"Apa yang kau lakukan, Ares?!" tanya Tanya. Neva terlihat senang saat Ares mengelus kepalanya pelan. Seperti seorang anak kecil yang permennya dicuri. Tanya menatap Neva penuh permusuhan."Oh, Nona, apa rapatnya sudah selesai? Aku sedang mengelus rambut Neva," jawab Ares polos. "Cepat tarik tanganmu darinya?!" Memerintah dengan keinginan yang mutlak, Tanya menghiraukan pertanyaan yang dilayangkan Ares. Ares menarik kembali tangannya. Menghentikan aktivitasnya membelai kepala gadis tersebut. Sementara itu Neva terus mematung dengan wajah semerah buah delima. Ini kali kedua Ares membelai rambutnya. Jantungnya sedang semangat-semangatnya berdetak. "Kau! Jangan jadi wanita murahan. Mudah sekali kepala disentuh laki-laki!" ejek Tanya. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya Ares pikirkan tentang sepupunya. Tapi yang jelas, perlakuan Ares pada Neva membuat hatinya sangat panas. Dia tidak ingin Ares memperhatikan gadis lain selain dirinya saja. "Apa kau bilang, hah? Wanita murahan?" Jiwa Ne
Setelah menghabiskan waktu di kedai es krim. Neva, Ares, Tanya, dan Gilbert pulang ke kediaman utama klan. Sore ini adalah pelantikan pemimpin klan baru. Paman mereka–Hiden Quinn–akan memimpin klan Quinn yang baru. "Kalian bersenang-senang tanpaku?!" teriak Yuta menyita semua pandang sepupu-sepupunya. "Kau! Hahaha, akhirnya kau sudah datang!" sapa Gilbert menghampiri Yuta dan merangkul lehernya akrab. Neva dan Ares menyusulnya, sekilas Ares memperhatikan Aaron yang berada di sisi Yuta. 'Dia kuat, mungkin segelnya akan terlepas' batin Ares lebih memperhatikan Aaron. "Apa situasi kak Neva dan kak Tanya bisa kondusif tanpaku?" tanya Yuta, garis pandangnya tertuju pada Tanya yang terpaku di dekat mobil yang sebelumnya mereka tumpangi. "Haha, tenanglah, sekarang ada Ares yang menengahi mereka!" Gilbert menjelaskan. "Kalau kakak tidak ada aku mungkin tidak akan pernah bertengkar dengan Tanya!" imbuh Neva. "Kalau aku tidak ada. Sebagai sepupu mungkin kalian akan menjadi sangat asing k
Sejak 15 menit yang lalu Tanya dan Ares sudah berada di kota Coast. Mereka turun dari mobil dan menatap bangunan besar. Ares membawa koper milik gadis tersebut sambil membuntuti dari belakang. Setelah masuk, mata Ares menjalar ke segala penjuru interior luar biasa mewah yang mengelilingi mereka. Lelaki itu tidak paham tentang apa yang diperbincangkan Tanya dengan resepsionis hotel. Tapi dia tetap menunggu dengan sabar sampai Tanya menyelesaikan pemesanan kamar. "Ayo!" ajak Tanya menuju lift. Mereka mendapat sebuah kamar di lantai tujuh. Pemandangan kota yang dihiasi kerlip lampu malam masuk di penglihatan Tanya dan Ares saat membuka gorden. Penyelidikan akan dilakukan esok hari karena mereka sudah lelah dan terlebih malam bukanlah waktu yang tepat. "Aku akan tidur di kasur. Kau tidur di bawah!" Tanya mengambil alih koper yang dibawa Ares dan bersiap akan sesuatu. "Aku akan mandi lebih dulu!" tambahnya lagi. "Apa kita akan menyelidiki kota sebesar ini?" Ares bertanya dengan raut t
"Kalau kau tidak ingin bertemu penjaga neraka lebih cepat dari seharusnya. Maka pergilah dari sini!" ancam Tanya menatap Arga, pemimpin mereka. Arga sangat berkuasa di kota ini. Sebenarnya bukan secara pribadi. Tapi keluarganya yang di cap sebagai keluarga terkaya bisa berbuat apa saja menggunakan uang. Duduk sebagai orang yang berdiri di singgasana kekuasan. Membuat Arga suka bertindak sesuka hatinya. Tapi sekarang dia hanya membawa dua pengawal, melihat dari keadaan, Billy dan Eros tidak akan bisa mengalahkan Ares. "Billy, Eros, kita pergi!" Arga pergi dangan hati yang geram dan penuh dendam. "Terima kasih, Tuan, Nona," ucap pelayan tersebut. "Aku tidak percaya mereka pergi semudah ini!" gumam Ares keheranan. Pertarungan yang sesungguhnya belum terjadi dan mereka sudah menyerah. "Dia Tuan muda Arga dari keluarga Skylar. Aku pernah dengar mereka orang yang licik. Dia pasti kembali untuk mencari aku dan kalian. Maaf sudah melibatkan kalian dalam posisi yang amat rumit," jelas pel
