Home / Fantasi / Pengendali Arwah Terakhir / 2| Bertahan Hidup di Kota Pembuangan

Share

2| Bertahan Hidup di Kota Pembuangan

Author: Roe_Roe
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Eryk, sudah enam bulan berlalu sejak aku menemukanmu di tempat pembuangan akhir Rockwool. Kenapa kau masih terus menolak untuk mengikat perjanjian denganku? Aku akan memberimu kekuatan yang tak terkalahkan. Bukankah kau ingin balas dendam pada orang-orang yang telah menyingkirkanmu?”

Eryk melirik pada White si burung hantu putih.

“Kenapa aku harus percaya padamu? Aku cukup banyak belajar dari masa lalu untuk tidak menaruh kepercayaan pada siapa pun.”

White mengepakkan sayap putih lebarnya untuk menyusul Eryk.

“Tentu saja kau harus percaya padaku! Karena aku telah memberimu kesempatan kedua. Aku sudah menyelamatkanmu dari kematian. Aku juga yang memberimu kemampuan bisa berkomunikasi dengan burung.”

Eryk muak. “Sepertinya aku perlu mempertegas hubungan kita. Kau sendiri yang memilih untuk menyelamatkanku lagi. Sebenarnya, kematian mungkin lebih baik untukku saat itu!”

Eryk kembali melompat dari satu atap gedung ke atap yang lainnya dengan disaksikan mata perak rembulan dan White yang melayang tinggi di langit gelap di atasnya tanpa suara. Kota Rockwool membentang seperti batuan karang yang tajam. Banyak bangunan tinggi, tua, dan terbengkalai saling mencuat hampir di setiap tempat.

“Sudah lama aku menahan rasa penasaran ini. Kenapa kau sangat menginginkanku mengikat perjanjian hidup dan mati menjadi summoner denganmu? Keuntungan apa yang ingin kau ambil dariku? Apa kau ingin mendapatkan kekayaanku yang sudah dirampas oleh pamanku?” tanya Eryk pada sang burung hantu putih.

“Kau pun tahu aku hanya roh summon liar. Aku sudah bosan terus mengelana! Aku melihatmu malam itu dan merasa kau adalah orang yang tepat, Eryk! Ayolah, kau tak akan rugi. Kau bisa mendapatkan kekuatan super dan kembali ke Black Lake untuk merebut kembali semuanya! Kau bebas memanfaatkanku!”

Eryk berdiri sambil memperhatikan kota. Ada pencakar langit menjulang di sebelah timur, di sebelah barat terlihat atap-atap rumah miring dan tak berujung di distrik yang miskin, dan ada banyak cerobong-cerobong yang mengeluarkan asap di distrik industri. Di sebelah utara menjulang rumah-rumah susun yang terabaikan. Sungai hitam ada di suatu tempat di selatan. Alirannya keruh membawa kotoran menjauhi kota, tapi tak membuat kota itu terlihat bersih.

“Kau mengabaikanku lagi!” teriak White.

Pemuda itu menatap tajam pada sang burung hantu. “Terimakasih sudah menyelamatkanku, meski aku tak menginginkannya! Yeah, karena aku sudah terlanjur bertahan hidup, aku akan mencari jalanku sendiri untuk kembali ke Black Lake tanpa bantuan dan kontrak apa pun darimu! Aku sudah cukup trauma dengan kontrak perebutan warisan itu!”

Eryk berlutut di salah satu atap bangunan rumah makan mewah yang terbuat dari plat kaca. Kakinya bergoyang-goyang karena atap bangunan itu berada pada bidang miring dan permukaannya cukup licin.

“Makan malam!” ujar Eryk pada White untuk mengalihkan topik.

Eryk melirik menembus melalui atap kaca yang buram karena debu dan kotoran. Di bawah sana dia melihat para pengunjung yang mengenakan setelan mahal tengah duduk berhadapan. Mereka makan sambil bercakap-cakap dan sesekali menyesap anggur. Saat melihat mereka mengunyah steak, Eryk menelan ludah tanpa sadar.

Eryk sudah bersiap melompat lagi untuk pergi ke atap bangunan berikutnya. Akan tetapi, sol sepatunya yang sudah rata terasa licin di permukaan kaca. Hingga tanpa sengaja dia terpeleset dan mengagetkan sejumlah burung gagak yang bertengger di sekitar sana.

Burung-burung gagak yang mengintai sisa-sisa makanan di belakang restoran itu berterbangan dengan suara kaokannya yang sangat memekakkan telinga.

