Anak buah Abraham sudah menyelesaikan tugasnya dengan sangat baik, kini Jack terbaring lemah tak berdaya dengan sisa nafas yang dimiliki. Mereka meninggalkannya begitu saja seperti layaknya sampah.
Setelah memastikan Abraham beserta anak buahnya pergi, kini Hendro beserta petugas kepolisian lainnya memasuki ruangan untuk melihat keadaan tahanannya. Mereka sangat terkejut melihat kondisi Jack yang sangat mengenaskan, dengan segera bantuan salah satu dari mereka berlari untuk memanggil bantuan medis.
“Astaga, ini sangat keterlaluan.” Ucap Hendro merasa iba dengan tahanannya.
“Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanya salah satu bawahannya.
“Sebagai permintaan maaf karena kita tidak bisa menolognya, rawat hingga kondisinya membaik.” Jawab Hendro tidak ada pilihan lain.
“Pak, kuku di jari tangannya terlepas semua bahkan giginya ada banyak yang tanggal.” Teriak anak buah lainnya memastikan kondisi Jack masi
Hingga hampir satu bulan lamanya Jack mengalami koma, seluruh tubuhnya terpasang selang infus. Kondisi yang semakin hari tidak ada kemajuan ini pun membuat mereka yang menjadi petugas medis merasa pesimis. “Luka yang diterimanya terlalu tidak manusiawi, jadinya membuat seluruh tubuh seperti mati rasa, tapi setidaknya dia cukup kuat melewati ini semua.” Ucap suster iba. “Mengapa tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang menemani?” tanya suster lainnya yang dijawab mengangkat kedua bahu pertanda tidak tahu. “Di catatan yang waktu itu tertera jika tahanan ini merupakan mantan anak buah dari seorang mafia besar dan bisa dibilang kelas kakap, namanya Arsenio Phoenix.” Jawab temannya membuat suster tersebut terkejut. “Apa? Arsenio Phoenix?” tanya suster sekali lagi untuk memastikan. “Di catatan seperti itu, apa kamu mengenalinya?” tanya temannya penasaran. “Oh itu, ya gak mungkin lah. Cuma nama itu kan sering diberitakan telev
119-nekatnya Maya“Ada apa mencariku?” tanya Arsenio penasaran.“Masih ingat kejadian empat bulan yang lalu?” tanya Maya memastikan.“Aku tidak ingin mengingat kejadian itu. Cepat katakan ada apa!” jawab Arsenio ketus.Tidak mau banyak berbicara, Maya malah memegang tangan mantan kekasihnya.“APA-APAAN INI!” pekik Arsenio merasa risih.“Diam!” perintah Maya lalu meletakkan tangan mantan kekasihnya ke perutnya.“APA MAKSUDNYA!!” pekik Arsenio merasa hal tidak enak akan terjadi.“Bi…. Dimana suamiku?” tanya Eve yang sudah mencari Arsenio namun tidak juga ketemu.“Setahu bibi ada di luar sedang bertemu seseorang, Nyonya.” Jawab bibi membuat Eve penasaran.“Siapa orangnya?” tanya Eve memastikan namun bibi tidak mengetahuinya.Eve berjalan ke luar rumah, nampak di depan g
Arsenio terdiam cukup lama lantaran merasa syok akan berita ini, padahal masalah di dalam rumah tangganya baru saja selesai dengam baik malah kini muncul lagi masalah yang bisa dikategorikan berat.“Kenapa hanya diam? Aku butuh kejelasan serta penjelsan!” tanya Maya tidak sabar.“Kenapa baru sekarang mencari aku? Kemana saja selama ini?” tanya balik Arsenio.“Aku sudah mencarimu namun tidak menemukan jejak apapun, bahkan kartu nama yang sempat diberikan malah dulu aku buang! Makanya aku memberanikan diri menemuimu langsung di rumah.” Jawab Maya yang sudah sangat putus asa.“Aku punya satu ide untuk masalah kandunganmu itu.” Jawab Arsenio dengan wajah datar.“Apakah itu?” tanya Maya sangat penasaran.“Lebih baik kamu gugurkan saja bayi ini, sampai kapanpun aku tidak bisa menerimanya.” Jawab Arsenio tanpa merasa bersalah sedikitpun.“PLAK” suara tamparan sangat keras dilayangkan Maya di pipi putih bersih mantan kekasihnya sembari emosi di dalam dada yang sangat bergemuruh hebat. “Tega se
