Home / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 9| Gagak yang Cerdas (Licik)

Share

9| Gagak yang Cerdas (Licik)

Author: Roe_Roe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Eryk berguling ke samping untuk menghindari serangan badai angin yang ditembakkan oleh pria berjaket merah. Badai angin itu menghantam salah satu dinding bangunan hingga membuatnya retak.

Jantung Eryk berdegup kencang. Jika dia terlambat menghindar, mungkin nyawanya tak akan tertolong untuk kedua kalinya.

“Kau tak bisa kabur dariku. Serahkan roh summon milikmu!”

“Aku bukan summoner!” teriak Eryk. “Aku tak memiliki roh summon apa pun dalam diriku.”

Pada serangan kedua, Eryk bisa menghindar lebih cepat lagi. Sudut matanya menangkap sesuatu yang tidak asing pada pria berjaket merah itu. Saat lengan bajunya tersibak, Eryk melihat ada tato di sana. Gambar tato itu sama persis dengan ukiran pada cincin pria berpakaian hitam dalam mimpinya.

Naga tanpa ekor!

Pria berjaket merah tak suka kegagalan. Dia menjadi marah dan mulai mengerahkan kekuatannya yang lebih besar. Di kedua tangannya mulai tercipta pusaran angin yang lebih kuat dan disusul mewujud awan hitam di atas kepalanya. Rasanya badai
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pengendali Arwah Terakhir   10| Bawa Dia Kembali dengan Segala Cara!

    Alyssa Harris berjalan di sebuah lorong dengan sepatu boot selutut yang solnya menggema lirih. Rok pendeknya berayun saat berjalan. Rambut gadis itu tergerai sempurna sampai ke pinggang. Dia berjalan dengan kepala tegak selayaknya seorang modal profesional. Di dadanya terdapat sebuah bros bunga mawar hitam yang cukup mencolok.Alyssa berhenti di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tertutup dengan ukiran bunga mawar besar di bagian tengahnya. Pada bagian atas pintu terdapat papan nama yang bertuliskan kepala sekolah.Setelah mengetuk pintu tiga kali, Alyssa mulai memutar knob dan membukanya. Dia melangkah ke ruangan sejuk beraroma mawar dengan berhati-hati agar ketenangannya terkendali.Saat Alyssa berbalik setelah menutup pintu, dia disambut dengan serangan jarum terbang yang melesat ke arahnya. Alyssa dengan sigap mengelak dan menghindari jarum-jarum tersebut. Roh summon Alyssa yang tersimpan dalam bentuk bros mawar hitam di dada segera melompat dan berubah wu

  • Pengendali Arwah Terakhir   11| Kontrak dengan Roh Summon

    Eryk terseret masuk ke dalam sebuah lubang bercahaya yang menyerupai portal waktu. Eryk tidak tahu harus menyebut lubang cahaya itu dengan nama atau istilah apa. Eryk jatuh berdebum dengan sangat menyakitkan. Dia tidak siap dengan perubahan situasi dan tempat yang tiba-tiba. Saat sadar, dia sudah berpindah tempat dan kini berada di tengah-tengah lautan limbah elektronik dan mobil bekas.Eryk tidak tahu jika tempat pembuangan akhir Rockwool juga ada area khusus untuk penampungan limbah elektronik dan mobil-mobil bekas. Baru kali ini Eryk tahu tempat itu. Dia melihat gunungan sampah rumah tangga ada di sisi terjauh dari tempatnya berada. Sehingga Eryk yakin jika dia sudah kembali ke Rockwool.“Aw!” Lengannya tergores saat jatuh di atas tumpukan besi-besi tua dan berkarat.Gagak yang sama juga masih mengikuti Eryk. Dia bertengger pada tumpukan limbah mesin cuci beragam ukuran dan jenis.Eryk kesal melihat gagak itu. Dia segera melompat untuk menangkapnya saat sang gagak lengah. Tapi, bur