Pada saat yang tepat, Eryk segera melompat. Tapi, salah satu pelanggan restoran yang berada tepat di bawah atap tempat Eryk berdiri, mendongak ke atas seolah-olah dia baru saja melihat sekelebat bayangan yang menghilang.

“Lagi-lagi dia datang mengganggu kita,” ujar salah satu gagak yang bertengger dan dikejutkan oleh gerakan Eryk.

“Yah, dia datang untuk merebut makan malam kita tentu saja,” ujar gagak yang lainnya.

Eryk mendesis dan menendangkan kaki untuk mengusir gagak-gagak itu. “Jaga paruh kalian agar tidak berkata sembarangan. Aku terlalu terhormat untuk berebut makanan sisa dengan kalian, para pemakan bangkai!” balas Eryk.

Eryk terlihat kesal. Bisa mendengarkan para burung berbicara itu membuatnya lelah. Eryk tak akan pernah lupa kejadian enam bulan yang lalu saat White menemukannya.

“Maukah kau mengikat perjanjian denganku? Serahkan hidupmu untukku, maka akan aku berikan kehidupan dunia yang takkan terkalahkan!” ujar White.

Eryk yang terluka dan sekarat, hanya bisa menyeringai. Saat kesadarannya hampir hilang lagi, dia sempat menjawab permintaan White. “Bunuh saja aku!”

Lalu, sebuah cahaya putih terang membutakan mata Eryk. Dia pikir itu matahari pagi, tapi cahayanya lebih putih dan kuat. Eryk merasa tubuhnya dibungkus oleh kepompong yang hangat dan lembut. Dia terlelap dan tak ingat apa pun setelahnya.

Saat terbangun, dia sudah berada di dalam sebuah gudang tua terbengkalai. Eryk membuka mata dan melihat White yang sedang memandanginya.

“Di mana aku?”

“Gudang tua! Kau tidur selama tiga hari.”

“Dan kau? Bagaimana bisa aku berbicara dengan burung? Apa aku sudah mati? Kau malaikat pencabut nyawa?”

“Namaku White. Aku hanya roh summon liar. Kau tahu....”

Eryk tak mendengarkan. Dia terlonjak dan memeriksa tubuhnya. Dia masih ingat bagaimana posisi kakinya yang patah berputar tidak semestinya. Akan tetapi, saat ini dia terlihat sangat normal dan bugar. Semua bekas luka hilang dari tubuhnya.

“Aku sudah menyelamatkan dan menyembuhkanmu. Ayo, kita lakukan kontrak sebagai imbalannya! Jika kau menolak, akan aku kembalikan kau ke tempat pembuangan akhir!” ancam White.

“Ya, bunuh saja aku!” balas Eryk tak acuh. “Aku berharap kau benar-benar malaikat pencabut nyawa. Aku tak pernah ingin diselamatkan.” Pemuda itu tampak putus asa dan tak ada gairah hidup.

“Bangsat!” umpat White.

Lalu, burung hantu putih itu mengepakkan sayap dan terbang meninggalkan Eryk sendirian di gudang tua.

Eryk mendesah. Dia pikir burung hantu itu akhirnya juga pergi meninggalkannya. Eryk benar-benar sendirian di tempat asing dan tidak tahu harus melakukan apa.

***

Eryk berhenti sejenak di atap. Dia hapus lamunannya dan bersandar pada salah satu tiang jemuran yang terlihat berkarat. Dia memperlambat gerakan untuk mengambil nafas, membiarkan udara dingin memenuhi paru-parunya.

“Kenapa malam itu kau kembali, White? Bukankah aku sudah menolakmu?”

White diam sesaat. “Dasar kau pemuda bodoh! Sepertinya aku telah keliru memilih calon summoner. Hah!”

Eryk meresapi suara-suara malam. Di bawah sana dia mendengar desir mobil melintasi jalanan licin yang baru saja disiram hujan, suara dentuman musik di kejauhan, dan lebih jauh lagi dia bisa mendengar suara sirine yang saling menyahut di antara teriakan perempuan.

“Berhenti kau!” teriakan perempuan terdengar tepat di jalanan di bawah tempat Eryk istirahat. Perempuan itu berteriak sambil terus berlari memburu sosok berpakaian serba hitam di bawah sana.

Eryk melihat segalanya dari tempatnya berada. White berbisik kepadanya. “Kau tak ingin turun ke sana dan menolongnya? Aku bisa meminjamkan kekuatanku jika kau mau! Kau bisa mencobanya dulu sebelum benar-benar menerimanya, bagaimana?”

