"Nona harus belajar mengontrol keinginan Nona. Di masa depan, ketika aku tidak ada Nona akan menggila dan pada akhirnya melukai orang lain.""Jangan pergi dariku! Apa susahnya? Kau seorang dewa, kan? Harusnya dapat berdiri di manapun dengan mutlak," keluh Tanya tentang kata-kata Ares yang seolah tidak ingin bersamanya. "Justru karena aku dewa. Aku tidak bisa terlalu lama berada di dunia manusia," balas Ares. "Tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kalau tidak aku akan menelanmu!" ancam Tanya mengembungkan pipinya. Ares terkekeh, "Mulut Nona kan kecil? Memangnya bisa menelanku?" tanyanya.Tanya melepaskan pelakunya dan menumbuk mata Ares penuh harap. "Harus! Harus selalu ada di sampingku!" "Benar-benar tidak menerima penolakan, ya! Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang akan akan terjadi di masa depan. Aku harap dunia yang indah ini berjalan dengan baik. Pun untuk Nona," kata Ares menjabarkan doanya. "Aku harap juga begitu!""Apa Nona sudah selesai menyerap energiku? Kal
Masing-masing dari mereka yang menunggu di luar bar memegang senjata api untuk memberikan serangan sergapan. Ketika pintu terbuka dan menampilkan Ares yang berjalan santai, penjahat-penjahat tersebut menembak tanpa ampun. Peluru-peluru mereka seakan menabrak sesuatu yang sangat padat hingga lintasannya berubah. Terpental tanpa arah sebelum mencapai Ares. Pancaran hawa keberadaan Ares mendominasi tanpa ada yang menyaingi. Menyeruak dingin sementara matahari berada di titik tertingginya. Belum menyerang saja Ares sudah memberi tekanan pada lingkungan yang membuat mereka ketakutan setengah mati. Bagaimana kalau dia sudah bergerak? Mereka diminta untuk menyergap seorang putri dari klan Quinn dan satu pengawalnya. Namun, Tanya bukanlah putri tidak berguna seperti yang dikabarkan. Mereka semua harus menelan kenyataan bahwa jumlah mereka yang banyak tidak membuat kemenangan lebih mudah dilihat. Jauh dari informasi yang pimpinan penjahat berikan. "Mau aku yang maju atau kalian?" tanya Ares
Memakai topi baretnya, Tanya mengajak Ares pergi ke pantai setelah meninggalkan kota Coast. Setelan dress ringan berwarna putih jelas selaras dengan Ares yang mengenakan kemeja motif bunga dan celana pendek. Tanya rasa dia dan Ares sudah seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan di sekitaran pantai. Ya walau, Ares hanya menganggap itu biasa saja. Setelah di bar hari itu, sudah terhitung seminggu Tanya bersenang-senang bersama Ares tanpa memikirkan balas dendamnya. Ares hanya geleng-geleng kepala dengan permintaan Tanya yang terkadang aneh-aneh. Namun dia juga menikmati waktu berduaan mereka. "Hei, berdirilah di sana! aku akan mengambil foto dari sini." Tanya antusias meminta Ares ke tempat yang dia tunjuk. Udara segar menerpa ekspresi santai Ares ketika berjalan. Dia lalu menghadap Tanya kemudian bertanya, "Di sini?""Senyum!" Tanya sedikit berteriak mengacungkan jempolnya. Ares mereset ekspresinya kemudian membentuk bibinya sedemikian rupa dengan sabit bulan. Tanya terpana ka
Pengunjung yang datang dari berbagai tempat mulai membuat perkumpulan mereka di pinggir pantai. Pekerjaan itu harus berkejaran dengan rona jingga yang sebentar lagi dapat dilihat. Untungnya, Tanya mempersiapkan semua lebih awal. Dia selesai dan hanya perlu sesekali memandangi sekitar mencari keberadaan Ares yang tidak kunjung datang. Tanya mencebik tatkala tidak sengaja melihat pasangan yang saling membantu dalam pekerjaan mereka. "Dasar tukang pamer!" ketus Tanya tampak iri. Setelah itu pandangan Tanya berakhir pada beberapa lelaki yang berjalan menuju ke arahnya. Semenjak mempersiapkan barbeque dia memang merasa telah diperhatikan. Tidak berpikir mereka akan lancang mendekatinya. "Siswi dari SMA mana?" Dengan percaya diri salah satu lelaki itu bertanya. Dilihat dari wajahnya, harusnya masih kisaran usia mahasiswa. "Gadis cantik tidak seharusnya datang sendirian ke sini," lanjut lelaki tersebut. "Biar kami temani. Sendirian itu tidak baik," tambah salah satu di antara mereka deng
Suasana romantis dan hembusan angin begitu menenangkan hati orang-orang. Tanya tidak tahu perasaan hangat bisa bertahan di keadaan angin yang berhembus menyejukkan. Dia sesekali mencuri pandang pada Ares yang menikmati senja di sampingnya. Mereka berdua sudah tampak seperti sepasang kekasih yang lain. Seusai menikmati senja yang begitu memanjakan mata. Ares menyalahkan bara panggangan untuk mulai barbeque. Tanya membeli banyak bahan. Bukan hanya daging dan sosis, dia juga membeli udang, paprika, jagung dan sayur lainnya. Ares bahkan sampai terkekeh dengan banyaknya bahan yang gadis itu beli. "Aku bingung, kenapa tubuh Nona bisa tumbuh normal padahal selalu makan dengan jumlah yang tidak wajar," celetuk Ares. "Aku dulu takut akan yang namanya gemuk. Tapi setelah aku makan dan itu sama sekali tidak mempengaruhi tubuhku. Aku jadi tidak lagi menahannya. Aku harus memanfaatkan berkah tersebut," jawab Tanya. "Nona menyukai warna biru?" Ares bertanya lagi dengan pertanyaan acak. "Iya ..