  • Pengendali Arwah Terakhir   12| Roh Summon dan Summoner yang Terhubung

    Saat terlempar, White berubah kembali ke dalam wujud seekor burung hantu putih. Tubuhnya berguling-guling di permukaan tanah yang keras. Eryk juga terlempar cukup jauh. Punggungnya bahkan sempat membentur beberapa rongsokan elektronik.Sang monster yang terbuat dari ban-ban bekas dan monster yang terbuat dari elektronik bekas datang dengan cepat dari dua arah yang berbeda. Mereka sama-sama menargetkan White dan juga Eryk.Di puncak gunungan bangkai mobil bekas, Alyssa berdiri dengan senyum menyebalkan. DURI duduk di bahu Alyssa dengan wajah tegang. Kedua tangan Alyssa bergerak cepat. Bersama-sama dengan Duri, dia menggerakkan kedua monster buatannya hanya dengan menggunakan gerakan tangan.Sang monster berlari dengan cepat mendekat ke arah Eryk. Kakinya yang terbuat dari kumpulan beberapa ban truk bekas yang sangat besar dan berat terangkat dan siap menginjak tubuh Eryk.Di sisi lain, monster yang terbuat dari elektronik bekas mengayunkan tinju untuk menghantam White yang terkapar. Sa

  • Pengendali Arwah Terakhir   13| Lulus Ujian

    Eryk tersadar dari lamunannya. Dia sudah bergerak dan berpindah tempat dengan cepat untuk mengadang White yang akan menyerang Alyssa menggunakan sepasang cakarnya yang mencuat tajam.White bersuara keras dan menatap Eryk dengan sepasang mata dinginnya.“Apa yang kau lakukan, Eryk? Kenapa kau menghalangiku dari membunuh gadis ular ini? Dia sudah mencelakai dan membahayakan kita.”Eryk menyilangkan kedua cakarnya di depan dada untuk menghalau serangan White pada Alyssa. Otot-ototnya menegang menahan serangan dari sang roh summon burung hantu putih.“Aku mengikat perjanjian denganmu bukan untuk menjadi pembunuh. Alyssa mungkin memang menyerang dan mencelakai kita, tapi kita berhasil membuktikan bahwa kita bisa bertahan. Itu sudah cukup.”White melepaskan serangannya dan kembali ke wujudnya sebagai seekor burung hantu putih. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas kulkas bekas yang penyok.“Sepertinya aku telah salah memilihmu sebagai summoner.” White menggerutu kesal. “Kau terlalu b

  • Pengendali Arwah Terakhir   14| Sirine Penjara

    Eryk berdiri dengan kedua tangan terselip di saku celana. Tubuhnya yang jangkung terlihat menjulang di dalam kegelapan dan di atas tembok taman. Sang gagak terbang melingkar-lingkar tinggi di atas kepala lalu dia berteriak pada Eryk.“Kupikir kita akan mencari makan?”“Nanti!” balas Eryk dengan dingin.Pemuda itu berhenti di seberang penjara. Pohon beech tua membentang sampai ke tembok. Eryk nyaris tersembunyi di antara dedaunannya yang lebat.“Kenapa kau ke sini? Kau hanya membuang-buang waktu, Wayland! Lebih baik kita segera mencari makan. Kau sudah menjanjikan makan malam yang lezat untukku!” teriak sang gagak dengan kesal.Eryk sebelumnya mendengar suara-suara aneh dari menara penjara. Kini tatapannya beralih pada sebuah rumah yang berdiri di seberang penjara tersebut.Eryk terus menatap rumah besar yang dibangun berada di bawah bayang-bayang penjara. Sejak tinggal di taman terbengkalai, pada malam-malam ketika dia tidak bisa tidur, Eryk sering termenung di atas pagar dan memandan

