Sudah lewat tengah malam, tetapi Hamilton masih dalam semangat yang tinggi menunggu kepulangan Aaron. Di depan panti asuhan dia bersenandung sambil sekali-kali menyeruput kopi susu. Tidak sabar akan apa yang Aaron dapat setelah menjadi juara. Harusnya, beberapa klan sudah memberikan penawaran menarik pada saudaranya tersebut. Karena camp pelatihan dari sekolahnya yang tidak membiarkan Aaron memegang telepon. Hamilton tidak dapat memberi kabar padanya bahwa Tanya masih hidup. Hamilton sempat khawatir Aaron akan sengaja mengalah dalam pertandingan, sebab, tidak adanya alasan baginya untuk menang. Tapi untungnya Aaron tetap mengambil gelar juara. Sebuah mobil hitam akhirnya datang menjawab penantian Hamilton. Meskipun demikian, dia tidak bergeming dari tempat. Mobil tersebut tidak mirip sama sekali dengan taksi, atau mobil sekolah yang mengantar seorang atlet beladiri. Mobil hitam itu mewah seperti milik pejabat atau orang yang sangat kaya. Terlintas dipikiran Hamilton bahwa itu adalah
Beberapa hari berlalu dan rapat akan segera dimulai seperti yang Tanya harapkan. Para perwakilan dan pemimpin keluarga cabang telah seluruhnya berkumpul. Menunggu pimpinan klan serta semua tetua memasuki ruangan agar rapat dapat segera dimulai. Rapat dimulai. Ada beberapa persoalan yang akan menjadi bahan diskusi. Tetapi inti yang menjadi sorotan utama rapat kali ini adalah pengajuan Hiden Quinn sebagai pimpinan klan yang baru. Serta, masalah pembantaian salah satu keluarga cabang klan mereka. Meski tidak begitu banyak yang setuju untuk menjadikan Hiden Quinn sebagai pimpinan klan selanjutnya. Mereka yang menentang hanya menelan ketidaknyamanan mereka kembali mengingat tidak adanya opsi pilihan yang lebih baik. Selanjutnya rapat beralih pembahasan, Tanya diminta menceritakan kejadian pada malam penyerangan kepada semua orang yang hadir dalam rapat. "Jadi begitu, mereka menyerang di jam tidur. Mereka juga lebih banyak menggunakan senjata api. Mereka pasti mengurangi penggunaan elem
"Apa yang kau lakukan, Ares?!" tanya Tanya. Neva terlihat senang saat Ares mengelus kepalanya pelan. Seperti seorang anak kecil yang permennya dicuri. Tanya menatap Neva penuh permusuhan."Oh, Nona, apa rapatnya sudah selesai? Aku sedang mengelus rambut Neva," jawab Ares polos. "Cepat tarik tanganmu darinya?!" Memerintah dengan keinginan yang mutlak, Tanya menghiraukan pertanyaan yang dilayangkan Ares. Ares menarik kembali tangannya. Menghentikan aktivitasnya membelai kepala gadis tersebut. Sementara itu Neva terus mematung dengan wajah semerah buah delima. Ini kali kedua Ares membelai rambutnya. Jantungnya sedang semangat-semangatnya berdetak. "Kau! Jangan jadi wanita murahan. Mudah sekali kepala disentuh laki-laki!" ejek Tanya. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya Ares pikirkan tentang sepupunya. Tapi yang jelas, perlakuan Ares pada Neva membuat hatinya sangat panas. Dia tidak ingin Ares memperhatikan gadis lain selain dirinya saja. "Apa kau bilang, hah? Wanita murahan?" Jiwa Ne
Setelah menghabiskan waktu di kedai es krim. Neva, Ares, Tanya, dan Gilbert pulang ke kediaman utama klan. Sore ini adalah pelantikan pemimpin klan baru. Paman mereka–Hiden Quinn–akan memimpin klan Quinn yang baru. "Kalian bersenang-senang tanpaku?!" teriak Yuta menyita semua pandang sepupu-sepupunya. "Kau! Hahaha, akhirnya kau sudah datang!" sapa Gilbert menghampiri Yuta dan merangkul lehernya akrab. Neva dan Ares menyusulnya, sekilas Ares memperhatikan Aaron yang berada di sisi Yuta. 'Dia kuat, mungkin segelnya akan terlepas' batin Ares lebih memperhatikan Aaron. "Apa situasi kak Neva dan kak Tanya bisa kondusif tanpaku?" tanya Yuta, garis pandangnya tertuju pada Tanya yang terpaku di dekat mobil yang sebelumnya mereka tumpangi. "Haha, tenanglah, sekarang ada Ares yang menengahi mereka!" Gilbert menjelaskan. "Kalau kakak tidak ada aku mungkin tidak akan pernah bertengkar dengan Tanya!" imbuh Neva. "Kalau aku tidak ada. Sebagai sepupu mungkin kalian akan menjadi sangat asing k
