditembakkan oleh pria berjaket merah. Badai angin itu menghantam salah satu dinding bangunan hingga membuatnya retak.Jantung Eryk berdegup kencang. Jika dia terlambat menghindar, mungkin nyawanya tak akan tertolong untuk kedua kalinya.“Kau tak bisa kabur dariku. Serahkan roh summon milikmu!”“Aku bukan summoner!” teriak Eryk. “Aku tak memiliki roh summon apa pun dalam diriku.”Pada serangan kedua, Eryk bisa menghindar lebih cepat lagi. Sudut matanya menangkap sesuatu yang tidak asing pada pria berjaket merah itu. Saat lengan bajunya tersibak, Eryk melihat ada tato di sana. Gambar tato itu sama persis dengan ukiran pada cincin pria berpakaian hitam dalam mimpinya.Naga tanpa ekor!Pria berjaket merah tak suka kegagalan. Dia menjadi marah dan mulai mengerahkan kekuatannya yang lebih besar. Di kedua tangannya mulai tercipta pusaran angin yang lebih kuat dan disusul mewujud awan hitam di atas kepalanya. Rasanya badai
Alyssa Harris berjalan di sebuah lorong dengan sepatu boot selutut yang solnya menggema lirih. Rok pendeknya berayun saat berjalan. Rambut gadis itu tergerai sempurna sampai ke pinggang. Dia berjalan dengan kepala tegak selayaknya seorang modal profesional. Di dadanya terdapat sebuah bros bunga mawar hitam yang cukup mencolok.Alyssa berhenti di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tertutup dengan ukiran bunga mawar besar di bagian tengahnya. Pada bagian atas pintu terdapat papan nama yang bertuliskan kepala sekolah.Setelah mengetuk pintu tiga kali, Alyssa mulai memutar knob dan membukanya. Dia melangkah ke ruangan sejuk beraroma mawar dengan berhati-hati agar ketenangannya terkendali.Saat Alyssa berbalik setelah menutup pintu, dia disambut dengan serangan jarum terbang yang melesat ke arahnya. Alyssa dengan sigap mengelak dan menghindari jarum-jarum tersebut. Roh summon Alyssa yang tersimpan dalam bentuk bros mawar hitam di dada segera melompat dan berubah wu
Eryk terseret masuk ke dalam sebuah lubang bercahaya yang menyerupai portal waktu. Eryk tidak tahu harus menyebut lubang cahaya itu dengan nama atau istilah apa. Eryk jatuh berdebum dengan sangat menyakitkan. Dia tidak siap dengan perubahan situasi dan tempat yang tiba-tiba. Saat sadar, dia sudah berpindah tempat dan kini berada di tengah-tengah lautan limbah elektronik dan mobil bekas.Eryk tidak tahu jika tempat pembuangan akhir Rockwool juga ada area khusus untuk penampungan limbah elektronik dan mobil-mobil bekas. Baru kali ini Eryk tahu tempat itu. Dia melihat gunungan sampah rumah tangga ada di sisi terjauh dari tempatnya berada. Sehingga Eryk yakin jika dia sudah kembali ke Rockwool.“Aw!” Lengannya tergores saat jatuh di atas tumpukan besi-besi tua dan berkarat.Gagak yang sama juga masih mengikuti Eryk. Dia bertengger pada tumpukan limbah mesin cuci beragam ukuran dan jenis.Eryk kesal melihat gagak itu. Dia segera melompat untuk menangkapnya saat sang gagak lengah. Tapi, bur
Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang
“Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K
“Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu
Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m
Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k
“Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru
“Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan
“Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”
“Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d