“Baik…. Semoga acara pernikahan kalian nantinya lancar ya dan jangan lupa untuk honeymoon di sini siapa tahu kita bertemu lagi,” goda Steff sembari tertawa yang membuat Eve mengangga dan Arsenio hanya tersenyum tipis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Mengapa orang yang baru kita kenal bisa begitu mudahnya menilai kita?” tanya Eve terkejut. “Entahlah…. Mungkin diantara kita ada chemistry yang sangat kuat sehingga membuat orang-orang menyimpulkan jika kita ini adalah sepasang kekasih yang akan menikah.” Jawab Arsenio membuat Eve semakin tersipu malu. Entah mengapa, kali ini ia merasakan jika Arsenio sudah mulai berani mengutarakan apa yang ada di hatinya. Padahal sebelumnya ia adalah cowok yang sangat dingin bahkan terlalu serius makanya membuat Eve sering merasa kesal ketika berhadapan dengannya apalagi ketika hendak bernegosiasi supaya Eve bisa pergi tanpa pengawalannya dulu. “Aku lapar, Arsenio.” Rengek Eve memegangi perutnya, sebenarnya ia belum merasa sangat lapar
Akhirnya mereka kembali makan hingga habis tak tersisa, biasanya ketika selesai makan, Eve akan langsung ke kamar dan semua yang ada di meja nantinya dibereskan oleh pembantu rumah tangga. Namun tidak untuk kali ini, Eve langsung mengambil piring, sendok, gelas lalu membawanya di wastafel. “Jangan terlalu capek, Nyonya. Biarkan pekerja yang melakukannya,” cegah Arsenio. “Aku menumpang hidup padamu dalam waktu yang lama, rasanya aku seperti tidak tahu malu jika hanya ongkang-ongkang kaki saja, biarkan aku belajar menjadi lebih baik.” Ucap Eve tersenyum menawan setelah itu mencuci bekas makan mereka berdua. “Biar saya bantu,” ucap Arsenio menawarkan diri yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya sehingga Eve merasa sangat kaget. Gelas yang berada dalam genggamannya terjatuh begitu saja sehingga menimbulkan bunyi yang sangat nyaring. Eve segera memunguti serpihan pecahan gelas dengan hati-hati namun berhubung tangannya masih ada sisa sabun jadinya terasa sangat lic
Namun sayang sekali, ketika mereka tengah menikmati suasana di perjalanan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya sehingga pakaian mereka basah kuyub. Kebetulan di depan sana ada sebuah penginapan, entah apa yang ada dalam pikirannya. Bergegas ia membelokkan motornya yang membuat Eve sempat memberontak. “Apa kamu gak merasakan jika hujan turun dengan derasnya? Pakaian kita basah apalagi perjalanan menuju rumah masih jauh. tidak ada pilihan lain lagi,” ucap Arsenio yang akhirnya membuat Eve mengalah. Memasuki penginapan yang sangat jauh berbeda dengan kelas bintang lima membuat Eve terus memperhatikan sekeliling dengan sangat detail. Ia takut jika nanti ada hewan yang hinggap di tubuhnya. “Selamat sore, selamat datang di Paris homestay, perkenalkan, saya Annabell sebagai resepsionis di sini, ada yang bisa saya bantu?” sapa resepsionis penginapan dengan ramahnya. “Kami ingin memesan dua kamar,” ucap Arsenio lalu resepsionis mengecek stok kamar yang koson
40-Eve tidak mengenali Arsenio“A-apa yang ingin kamu lakukan, Arsenio! Jangan macam-macam atau aku akan teriak!” ancam Eve ketakutan dan semakin menguatkan cengkraman selimutnya hingga dada.“Aku hanya akan mengabulkan apa yang sejak tadi ada dalam pikiranmu, Eve! Mari kita kembali bersenang-senang namun kali ini dalam keadaan sadar.” Ajak Arsenio mendekati Eve perlahan demi perlahan sembari pandangan matanya tidak terlepas dari mantan majikannya yang tengah ketakutan.Kini Eve berhasil menuju pintu, namun sayang sekali kuncinya tidak ditemukan di sana hingga kini Arsenio sudah berada di belakangnya dan memeluk erat. “Sssst…. Jangan berisik ataupun memberontak, yang ada nanti terasa sakit. Nikmatilah seperti kamu memintanya dulu,” bisik Arsenio di telinga Eve lalu mengecupnya beberapa kali. Tidak hanya itu saja, leher mulus Eve pun tidak lepas dari cumbuannya sehingga menimbulkan bekas kemerahan sebagai t