"Tunggu apa lagi? Serang!" perintah Arga. Semua bawahan Arga menyergap Ares seusai memasukkan energi roh mereka ke tubuh. Hanya pria bernama Dylan yang masih berdiri di tempatnya bersama Arga di sisinya. Mereka memperhatikan arus pertarungan dari jauh. Berpikir bahwa bawahan-bawahan itu sudah cukup untuk menjatuhkan Ares. Ares mematahkan tangan dan kaki mereka yang datang padanya. Bawahan Arga berteriak menahan rasa sakit yang amat ngilu di tubuh mereka. Dylan sempat goyah melihat betapa apiknya Ares dalam bergerak. Tetapi, melihat dari gerakan Ares yang tidak terlalu cepat, dia percaya diri akan menang. "Kau hebat anak muda. Tapi banyak-banyaklah mengirup oksigen karena hari ini hari terakhirmu di alam manusia! Aku berbeda dari anak buahku," imbuh Dylan merenggang badan, kemudian, dia menyerang dengan gerakan yang cepat. Ares hanya terkekeh saja. Sebaliknya, dia sama sekali tidak terganggu dengan serangan Dylan. Padahal belum menjadi ahli beladiri di tahap penyihir, Ares tidak ta
"Nona harus belajar mengontrol keinginan Nona. Di masa depan, ketika aku tidak ada Nona akan menggila dan pada akhirnya melukai orang lain.""Jangan pergi dariku! Apa susahnya? Kau seorang dewa, kan? Harusnya dapat berdiri di manapun dengan mutlak," keluh Tanya tentang kata-kata Ares yang seolah tidak ingin bersamanya. "Justru karena aku dewa. Aku tidak bisa terlalu lama berada di dunia manusia," balas Ares. "Tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kalau tidak aku akan menelanmu!" ancam Tanya mengembungkan pipinya. Ares terkekeh, "Mulut Nona kan kecil? Memangnya bisa menelanku?" tanyanya.Tanya melepaskan pelakunya dan menumbuk mata Ares penuh harap. "Harus! Harus selalu ada di sampingku!" "Benar-benar tidak menerima penolakan, ya! Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang akan akan terjadi di masa depan. Aku harap dunia yang indah ini berjalan dengan baik. Pun untuk Nona," kata Ares menjabarkan doanya. "Aku harap juga begitu!""Apa Nona sudah selesai menyerap energiku? Kal
Masing-masing dari mereka yang menunggu di luar bar memegang senjata api untuk memberikan serangan sergapan. Ketika pintu terbuka dan menampilkan Ares yang berjalan santai, penjahat-penjahat tersebut menembak tanpa ampun. Peluru-peluru mereka seakan menabrak sesuatu yang sangat padat hingga lintasannya berubah. Terpental tanpa arah sebelum mencapai Ares. Pancaran hawa keberadaan Ares mendominasi tanpa ada yang menyaingi. Menyeruak dingin sementara matahari berada di titik tertingginya. Belum menyerang saja Ares sudah memberi tekanan pada lingkungan yang membuat mereka ketakutan setengah mati. Bagaimana kalau dia sudah bergerak? Mereka diminta untuk menyergap seorang putri dari klan Quinn dan satu pengawalnya. Namun, Tanya bukanlah putri tidak berguna seperti yang dikabarkan. Mereka semua harus menelan kenyataan bahwa jumlah mereka yang banyak tidak membuat kemenangan lebih mudah dilihat. Jauh dari informasi yang pimpinan penjahat berikan. "Mau aku yang maju atau kalian?" tanya Ares
Memakai topi baretnya, Tanya mengajak Ares pergi ke pantai setelah meninggalkan kota Coast. Setelan dress ringan berwarna putih jelas selaras dengan Ares yang mengenakan kemeja motif bunga dan celana pendek. Tanya rasa dia dan Ares sudah seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan di sekitaran pantai. Ya walau, Ares hanya menganggap itu biasa saja. Setelah di bar hari itu, sudah terhitung seminggu Tanya bersenang-senang bersama Ares tanpa memikirkan balas dendamnya. Ares hanya geleng-geleng kepala dengan permintaan Tanya yang terkadang aneh-aneh. Namun dia juga menikmati waktu berduaan mereka. "Hei, berdirilah di sana! aku akan mengambil foto dari sini." Tanya antusias meminta Ares ke tempat yang dia tunjuk. Udara segar menerpa ekspresi santai Ares ketika berjalan. Dia lalu menghadap Tanya kemudian bertanya, "Di sini?""Senyum!" Tanya sedikit berteriak mengacungkan jempolnya. Ares mereset ekspresinya kemudian membentuk bibinya sedemikian rupa dengan sabit bulan. Tanya terpana ka
