Sejak 15 menit yang lalu Tanya dan Ares sudah berada di kota Coast. Mereka turun dari mobil dan menatap bangunan besar. Ares membawa koper milik gadis tersebut sambil membuntuti dari belakang. Setelah masuk, mata Ares menjalar ke segala penjuru interior luar biasa mewah yang mengelilingi mereka. Lelaki itu tidak paham tentang apa yang diperbincangkan Tanya dengan resepsionis hotel. Tapi dia tetap menunggu dengan sabar sampai Tanya menyelesaikan pemesanan kamar. "Ayo!" ajak Tanya menuju lift. Mereka mendapat sebuah kamar di lantai tujuh. Pemandangan kota yang dihiasi kerlip lampu malam masuk di penglihatan Tanya dan Ares saat membuka gorden. Penyelidikan akan dilakukan esok hari karena mereka sudah lelah dan terlebih malam bukanlah waktu yang tepat. "Aku akan tidur di kasur. Kau tidur di bawah!" Tanya mengambil alih koper yang dibawa Ares dan bersiap akan sesuatu. "Aku akan mandi lebih dulu!" tambahnya lagi. "Apa kita akan menyelidiki kota sebesar ini?" Ares bertanya dengan raut t
"Kalau kau tidak ingin bertemu penjaga neraka lebih cepat dari seharusnya. Maka pergilah dari sini!" ancam Tanya menatap Arga, pemimpin mereka. Arga sangat berkuasa di kota ini. Sebenarnya bukan secara pribadi. Tapi keluarganya yang di cap sebagai keluarga terkaya bisa berbuat apa saja menggunakan uang. Duduk sebagai orang yang berdiri di singgasana kekuasan. Membuat Arga suka bertindak sesuka hatinya. Tapi sekarang dia hanya membawa dua pengawal, melihat dari keadaan, Billy dan Eros tidak akan bisa mengalahkan Ares. "Billy, Eros, kita pergi!" Arga pergi dangan hati yang geram dan penuh dendam. "Terima kasih, Tuan, Nona," ucap pelayan tersebut. "Aku tidak percaya mereka pergi semudah ini!" gumam Ares keheranan. Pertarungan yang sesungguhnya belum terjadi dan mereka sudah menyerah. "Dia Tuan muda Arga dari keluarga Skylar. Aku pernah dengar mereka orang yang licik. Dia pasti kembali untuk mencari aku dan kalian. Maaf sudah melibatkan kalian dalam posisi yang amat rumit," jelas pel
"Tunggu apa lagi? Serang!" perintah Arga. Semua bawahan Arga menyergap Ares seusai memasukkan energi roh mereka ke tubuh. Hanya pria bernama Dylan yang masih berdiri di tempatnya bersama Arga di sisinya. Mereka memperhatikan arus pertarungan dari jauh. Berpikir bahwa bawahan-bawahan itu sudah cukup untuk menjatuhkan Ares. Ares mematahkan tangan dan kaki mereka yang datang padanya. Bawahan Arga berteriak menahan rasa sakit yang amat ngilu di tubuh mereka. Dylan sempat goyah melihat betapa apiknya Ares dalam bergerak. Tetapi, melihat dari gerakan Ares yang tidak terlalu cepat, dia percaya diri akan menang. "Kau hebat anak muda. Tapi banyak-banyaklah mengirup oksigen karena hari ini hari terakhirmu di alam manusia! Aku berbeda dari anak buahku," imbuh Dylan merenggang badan, kemudian, dia menyerang dengan gerakan yang cepat. Ares hanya terkekeh saja. Sebaliknya, dia sama sekali tidak terganggu dengan serangan Dylan. Padahal belum menjadi ahli beladiri di tahap penyihir, Ares tidak ta
"Nona harus belajar mengontrol keinginan Nona. Di masa depan, ketika aku tidak ada Nona akan menggila dan pada akhirnya melukai orang lain.""Jangan pergi dariku! Apa susahnya? Kau seorang dewa, kan? Harusnya dapat berdiri di manapun dengan mutlak," keluh Tanya tentang kata-kata Ares yang seolah tidak ingin bersamanya. "Justru karena aku dewa. Aku tidak bisa terlalu lama berada di dunia manusia," balas Ares. "Tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kalau tidak aku akan menelanmu!" ancam Tanya mengembungkan pipinya. Ares terkekeh, "Mulut Nona kan kecil? Memangnya bisa menelanku?" tanyanya.Tanya melepaskan pelakunya dan menumbuk mata Ares penuh harap. "Harus! Harus selalu ada di sampingku!" "Benar-benar tidak menerima penolakan, ya! Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang akan akan terjadi di masa depan. Aku harap dunia yang indah ini berjalan dengan baik. Pun untuk Nona," kata Ares menjabarkan doanya. "Aku harap juga begitu!""Apa Nona sudah selesai menyerap energiku? Kal