Aaron tidak senang Gilbert memanggilnya pada waktu malam. Terlebih sekarang terlalu larut untuk membahas sesuatu. Tapi, tidak mungkin menolak permintaan bertemu mengingat Gilbert sudah menjadi tuannya. Mau tidak mau dengan malas dia harus datang ke tempat yang sudah diperuntukkan. "Lihatlah bulan di atas. Indah bukan?" sapa Gilbert. Aaron yang baru saja mendekat ikut mendongak ke langit berbintang. Tidak mengerti kenapa lelaki itu mengajak bertemu di tengah lapangan belakang yang luas. Hanya untuk membahas bulan? Betapa tidak pentingnya kalau memang begitu. Tapi mungkin saja kedatanganya memang hanya untuk membahas hal tidak penting tersebut. Karena setelah berkorelasi dengannya beberapa hari. Aaron tahu bahwa Gilbert adalah orang yang akan sangat melelahkan jika dijadikan teman. Gilbert tipe manusia yang akan mendapat kesenang dengan menganggu orang lain. "Hanya separuh," jawab Aaron"Menurutmu apakah ada seseorang di bumi ini yang bisa menghancurkannya?" Gilbert sekali lagi bert
Kemampuan untuk meniru kemampuan lawan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap biasa. Apalagi, Gilbert menirukan kemapuan spesial dan pedang hidup milik lawan dengan sempurna. Meskipun belum diketahui apakah pedang tiruan tersebut mempunyai kemampuan yang sama seperti pemiliknya atau tidak. Tetap saja, bisa jadi Gilbert telah setara atau bahkan melebihi kemampuan para tetua Klan Quinn. Hiden Quinn menatap langit. Karena kemampuan khas klan Quinn adalah domain. Tentu dia dapat menyimpulkan bahwa untuk meniru, Gilbert perlu menelan target ke dalam domainnya. Tapi itu sedikit sulit dimengerti, Gilbert tidak tampak menggunakan senjata hidup. Tidak mungkin meniru kemampuan spesial musuh adalah kemampuan dasar domain miliknya. "Dia membuat domain sebesar ini untuk menyontek kemampuan orang lain. Apa dia juga bisa menirukan senjata hidupku dengan mudah?" gumam Hiden Quinn serius. Seluruh area sudah berada di domain Gilbert sejak awal. Itulah alasan kenapa dia bisa meniru kemampuan Aaron. Tent
"Nona bilang harus melakukan penyelidikan. Tapi sekarang kita malah membuang waktu dan bersenang-senang seharian." Ares mengeluh karena tidak ada tanda-tanda kegiatan mereka mengarah pada penyelidikan. Bahkan, memperbincangkannya saja tidak. "Kita baru datang di kota Findara siang tadi. Tidak ada salahnya memanjakan mata terlebih dahulu. Tampak jelas kau hanya ingin cepat lepas dariku!" tuduh gadis yang duduk di sebelahnya. "Nona tahu sendiri. Ada urusan yang mesti aku selesaikan juga sebagai Dewa.""Aku masih ingin bersenang-senang!" "Kita sudah bersenang-senang di pantai sebelumnya. Jangan sampai di sini Nona mengulur-ulur waktu juga.""Iya-iya, aku sudah membelikanmu es krim. Harusnya kamu tidak merusak suasana hatiku dengan mengatakan itu." Tanya memakan es krimnya lagi dengan perasaan yang kesal. Setelah makan di restoran dan mengajak Ares ke berbagai tempat. Berakhirlah mereka duduk di bangku taman sekarang. Sebenarnya, dia memang tidak berniat mengumpulkan informasi di har