13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang
Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert
PoV Tanya QuinnBeberapa bulan setelah perang berlalu... Tiada siapapun yang dapat menghentikan waktu. Ia terus melukis takdir meski beberapa manusia sepertiku enggan mengizinkannya. Dunia yang damai telah tercipta selayaknya keinginan Ares setelah mengorbankan diri. Dan, aku aman serta tetap hidup seperti harapan Ares dan kedua orang tuaku. Tanpa sadar masa-masa bersama mereka kian menjauh setiap detiknya. Sebenarnya banyak hal baik yang terjadi setelah perang berakhir. Mulai dari senyum abadi Kalista usai pernikahannya dengan Gilbert, invasi hutan yang lebih mudah, Imelda yang menemukan cintanya, hingga hal-hal kecil lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Aku sama sekali tidak membenci keadaan ini, sungguh. Senyum setiap orang semakin mudah diciptakan dan itu juga membuatku senang. Tidak ada lagi hal mengkhawatirkan yang mungkin dapat menyebabkan senyum mereka hilang. Manusia benar-benar berada di puncak kelegaan. Namun, sepertinya ada yang kurang dalam diriku. Ketakutan yang
Pertarungan dasyat di belakang bukit berhenti menggetarkan medan perang. Monster abnormal yang sebelumnya mengarah ke kota Seal berhamburan ke sembarang arah. Sedangkan monster yang dapat berubah wujud sudah dikalahkan semua. Itu semua berkat strategi Gilbert yang luar biasa. Gilbert menghela napas legas karena Ares, Tanya, dan Aaron telah berhasil mengalahkan ratu monster. Dengan begitu perang telah usai, monster yang kehilangan pemimpin mereka kehilangan persatuan mereka. Terutama monster abnormal yang tidak dapat berpikir. "Istirahat!" tegas Kalista pada Gilbert yang berusaha tidak goyah. "Aku ingin tidur," jawab Gilbert memeluk Kalista. Membuat gadis itu menahan senyum. "Tidurlah, aku akan menjagamu."Kemudian beberapa pemimpin klan berkumpul. Di antaranya ada Alex Kairi dan Jivalov Finley. Kalista agak canggung dengan keadaan dirinya dan Gilbert. Apalagi setelah Aiden Quinn menghampiri. "Apa ada hal buruk yang terjadi pada Gilbert?" tanya Aiden Quinn. Kalista sedikit menund
Wajah Ares sama persis seperti Robert ketika meninggal Tanya di bibir hutan malapetaka. Tanya merasa hatinya sangat tidak enak terasa, tetapi dia sudah mencapai batas. Tidak mungkin baginya untuk berusaha mengejar Ares yang kembali melanjutkan pertarungan. Pandangannya kian memudar dan dia merasa tidak akan bertahan di langit. "A—aron? Kau tidak apa-apa?" Tanya bertanya dengan wajah yang khawatir namun lemah. Kepala Aaron dialiri banyak darah. Sorot matanya redup tetapi senyum menampik kelegaan. Dia memeluk Tanya, sayap di punggungnya tidak lagi dapat dipertahankan. Sama seperti Tanya, remaja tersebut sudah mencapai batasnya. Kemudian dia memposisikan tubuhnya di bawah Tanya ketika mereka jatuh. Saat membentur tanah. Aaron sepenuhnya kehilangan kesadaran karena benturan yang keras. Tetapi dia sempat tersenyum karena berhasil melindungi Tanya yang berada di pelukannya saat jatuh. Untuk terakhir kali, dia senang berada di samping gadis itu. "Dia melindungiku?" Tanya berusaha mencapa