  • Pengendali Arwah Terakhir   15| Kegaduhan di Penjara Rockwool

    Eryk mengendap-ngendap di sepanjang puncak tembok sambil terus mengikuti langkah pria bersetelan rapi di bawah sana.“Ini menggelikan,” ujar sang burung gagak. “Kau akan menempatkan kita semua dalam masalah lagi, seperti sebelum-sebelumnya.”Sedangkan White masih membisu, meski kepakan sayapnya terus mengikuti langkah Eryk dalam diam.Eryk mengabaikan gerutuhan sang gagak hitam. Mereka sudah mencapai ujung tembok dan lelaki bersetelan rapih itu berbelok ke kanan ke arah gerbang penjara. Untuk sesaat, Eryk panik. Dia tak bisa terus mengikuti pria itu tanpa terlihat. Tapi kemudian dia teringat sesuatu.Eryk melompat turun dari tembok dan berlari melintasi jalan yang gelap dan sepi. Pada saat itulah, White mulai penasaran dan ingin tahu apa rencana Eryk selanjutnya. Burung hantu itu mengepakkan sayap lebih kuat dan menyusul Eryk.“Apa yang akan kau lakukan?” tanya White ketika terbang di atas kepala Eryk.“Akhirnya kau penasaran juga? Kupikir kau benar-benar tidak akan mau berbicara lagi

  • Pengendali Arwah Terakhir   16| Tato Ular Melingkar

    Perhatian Eryk kembali teralihkan pada gang gelap di bawah sana. Lelaki yang baru muncul dari dalam lubang inspeksi saluran air bawah tanah kini mendongak. Seketika rasa ngeri menyangkut di tenggorokan Eryk.“Ada yang salah dengan mulut orang itu,” ujar Eryk pada White dan juga si gagak yang bertengger di langkan. “Perhatikan mulutnya. Jika saja brewok di wajahnya dibersihkan, pasti akan terlihat jelas kalau mulutnya terlalu lebar. Seakan-akan pipinya terbelah dalam cengiran yang mengerikan.”Tatapan Eryk sangat tajam. Meskipun gang itu dalam keadaan remang-remang, dia bisa melihat semuanya dengan sangat jelas. Eryk sendiri baru menyadari ketajaman penglihatannya pada jarak jauh di malam hari seiring dengan kemampuannya mengerti bahasa burung.“Ya, dia lebih menyerupai Joker dalam versi brewok!” Sang gagak berusaha melucu, tapi suaranya terdengar sangat serak dan berisik.Sedetak jantung kemudian, Eryk tersadar bahwa itu adalah tato. Apa yang diguraukan oleh sang gagak tidak sepenuhny

  • Pengendali Arwah Terakhir   17| Menghadapi Snake Eyes

    Perut Eryk terasa seperti diaduk-aduk karena melihat pemandangan yang menakutkan itu. Rasa traumanya masih tersisa. Meski kini dia sudah memiliki kekuatan untuk mengendalikan roh summon, tapi turun langsung ke sana dan bersikap seolah-olah dia sebagai pahlawan adalah hal yang selalu Eryk hindari.Eryk masih terpaku dari tempatnya berada di atap. Turun ke bawah terasa jauh sekali. Dia pikir bisa sampai di bawah sana dengan beberapa lompatan, tapi setelah itu apa? Dia menelan ludah dan melangkahkan kaki melewati langkan.“Itu bukan urusanku!” gumam Eryk.“Ya, itu memang bukan urusanmu, Wayland. Sudah kukatakan sejak awal, sebaiknya kita pergi dari sini. Kau malah terus mengikuti pria itu. Apa sebenarnya yang ingin kau ketahui?” protes White.Ketika pertanyaan White meluncur masuk ke dalam kesadaran Eryk, pemuda itu kembali memfokuskan pikiran.“Kau benar, White. Tujuanku mengikuti Kepala Penjara Jarvis tidak lain hanya karena rasa penasaran. Dan entah ini suatu kebetulan atau bukan, aku

Latest chapter

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status