Eryk hanya diam tanpa melepaskan tatapan matanya pada perempuan yang mengejar sosok laki-laki berpakaian serba hitam itu. Eryk tak peduli dengan semua itu.

“Kau pantang menyerah, ya? Tempatku bukan di bawah sana, White,” gumam Eryk. “Di sana adalah tempat untuk orang-orang Rockwool. Di sini, di atas sini, di antara kolong langit adalah tempatku bersama para binatang malam.”

“Oh, astaga! Aku lelah sekali, Eryk. Kapan aku bisa menemukan tuan yang akan bisa menggunakan kekuatanku dengan baik? Aku lelah menjadi roh summon liar dan diburu oleh para pemburu di luar sana.”

“Pemburu roh summon?” tanya Eryk. “Itukah alasanmu terus mengikutiku dan memintaku melakukan kontrak selama ini?”

Eryk menoleh ke arah berbeda. Dia memejamkan mata dan membuka lebar cuping hidungnya. Dia menghidu suatu aroma yang terasa hangat, asin, dan membuat perutnya bergejolak karena lapar.

Jauh di bawah sana ada pintu membuka ke gang yang dipenuhi dengan bak sampah. Gang itu tepat berada di sisi belakang sebuah restoran ayam cepat saji.

Eryk sangat mengenali restoran ayam itu. Mereka sering sekali membuang makanan yang masih bagus, sisa-sisa, dan mungkin saja makanan yang sudah tidak laku malam itu.

“White, kita akan makan ayam malam ini.” Eryk menyeringai.

Sejak enam bulan lalu, dia sudah hidup di jalanan sebagai seorang gelandangan. Dia tak pernah benar-benar merasakan makanan yang layak sejak saat itu. Rockwool berbeda dari kota yang lain. Kota ini dikenal sebagai “kota terbuang”—tempat para orang miskin dan sampah masyarakat berkumpul.

“Hati-hati, Eryk!” tegur White. “Aku bisa merasakan kehadiran roh summon lain di sekitar sini.”

Sebelum Eryk melompat ke bawah sana, dia melirik setiap sudut yang gelap. Dia tak melihat ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Akan tetapi, di bawah sana—di permukaan tanah—selalu beresiko.

“Tanah adalah tempat mereka, bukan tempatku,” pikir Eryk.

“Tapi, makananmu ada di bawah sana,” sindir White. “Bahkan aku pun harus menukikkan sayap dan paruhku untuk turun ke sana dan memburu tikus-tikus gendut itu!”

Sesuatu di bawah bergerak dengan cepat. Fokus Eryk dan White tersita pada pergerakan itu.

“Tetap waspada,” ujar sang burung hantu.

Eryk mengayunkan sebelah kaki melewati bibir atap dan mendarat pelan di bordes tangga darurat. Dia sudah biasa melakukan hal-hal sulit seperti parkour di ketinggian. Sejak dia diasingkan kakeknya pasca kematin orang tuanya, Eryk terus melatih tubuhnya untuk mengalihkan diri dari pikiran buruk.

White meluncur ke pojokan atap melongok ke jalan utama. Eryk merunduk sejenak untuk menghindari jendela kaca pada pintu belakang restoran. Aroma makanan membuat perutnya bergemuruh kencang.

Detik berikutnya, Eryk sudah berdiri di depan bak sampah. Dia mengaduk-aduk bak sampah paling dekat dan menemukan kotak sterofom putih dan terasa masih hangat. Eryk membukanya dan menemukan sepotong paha ayam yang sudah digigit sebagian.

Tanpa pikir panjang Eryk mencomot dan menjejalkannya ke mulut. Dia membuat gigitan yang sangat besar pada ayam berminyak yang terasa asin dan sedikit pedas karena saus sambal di pinggirnya.

“Ini enak sekali, White!” gumam Eryk dengan mulut yang penuh.

Sambil mengunyah sepotong ayam di mulutnya, Eryk mulai mengaduk-aduk tempat sampah mencari lebih banyak lagi makanan sisa. Dia menjejalkan lagi beberapa potong kentang goreng yang dia temukan hingga tenggorokan Eryk rasanya penuh dan hampir tersedak.

Belum sempat dia menelan seluruh makanannya di tenggorokan, tiba-tiba White menukik turun dan menyambar tangan Eryk.

“Lari!” teriak si burung hantu.