Sejak 15 menit yang lalu Tanya dan Ares sudah berada di kota Coast. Mereka turun dari mobil dan menatap bangunan besar. Ares membawa koper milik gadis tersebut sambil membuntuti dari belakang. Setelah masuk, mata Ares menjalar ke segala penjuru interior luar biasa mewah yang mengelilingi mereka. Lelaki itu tidak paham tentang apa yang diperbincangkan Tanya dengan resepsionis hotel. Tapi dia tetap menunggu dengan sabar sampai Tanya menyelesaikan pemesanan kamar. "Ayo!" ajak Tanya menuju lift. Mereka mendapat sebuah kamar di lantai tujuh. Pemandangan kota yang dihiasi kerlip lampu malam masuk di penglihatan Tanya dan Ares saat membuka gorden. Penyelidikan akan dilakukan esok hari karena mereka sudah lelah dan terlebih malam bukanlah waktu yang tepat. "Aku akan tidur di kasur. Kau tidur di bawah!" Tanya mengambil alih koper yang dibawa Ares dan bersiap akan sesuatu. "Aku akan mandi lebih dulu!" tambahnya lagi. "Apa kita akan menyelidiki kota sebesar ini?" Ares bertanya dengan raut t
"Kalau kau tidak ingin bertemu penjaga neraka lebih cepat dari seharusnya. Maka pergilah dari sini!" ancam Tanya menatap Arga, pemimpin mereka. Arga sangat berkuasa di kota ini. Sebenarnya bukan secara pribadi. Tapi keluarganya yang di cap sebagai keluarga terkaya bisa berbuat apa saja menggunakan uang. Duduk sebagai orang yang berdiri di singgasana kekuasan. Membuat Arga suka bertindak sesuka hatinya. Tapi sekarang dia hanya membawa dua pengawal, melihat dari keadaan, Billy dan Eros tidak akan bisa mengalahkan Ares. "Billy, Eros, kita pergi!" Arga pergi dangan hati yang geram dan penuh dendam. "Terima kasih, Tuan, Nona," ucap pelayan tersebut. "Aku tidak percaya mereka pergi semudah ini!" gumam Ares keheranan. Pertarungan yang sesungguhnya belum terjadi dan mereka sudah menyerah. "Dia Tuan muda Arga dari keluarga Skylar. Aku pernah dengar mereka orang yang licik. Dia pasti kembali untuk mencari aku dan kalian. Maaf sudah melibatkan kalian dalam posisi yang amat rumit," jelas pel
"Tunggu apa lagi? Serang!" perintah Arga. Semua bawahan Arga menyergap Ares seusai memasukkan energi roh mereka ke tubuh. Hanya pria bernama Dylan yang masih berdiri di tempatnya bersama Arga di sisinya. Mereka memperhatikan arus pertarungan dari jauh. Berpikir bahwa bawahan-bawahan itu sudah cukup untuk menjatuhkan Ares. Ares mematahkan tangan dan kaki mereka yang datang padanya. Bawahan Arga berteriak menahan rasa sakit yang amat ngilu di tubuh mereka. Dylan sempat goyah melihat betapa apiknya Ares dalam bergerak. Tetapi, melihat dari gerakan Ares yang tidak terlalu cepat, dia percaya diri akan menang. "Kau hebat anak muda. Tapi banyak-banyaklah mengirup oksigen karena hari ini hari terakhirmu di alam manusia! Aku berbeda dari anak buahku," imbuh Dylan merenggang badan, kemudian, dia menyerang dengan gerakan yang cepat. Ares hanya terkekeh saja. Sebaliknya, dia sama sekali tidak terganggu dengan serangan Dylan. Padahal belum menjadi ahli beladiri di tahap penyihir, Ares tidak ta
"Nona harus belajar mengontrol keinginan Nona. Di masa depan, ketika aku tidak ada Nona akan menggila dan pada akhirnya melukai orang lain.""Jangan pergi dariku! Apa susahnya? Kau seorang dewa, kan? Harusnya dapat berdiri di manapun dengan mutlak," keluh Tanya tentang kata-kata Ares yang seolah tidak ingin bersamanya. "Justru karena aku dewa. Aku tidak bisa terlalu lama berada di dunia manusia," balas Ares. "Tidak-tidak, aku tidak akan membiarkanmu pergi. Kalau tidak aku akan menelanmu!" ancam Tanya mengembungkan pipinya. Ares terkekeh, "Mulut Nona kan kecil? Memangnya bisa menelanku?" tanyanya.Tanya melepaskan pelakunya dan menumbuk mata Ares penuh harap. "Harus! Harus selalu ada di sampingku!" "Benar-benar tidak menerima penolakan, ya! Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang akan akan terjadi di masa depan. Aku harap dunia yang indah ini berjalan dengan baik. Pun untuk Nona," kata Ares menjabarkan doanya. "Aku harap juga begitu!""Apa Nona sudah selesai menyerap energiku? Kal