Masing-masing dari mereka yang menunggu di luar bar memegang senjata api untuk memberikan serangan sergapan. Ketika pintu terbuka dan menampilkan Ares yang berjalan santai, penjahat-penjahat tersebut menembak tanpa ampun. Peluru-peluru mereka seakan menabrak sesuatu yang sangat padat hingga lintasannya berubah. Terpental tanpa arah sebelum mencapai Ares. Pancaran hawa keberadaan Ares mendominasi tanpa ada yang menyaingi. Menyeruak dingin sementara matahari berada di titik tertingginya. Belum menyerang saja Ares sudah memberi tekanan pada lingkungan yang membuat mereka ketakutan setengah mati. Bagaimana kalau dia sudah bergerak? Mereka diminta untuk menyergap seorang putri dari klan Quinn dan satu pengawalnya. Namun, Tanya bukanlah putri tidak berguna seperti yang dikabarkan. Mereka semua harus menelan kenyataan bahwa jumlah mereka yang banyak tidak membuat kemenangan lebih mudah dilihat. Jauh dari informasi yang pimpinan penjahat berikan. "Mau aku yang maju atau kalian?" tanya Ares
Memakai topi baretnya, Tanya mengajak Ares pergi ke pantai setelah meninggalkan kota Coast. Setelan dress ringan berwarna putih jelas selaras dengan Ares yang mengenakan kemeja motif bunga dan celana pendek. Tanya rasa dia dan Ares sudah seperti sepasang kekasih yang sedang berjalan di sekitaran pantai. Ya walau, Ares hanya menganggap itu biasa saja. Setelah di bar hari itu, sudah terhitung seminggu Tanya bersenang-senang bersama Ares tanpa memikirkan balas dendamnya. Ares hanya geleng-geleng kepala dengan permintaan Tanya yang terkadang aneh-aneh. Namun dia juga menikmati waktu berduaan mereka. "Hei, berdirilah di sana! aku akan mengambil foto dari sini." Tanya antusias meminta Ares ke tempat yang dia tunjuk. Udara segar menerpa ekspresi santai Ares ketika berjalan. Dia lalu menghadap Tanya kemudian bertanya, "Di sini?""Senyum!" Tanya sedikit berteriak mengacungkan jempolnya. Ares mereset ekspresinya kemudian membentuk bibinya sedemikian rupa dengan sabit bulan. Tanya terpana ka
Pengunjung yang datang dari berbagai tempat mulai membuat perkumpulan mereka di pinggir pantai. Pekerjaan itu harus berkejaran dengan rona jingga yang sebentar lagi dapat dilihat. Untungnya, Tanya mempersiapkan semua lebih awal. Dia selesai dan hanya perlu sesekali memandangi sekitar mencari keberadaan Ares yang tidak kunjung datang. Tanya mencebik tatkala tidak sengaja melihat pasangan yang saling membantu dalam pekerjaan mereka. "Dasar tukang pamer!" ketus Tanya tampak iri. Setelah itu pandangan Tanya berakhir pada beberapa lelaki yang berjalan menuju ke arahnya. Semenjak mempersiapkan barbeque dia memang merasa telah diperhatikan. Tidak berpikir mereka akan lancang mendekatinya. "Siswi dari SMA mana?" Dengan percaya diri salah satu lelaki itu bertanya. Dilihat dari wajahnya, harusnya masih kisaran usia mahasiswa. "Gadis cantik tidak seharusnya datang sendirian ke sini," lanjut lelaki tersebut. "Biar kami temani. Sendirian itu tidak baik," tambah salah satu di antara mereka deng
Suasana romantis dan hembusan angin begitu menenangkan hati orang-orang. Tanya tidak tahu perasaan hangat bisa bertahan di keadaan angin yang berhembus menyejukkan. Dia sesekali mencuri pandang pada Ares yang menikmati senja di sampingnya. Mereka berdua sudah tampak seperti sepasang kekasih yang lain. Seusai menikmati senja yang begitu memanjakan mata. Ares menyalahkan bara panggangan untuk mulai barbeque. Tanya membeli banyak bahan. Bukan hanya daging dan sosis, dia juga membeli udang, paprika, jagung dan sayur lainnya. Ares bahkan sampai terkekeh dengan banyaknya bahan yang gadis itu beli. "Aku bingung, kenapa tubuh Nona bisa tumbuh normal padahal selalu makan dengan jumlah yang tidak wajar," celetuk Ares. "Aku dulu takut akan yang namanya gemuk. Tapi setelah aku makan dan itu sama sekali tidak mempengaruhi tubuhku. Aku jadi tidak lagi menahannya. Aku harus memanfaatkan berkah tersebut," jawab Tanya. "Nona menyukai warna biru?" Ares bertanya lagi dengan pertanyaan acak. "Iya ..