Eryk terkejut. Dia hampir tersedak dan tak bisa bernapas. Sepasang matanya membuka lebar menatap pada kegelapan gang. Tepat di depannya, Eryk melihat belasan bahkan mungkin puluhan pasang mata berwarna kuning terang tengah menatap ke arahnya.

Jantung Eryk tersentak selagi para pemilik mata itu berdiri menutupi ujung gang.

“Tak ada jalan untukmu berlari!” ujar salah satu dari mereka.

Related chapters

  • Pengendali Arwah Terakhir   3| Pencuri Roh Summon

    “Brengsek! Apa itu tadi?” pekik Eryk sambil menghindari serangan.Sesuatu meluncur ke arah kepala Eryk. Benda itu memulur seperti cambuk panjang dan lentur tetapi tebasannya sangat menyakitkan seperti pedang.Slap!Kali ini, Eryk menghindar sedikit terlambat. Ujung cambuk itu menggores pipinya hingga berdarah. Setelah mengenai pipinya, cambuk yang terbuat dari sulur tanaman itu kembali ditarik masuk ke dalam telapak tangan seseorang yang berdiri menutupi ujung gang.“Siapa kau? Kenapa kau tiba-tiba menyerangku? Kau naskir padaku?” Eryk terlihat sangat kesal.Seorang gadis cantik berambut hitam sepinggang yang menggunakan pakaian qipao merah (gaun khas Cina) yang sudah dimodifikasi menjadi lebih kasual dan sedikit terbuka di bagian dada mengadang langkah Eryk. Entakan sepatu boot selututnya membuat Eryk sedikit gemetar.“Diam di sana kau, pembunuh!” teriak gadis itu.“Pembunuh? Siapa? Aku?” Eryk hampir menjerit dan juga ingin tertawa mendengar tuduhan itu.Perempuan itu berdiri dengan

  • Pengendali Arwah Terakhir   4| Gadis Ular dan Barbro Si Buta

    “Kumohon, jangan!” Eryk berusaha mempertahankan hidupnya dengan segala cara tapi tenaganya terlalu lemah ketika dijerat dengan sangat kuat oleh sulur-sulur tanaman itu.Gadis aneh dengan sulur tanaman di sekujur tubuhnya itu masih duduk di atas kaki Eryk. Dia urung mencobloskan ujung tanaman berduri ke jantung Eryk. Dia malah mengeluarkan belati dan ingin memotong jari-jari Eryk yang terentang di permukaan aspal.Eryk tak bisa melihat White di mana pun. Kadangkala burung hantu itu datang menolongnya. Lebih sering tiba-tiba dia menghilang saat Eryk dalam keadaan terdesak. Rasa takut memompa ke dalam pembuluh darah Eryk.“Aku mati malam ini,” pikirnya berulang-ulang.Tapi, belati itu hanya tipuan untuk mempermainan Eryk.“Awas!” teriak si burung hantu tiba-tiba datang sambil menukik tajam. Dia mencengkeram kuat sulur tanaman yang hampir menembus jantung Eryk.Eryk setrika mendongak saat mendengar teriakan burung hantu itu yang terdengar sangat meremangkan tengkuk.Seseorang datang dari

  • Pengendali Arwah Terakhir   5| Lubang Hitam di Matanya

    Ketika Eryk melangkah ke salah satu atap bangunan berikutnya, dia tidak terlalu memperhatikan karena gelap. Seseorang tiba-tiba memukulnya dengan sebuah tongkat bisbol hingga Eryk tersungkur.White terbang berputar di atasnya tanpa suara. Dia hanya bisa melihat Eryk yang berguling-guling di atap bangunan. Terdengar langkah-langkah kaki bergegas menaiki tangga darurat tak jauh dari tempat Eryk terjatuh.Suara langkah kaki itu membuat Eryk seketika waspada. Ketika dia mencoba untuk bangkit sekelompok pria berpakaian serba hitam datang untuknya.Eryk berjuang mengayunkan kaki untuk berdiri dan lari. Akan tetapi, jemari kakinya terasa terbenam di dalam sepatunya yang berlubang. Ada sesuatu yang menghambat gerak Eryk. Dia menjadi kaku dan tak seluwes biasanya.Tempatnya berdiri terlindung bayangan. Tapi, dia bisa melihat dari berkas-berkas cahaya dari gedung-gedung di sekitarnya. Sejumlah pria berjajar di dekat dinding dan mengepungnya. Mereka semua berpakaian serba hitam dan mengenakan to