Arsenio sejak kemarin sangat sibuk dengan ponselnya sehingga membuat Eve merasa penasaran, siapa yang tengah ia hubungi? Apalagi ketika ada panggilan masuk, Arsenio bergegas menjauh darinya.Seperti halnya hari ini, beberapa kali ponsel mantan pengawalnya terus berdering yang membuat Eve ingin sekali menjawabnya, kebetulan Arsenio tengah berenang. Melihat nama kontak wanita yang tengah memanggilnya membuat Eve merasa lemas. “Siapa dia? Mengapa terus menghubungi Arsenio?” tanyanya dalam hati.Daripada terus dilanda rasa penasaran, Eve dengan lancang menjawab panggilan tersebut, “Ha-halo?” sapa Eve gugup.“Halo, ini siapa? Mana Arsenio?” tanya balik wanita di seberang sana.“Arsenio sedang berenang, ada apa?” tanya Eve memberanikan bertanya.“Siapa kamu dengan beraninya ingin tahu urusan kami, katakan padanya jika satu jam lagi aku sudah ada di bandara. Segera dijemput, jangan sampai terlambat.&rd
“Evelyn Whyle, aku adalah calon istri dari Arsenio Phoneix, pria yang telah tinggal bersama dengamu. Jika boleh jujur, aku sangat kecewa ketika tahu fakta ini, aku seperti di khianati.” Ucap wanita itu membuat Eve tercengang.“Ca-calon istri? Mengapa Arsenio tidak pernah mengatakannya kepadaku?” tanya Eve kaget.“Dia selalu menyembunyikan kehidupan pribadinya terlebih urusan asmara. Sekarang kamu sudah tahu kebenarannya kan? Wanita yang sedang berbicara denganmu adalah calon istrinya dan dengan mudahnya kamu masuk dalam kehidupan kami apalagi sampai tinggal bersama.” Jawab Evelyn tersenyum sinis.Eve tidak bisa lagi berkata-kata karena fakta yang mengejutkan ini, namun satu hal yang pasti. Ia akan segera pergi jika memang dia adalah calon istri Arsenio.“Aku hanya akan percaya jika Arsenio yang mengatakannya!” protes Eve berusaha menolak fakta ini.“Terserah, yang ada kamu semakin sakit nantinya
Melihat Arsenio kembali membawa Eve pulang membuat Evelyn sangat tidak suka, “Untuk apa kamu membawa dia kembali lagi? Sudah bagus dia pergi, dengan begitu kita bisa melanjutkan hubungan kita kembali.” Cecar Evelyn.“Hubungan kita sudah selesai dari lama, tidak ada kata balikan apalagi kesalahanmu sangatlah memalukan dan fatal. Lebih baik kamu yang pergi!” usir Arsenio.“Kamu mengusirku? Memang hubungan kalian sudah sejauh apa?” pekik Evelyn tidak terima.“Sebentar lagi kami akan menikah, jadi jangan menjadi orang ketiga dalam hubungan kami. Pergilah! Tidak ada yang memintamu untuk datang lagi! Aku sudah melupakanmu sangat lama!” ucap Arsenio sangat tegas sehingga hati Evelyn sangatlah sakit.“Me-menikah? Mudah sekali dia mengatakannya.” Batin Eve yang salah tingkah.“Cih! Jangan membohongiku supaya aku pergi dari hidupmu! Aku tidak mendapatkan informasi apapun jika kalian akan menik
Ketika tengah berjalan beberapa langkah untuk masuk rumah, ada sebuah pesan masuk dari ponselnya yang berasal dari anak buahnya. “Bos…. Segera ke markas! Situasi semakin memanas!”“Ada apalagi ini, Tuhan?” batin Arsenio hanya membaca pesan saja tanpa mau membalas, setelah itu ia bergegas menaiki mobil sport mewah limited edition untuk menuju markas barunya.Melajukan mobil dengan sangat cepat dan untungnya situasi di jalanan tengah senggang, sehingga dirinya bisa leluasa untuk menguasai jalan agar segera tiba.Brom…. Brom…. Brom…. Brom…. Suara deru mobil mewah Arsenio menandakan jika sudah tiba di markas baru.Turun dari mobil mewahnya dengan mengenakan kaca mata hitam mahal serta kaos dan celana pendek berwarna hitam, semakin menambah aura ketampanan Arsenio. Apalagi tubuhnya tinggi dan gagah belum lagi kulitnya putih bersih dengan rambut tertata rapi, hidung mancung dan bola mata b