"Seni api, Inferno Dragon!" seru Aaron. Naga lava api putih berkaki empat dengan sayap membentang mengejar Akira. Menyemburkan api sepanjang pergerakan yang menghanguskan semua target. Dari awan turun air bertekanan besar, memotong sayap naga tersebut hingga jatuh. Domain Tanya muncul di ujung perpindahan Akira dan menurunkan petir hitam. Akira terbang lebih tinggi setelah terkena serangan itu, namun tubuhnya dapat kembali pulih. Aaron menyerang bersamaan dengan Tanya. Pertarungan tiga orang di langit layaknya meteor berekor. Dua di antaranya sedangan mengapit satu target.Domain Tanya mengurangi kecepatan musuh sekaligus menambah kecepatannya. Sulit dipercaya Akira tetap bergerak lebih cepat dalam keadaan tersebut. Tanya menggertakkan gigi sebab beberapa moment dia masih bergantung pada perlindungan Aaron. Pedang Tanya mengeluarkan cahaya hijau yang menjalar-jalar. Akira memotong serangan Tanya yang datang dengan gerakan memutar. Ketika Aaron hendak melayangkan tebasan tiba-tiba,
Ares yang berada sedikit di depan Aaron lebih dulu menahan gempuran serangan Akira. Lelaki itu berhasil dijatuhkan ke kabut dingin yang ada di bawah setelah beradu pukulan hebat. Kemudian Akira sadar akan pedang yang dipegang gadis di punggung Aaron, tatapannya yang dingin berubah kebencian, ia beralih menargetkan mereka. Tanya telah memasang domain ke dua untuknya dan Aaron. Kondisi sempurna serta matang itu tetap saja terasa menyulitkan. Aaron berhasil menghindari tebasan pedang beraliran petir hitam. Akan tetapi gagal menyadari pukulan telak yang menyusul kemudian. Dia tidak akan sempat untuk menggerakkan tubuh dari pukulan yang mengarah pada gadis di punggungnya.Untungnya Ares yang kembali datang dari dalam kabut cekatan mengambil pukulan itu menggunakan beberapa gerakan tubuh. Menyelamatkan Tanya sekaligus membuat Akira sepuluh langkah menjauh dari mereka. Ares lanjut menyerang dengan kekuatan serta kecepatan yang ditingkatkan. Mereka terbang ke sana kemari dengan ketinggian y
"I—itu?" Wajah Tanya serius melihat gumpalan kegelapan yang memakan banyak ruang di langit. "Aku merasakan Gilbert serta para tetua ada di dalamnya. Apa mereka bisa mengatasi ini?" lanjutnya. Aiden Quinn langsung khawatir setelah mendengar ucapan cucunya. Ketika sampai di garis paling depan mereka sudah disambangi oleh keadaan tidak mengenakan itu. Apalagi di berbagai sudut perbukitan banyak ledakan akibat pertempuran. Dan dari jalan utama menuju keluarga cabang terus keluar monster abnormal. "Cara bertarung mereka tidak buruk. Masing-masing melawan satu monster kuat. Kemenangan harusnya masih bisa dimiliki manusia," jawab Aaron. "Kau benar. Mereka pasti tidak apa-apa." Walaupun itu adalah kalimat kepercayaan atas semuanya. Tanya menyadari kalau kakeknya masih khawatir.Gumpalan kegelapan tampak bereaksi. Ledakan udara memundurkan mereka bertiga. Kemudian bola lava api biru melobangi gumpalan kegelapan itu dan jatuh ke tengah-tengah ribuan monster di pintu masuk celah bukit ke kelu
Gilbert selalu bergantung pada kemampuan domain dan ragam gerakan efisien ketika bertarung. Belum pernah memikirkan seberapa banyak takaran energi yang bisa dimasukan ke tubuh fisik. Padahal, energi yang masuk ke tubuh fisik berpengaruh terhadap kecepatan dan ketahanan tubuh seseorang. Pertarungan melawan Hiden membuat ia sadar betapa pentingnya aspek itu untuk menjadi tak terkalahkan. Apalagi setelah Ares menjelaskan kalau kekuatan utama monster adalah regenerasi super dan ketahanan tubuh. Oleh karena itu, selagi persiapan perang Gilbert terus menyempatkan diri berlatih memasukan energi roh ke tubuh fisik. Hasil latihan itu langsung dia terapkan ke pertarungan tadi. Kemenangan pasti sulit dilihat jika saja perang dimulai sebelum pengalamannya melawan Hiden. Dia dapat dikatakan sudah menutup lubang kelemahan di gaya bertarungnya yang sekarang. Mezaluna tidak main-main dengan perkataannya yang meminta Gilbert berhati-hati. Elemen kegelapan layaknya badai darinya menyebarkan suasana