  • Pengendali Arwah Terakhir   6| Jebakan di Rumah Kakek

    Eryk terbangun sambil menjerit. Keringat mulai mengering di dahinya dan lengannya merinding. Dia bisa melihat napasnya di bawah lapisan kain tenda yang membentang di antara dahan-dahan di atasnya. Selagi duduk, pohon itu berderit dan sarang tempatnya berbaring goyang sedikit. Burung hantu putih bergegas menjauh dari tangan Eryk.“Kebetulan,” gumam Eryk. “Ini pasti hanya kebetulan.”“Ada apa?” tanya White. Dia mendarat dari dahan di atas kepala Eryk dan menghampirinya di samping pemuda itu.Eryk memejamkan mata dan membayangkan cincin emas dengan simbol yang sangat khas pada jari pria pucat yang menyerangnya.“Katakan padaku, White. Bagaimana aku bisa kembali ke sini? Bukankah terakhir aku diserang di trotoar di tengah Kota Rockwool?”“Yeah, kau pingsan setelah segerombolan pria melemparkanmu dari ketinggian. Aku dan kawan-kawan berusaha menangkapmu dan mendaratkanmu di trotoar. Tapi setelah itu, kau menjerit-jerit ketakutan seperti orang gila dan setelah itu lagi kau kembali pingsan t

  • Pengendali Arwah Terakhir   7| Tersangka Berjaket Merah

    Suara alarm darurat dan sirine mobil polisi meraung-raung secara bersamaan hingga membuat kepala Eryk rasanya ingin meledak. Tiba-tiba dia lupa bagaimana cara keluar dari sana karena saking panik dan bingungnya.Tangan dan pakaian Eryk dipenuhi darah sang paman. Dia berlari menuju pintu, tapi sejumlah orang dengan langkah kaki berderap datang mendekat. Eryk mundur ketakutan. Dia mencari jalan lain dan melihat korden putih yang berayun-ayun seperti hantu yang pucat. Eryk menyibak korden dan mendapati pintu menuju ke balkon sedikit terbuka.Eryk membuka lebih lebar pintu kaca geser itu. Angin segera menerpa tubuhnya. Dia mendengar suara berisik dari balkon. Saat melangkah keluar, Eryk memergoki seseorang baru saja melompat dari sana.“Siapa itu?” pikir Eryk.Saat dia bersiap melompat dari lantai dua dan memburu orang yang baru saja kabur, dia mendengar pintu ruang kerja pamannya terbuka dengan keras. Sejumlah pengawal pribadi berdiri di sana dengan senjata api dan radio di tangan mereka

  • Pengendali Arwah Terakhir   8| Menjadi Buronan

    Peluru itu melesat ke arah kepala Eryk. Dia melihatnya dengan sangat jelas. Tapi, ada sesuatu yang aneh. Ketika peluru itu menuju ke arahnya, tiba-tiba suasana menjadi melambat hingga akhirnya waktu seolah-olah berhenti sama sekali.Kedua petugas polisi di depan Eryk seperti gambaran dalam film-film aksi di mana mereka melakukan slow motion. Kedua petugas kepolisian itu dikerubungi oleh burung-burung merpati putih, cokelat, dan hitam dalam jumlah besar.Eryk bahkan bisa melihat burung-burung itu juga berhenti dalam posisi melayang. Mereka tak bergerak sama sekali seperti patung. Salah satu cakar burung-burung itu bahkan terlihat menembus kulit sang petugas kepolisian. Darah yang menetes dari luka cakaran itu juga membeku dan berhenti mengalir.Semuanya seperti ilusi. Sedangkan udara di sekitar Eryk terasa hampa. Tidak ada suara, tidak ada angin, semuanya hampa.Peluru itu terhenti sekitar satu inchi di depan kening Eryk. Saat Eryk menggerakkan tangan cepat untuk melindungi kepala dari

  • Pengendali Arwah Terakhir   9| Gagak yang Cerdas (Licik)

    Eryk berguling ke samping untuk menghindari serangan badai angin yang ditembakkan oleh pria berjaket merah. Badai angin itu menghantam salah satu dinding bangunan hingga membuatnya retak.Jantung Eryk berdegup kencang. Jika dia terlambat menghindar, mungkin nyawanya tak akan tertolong untuk kedua kalinya.“Kau tak bisa kabur dariku. Serahkan roh summon milikmu!”“Aku bukan summoner!” teriak Eryk. “Aku tak memiliki roh summon apa pun dalam diriku.”Pada serangan kedua, Eryk bisa menghindar lebih cepat lagi. Sudut matanya menangkap sesuatu yang tidak asing pada pria berjaket merah itu. Saat lengan bajunya tersibak, Eryk melihat ada tato di sana. Gambar tato itu sama persis dengan ukiran pada cincin pria berpakaian hitam dalam mimpinya.Naga tanpa ekor!Pria berjaket merah tak suka kegagalan. Dia menjadi marah dan mulai mengerahkan kekuatannya yang lebih besar. Di kedua tangannya mulai tercipta pusaran angin yang lebih kuat dan disusul mewujud awan hitam di atas kepalanya. Rasanya badai

  • Pengendali Arwah Terakhir   10| Bawa Dia Kembali dengan Segala Cara!

    Alyssa Harris berjalan di sebuah lorong dengan sepatu boot selutut yang solnya menggema lirih. Rok pendeknya berayun saat berjalan. Rambut gadis itu tergerai sempurna sampai ke pinggang. Dia berjalan dengan kepala tegak selayaknya seorang modal profesional. Di dadanya terdapat sebuah bros bunga mawar hitam yang cukup mencolok.Alyssa berhenti di depan sebuah pintu yang terletak di ujung lorong. Pintu itu tertutup dengan ukiran bunga mawar besar di bagian tengahnya. Pada bagian atas pintu terdapat papan nama yang bertuliskan kepala sekolah.Setelah mengetuk pintu tiga kali, Alyssa mulai memutar knob dan membukanya. Dia melangkah ke ruangan sejuk beraroma mawar dengan berhati-hati agar ketenangannya terkendali.Saat Alyssa berbalik setelah menutup pintu, dia disambut dengan serangan jarum terbang yang melesat ke arahnya. Alyssa dengan sigap mengelak dan menghindari jarum-jarum tersebut. Roh summon Alyssa yang tersimpan dalam bentuk bros mawar hitam di dada segera melompat dan berubah wu

Latest chapter

  • Pengendali Arwah Terakhir   115| Ingin Kembali ke Level Seharusnya

    Alyssa dan Joker ditemani Wanda pergi untuk menemui sang Summoner Petir. Dia adalah seorang pria bertubuh tinggi besar dengan senjata tombak yang bisa memancarkan aliran listrik.Pria itu duduk berhadapan dengan Wanda di sebuah kafe. Sedangkan Alyssa dan Joker berdiri tidak jauh dari mereka, tapi tetap bisa mendengar percakapan keduanya.“Benarkah senjata yang dibuat oleh Iron telah membunuh Kayes?”Flash sang Summoner Petir terlihat sangat terkejut dengan informasi yang baru saja disampaikan oleh Wanda.Dengan muram, Wanda mengangguk. “Itu benar.”Tiba-tiba, Flash berdiri dan berteriak marah di hadapan Wnada.“Kenapa Kayes baru dibunuh sekarang? Apakah Iron bermaksud untuk menjebakku dan menjadikanku sebagai pelaku? Apakah Iron juga yang merebut roh summon tersegel itu dari tangan Sandra? Apakah dia yang membunuh Sandra waktu itu?”Wanda sangat geram. Dia pun berdiri tegak membelakangi jendela kafe dan menatap tajam pada Flash.“Kenapa kau bertanya itu padaku? Seharusnya, akulah yang

  • Pengendali Arwah Terakhir   114| Petunjuk dari Penjual Senjata

    “Joker?” kejut Alyssa dan Duri bersama-sama.“Belinda?” tanya Joker yang juga tidak kalah kaget ketika melihat kemunculan Alyssa di toko senjatanya.Alyssa menggeram dan mengepalkan tinju. “Jangan memanggilku dengan nama itu!”“Oh, sorry, aku lupa. Tapi, di antara kalangan Guardian Summoner, kau terkenal dengan nama Belinda si ular berbisa.”“Joker, apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alyssa. “Bukankah kau seharusnya berada di level sembilan?”Joker mengangkat kedua bahunya. “Kau bisa melihat sendiri. Aku sedang berdagang di sini. Mana mungkin aku melewatkan peluang untuk menghasilkan uang? Koleksi benda-benda antikku bisa aku jual dengan mudah di sini. Kau sendiri, maksudku kalian, apa yang membawa kalian sampai ke sini?”Alyssa mengembuskan napas berat. Dia menarik sebuah bangku di depan meja dan langsung duduk begitu saja tanpa dipersilahkan.Joker keluar dari balik meja counter yang memamerkan beragam jenis senjata langka dan pergi ke kulkas mini untuk mengambil sekaleng soda.“K

  • Pengendali Arwah Terakhir   113| Toko Senjata dan Perlengkapan Summoner

    “Aku tidak setuju dengan cara itu!” protes anggota Guardian Summoner yang lain. “Strategi itu akan membahayakan para warga desa.”“Seharusnya itu tidak perlu membuat kalian risau. Karena warga desa yang kalian maksud di sini, tidak lain adalah para summoner itu sendiri. Masing-masing dari mereka seharusnya memiliki kemampuan dan kapabilitas untuk bertarung dan melindungi diri. Dan sudah seharusnya warga desa tersebut tidak berleha-leha melainkan ikut berjuang bersama kita melawan para perusak.”“Tapi–”Alyssa menatap tajam pada pemuda keras kepala itu. “Pertempuran kali ini sepenuhnya diatur olehku–Alyssa Harris, wakil ketua Guardian Summoner. Mohon patuhi perintahku!”Usai pertemuan yang tidak berjalan lancar itu, mereka akhirnya membubarkan diri. Alyssa kembali ke kota, ke tempat penginapannya berada. Dia berjalan didampingi dengan Duri.Duri tampil dengan pakaian kesatria, meski kulitnya tetap berwarna hijau. Tubuh Duri saat berwujud asli tampak sangat kuat dan berotot. Dia selalu

  • Pengendali Arwah Terakhir   112| Area Level Khusus

    Usai hadiah utama diberikan yang dimenangkan oleh Eryk, tiba-tiba lapangan luas yang seolah tidak terbatas itu, kini berubah menjadi sebuah kota. Penampakan kota yang serupa dengan kota-kota di level satu dan dua.Eryk dan peserta yang lain baru menyadari, bahwa lapangan yang baru saja mereka lihat adalah pulau melayang tempat arena pertandingan biasanya dilakukan.Lizard segera melarikan diri secepat kakinya bisa melangkah. Tapi, pihak penguji seolah membiarkan hal itu. “Kenapa kau membiarkannya saat tahu dia berbuat curang?” teriak Rosemary pada sang penguji level tiga melalui pengeras suara di hadapannya.“Sesuai aturan yang telah kami jelaskan,” jawab sang penguji. “Aturan yang berlaku di negeri bayangan hanyalah akan menindak para summoner yang saling membunuh. Persoalan tentang pencurian dan kejahatan lain, pihak penguji dan penyelenggara tidak akan melakukan tindakan apa pun. Tapi, karena sekarang kalian masih berada di area level tiga. Meski pertandingan sudah berakhir, aku m

  • Pengendali Arwah Terakhir   111| Pencuri Ramuan Penyembuh

    Rupanya, kembali ke pusat arena kompetisi jauh lebih merepotkan dan sulit daripada pergi meninggalkannya untuk mencari batas terluar lapangan. Eryk sempat tersesat beberapa kali hingga berjalan terlalu jauh. Tapi, mereka mulai menemukan para summoner yang berlari paling akhir dan melambat.“Kita sudah semakin dekat dengan pusat arena. Sebentar lagi seharusnya pusat lapangan terlihat.”“Hey, Anak Muda!” sapa sang summoner kura-kura yang berjalan dengan pelan. Dia mengendarai kura-kuranya. “Kenapa kau kembali ke pusat arena? Apakah kau menemukan batasnya? Seharusnya kau lewati batas itu agar bisa selamat.”“Maaf, Pak Tua, sepertinya kami gagal menemukan batas terluar dari lapangan ini. Terlalu luas dan mustahil. Kami bahkan belum menjangkaunya sama sekali meski sudah satu jam berlari.”“Astaga, jika kalian yang sekuat dan sehebat ini saja tidak bisa menemukannya, bagaimana dengan aku dan kura-kuraku yang berjalan sangat lambat ini? Butuh waktu berapa ratus tahun agar kami bisa sampai k

  • Pengendali Arwah Terakhir   110| Kembali ke Titik Awal

    “Perhatikan semuanya!” seru sang penguji melalui pengeras suara. “Tantangan di level tiga akan langsung kita laksanakan tanpa jeda istirahat. Kalian akan bisa beristirahat setelah melalui tantangan ini.”Semua orang ribut-ribut. Mereka belum usai menenangkan diri pasca ketegangan di tantangan level dua sebelumnya. Dan kini saat tiba di level tiga, mereka berharap bisa beristirahat sejenak tapi malah disodorkan pertempuran berikutnya.“Aku penguji yang baik hati!” ujar sosok melalui pengeras suara. “Aku tidak akan membebani kalian dengan tantangan-tantangan yang berat dan sulit. Tantangan kali ini hanya satu. Kalian harus menemukan batas dari lapangan ini. Hanya akan terpilih 20 peserta pertama yang berhasil menemukan batas terluar dari lapangan yang akan lolos ke tahap berikutnya.”Semuanya berbisik-bisik. Dari sisa 40 summoner akan tereliminasi menjadi separuhnya. Semuanya mulai bersemangat dan mengempaskan rasa lelah serta ketegangan sebelumnya. Kini mereka menyambut tantangan baru

  • Pengendali Arwah Terakhir   109| Lapangan Tanpa Batas

    “Mencoba membunuh kami dengan barang ini?” sindir salah seorang summoner. Tapi, dia tetap nekat membuka kotak hadiahnya. Matanya langsung berbinar-binar ketika melihat sebuah gaun yang sangat cantik di sana. “Wah! Bagaimana kau tahu kalau aku sangat menginginkan gaun yang cantik ini?”“Saatnya membuka kotak hadiah!” seru seorang summoner makanan. Dia menjerit karena mendapatkan banyak sekali koin emas.“Eryk, kau mendapatkan apa?” tanya White.Eryk membuka kotak hadiahnya dan dia mendapat sebuah cangkang kerang besar yang terbuat dari kristal. “Aku tidak tahu apakah benda ini bisa berguna? Bagaimana denganmu?” balas Eryk.White membuka kotak hadiahnya dan menunjukkan sebuah pena yang terbuat dari bulu angsa. Pena itu memiliki tinta beracun dengan kadar yang sangat kuat.“Oh, aku mendapatkan beberapa penjepit rambut emas di sini. Tidak terlalu buruk,” ujar Rosemary.Lalu mereka menoleh kepada Black. “Kenapa kau belum membuka kotak hadiahmu, Black?”“Aku terlalu takut untuk membukan

  • Pengendali Arwah Terakhir   108| Hadiah di Level Dua

    “Kompetisi baru saja dimulai,” gumam seseorang yang berada di depan monitor pengawas area level dua.Sosok dalam jubah hitam itu menekan sebuah tombol.Usai menyelamatkan para summoner yang hampir terperosok ke dalam lubang kawah, Eryk dan yang lain mulai bergegas berlari untuk mencari tempat lain yang tidak begitu banyak jebakan. “Menurutku memang sebaiknya kita kembali ke kota. Hutan ini sama sekali tidak aman. Dan aku tidak yakin akan ada pintu keluar di hutan ini.”“Maafkan aku,” ujar Rosemary. “”Aku sudah memberikan saran yang keliru.”“Tidak ada yang perlu disesali, Rose. Kita semua sedang berjuang dan mencoba usaha yang terbaik.” Mereka pun kembali ke kota. Saat dalam perjalanan menuju ke alun-alun, mereka melihat ada banyak sekali summoner yang mati, terjebak dalam sebuah pertempuran, maupun dengan saling serang dengan rekan satu tim. Semuanya seolah sudah disiapkan oleh penguji di level dua ini.“Aku malah curiga area level dua ini sama sekali tidak memiliki jalan keluar,”

  • Pengendali Arwah Terakhir   107| Tantangan Tanpa Aturan

    “Mata-mata summoner gagak?” tanya Eryk. “Kurasa itu sedikit mustahil. Jika memang benar negeri bayangan ini menjunjung tinggi peraturan dan keadilan.”Percakapan mereka terpotong oleh sebuah pengumuman.“Peserta sekalian, di malam yang sangat menegangkan ini, kami akan memberikan sedikit kejutan untuk kalian. Kompetisi akan dilakukan lebih awal dari jadwal yang seharusnya.”Kedua roh summon Eryk dan juga Rosemary terkejut mendengar suara dari pengeras suara. Padahal mereka yakin kompetisi baru akan dilakukan besok pagi. Tiba-tiba saja jadwal dipercepat malam ini dan mereka belum ada persiapan.“Pengujian pada level dua kali ini sedikit berbeda. Kalian tidak perlu datang ke arena. Kita akan melakukannya di tempat terbuka.”Tidak hanya Eryk, para summoner yang ada di lantai level dua pun dengan jelas mendengar pengumuman tersebut. Mereka semua mulai berhamburan keluar dari rumah dan tempat nyamannya masing-masing. Para summoner tersebut berkumpul di alun-alun dan memenuhi jalan-jalan d

DMCA.com Protection Status