Di dalam perjalanan pulang, Arsenio merasa permasalahan di dalam hidupnya tidak pernah usai. Jika nanti istrinya tahu masalah ini sudah pasti akan marah besar bahkan bisa saja bercerai.Otaknya terasa penuh memikirkan masalah yang tiada hentinya sampai akhirnya ia memikirkan satu hal, “Halo…. Lagi dimana?” tanya Arsenio tengah berteleponan kepada seseorang.“Sedang ada di rumah, bagaimana?” tanya seseorang yang tengah dihubungi Arsenio.“Ada tugas untukmu,” jawab Arsenio tanpa basa-basi.“Tugas apa yang diberikan padaku?” tanya seseorang juga penasaran.“Aku akan mengirimkan satu foto wanita kepadamu, tolong urus dengan baik dan jangan sampai meninggalkan jejak sedikitpun.” Jawab Arsenio serius.“Kali ini masalahmu dengan wanita? Hei, Bro…. lawanmu kenapa jadi turun?” ejek seseorang terkekeh.“DIAM! Mau duit gak? Tinggal lakukan pekerjaan dengan baik dan terima bayarannya! Jangan banyak tanya bisa!” umpat Arsenio lalu memutus panggilan setelah itu mengirimkan foto Maya.“Apa yang haru
“Dia anak yang sangat baik, Tuan. Saya sangat bersyukur dipertemukan olehnya.” Ucap ibu itu membuat Arsenio tidak paham dengan maksudnya.“Maksudnya bagaimana? Anak itu bukan…..” tanya Arsenio terpotong.“Benar…. Arka bukanlah anak kandungku, aku menemukannya di gerobak sampah waktu saya hendak berangkat, dia masih bayi sepertinya beberapa jam baru dilahirkan, terlihat dari da-rah yang masih ada di tubuhnya waktu itu serta tali pusar yang tidak di rawat dengan baik.” Jawab Ibu itu membuat Arsenio semakin tercengang.“Sampai sekarang tidak tahu siapa orang tuanya?” tanya Arsenio memastikan dan ibu itu menggelengkan kepala pertanda tidak tahu.“Tetapi aku menyayangi Arka dengan sangat tulus seperti anak kandungku sendiri. Tuhan mungkin memang tidak mengijinkan aku merasakan kehamilan namun dengan hadirnya dia, aku merasakan menjadi seorang ibu.” Ucapnya membuat air mata yang sudah sekuat tenaga ditahan oleh Arsenio.Seketika Arsenio seperti tertampar terhadap kenyataan yang diketahuinya
“Cukup kamu kembali dengan selamat.” Jawab Eve ketus.“Baiklah, sayang…. Tunggu kedatanganku.” Ucap Arsenio lalu sambungan terputus.Baru saja panggilan istrinya berakhir, ada panggilan lagi dari orang suruhannya.“Aku sudah mengamankan target, apakah ingin menemuinya untuk terakhir kali?” tanya seseorang suruhannya membuat hati Arsenio mendadak bimbang.“Si-al!! mengapa harus berbarengan begini? Gue udah janji mau pulang!” batin Arsenio.“Halo, masih hidupkah?” sindir seseorang membuat Arsenio segera tersadar. Seketika ia menepikan mobilnya agar fokusnya tidak terbagi.“Gue lagi menepikan mobil, Maya dibawa kemana?” tanya Arsenio penasaran.Ada suara teriakan yang terdengar jelas dalam teleponnya seorang wanita tengah meminta untuk dilepaskan. “LEPASIN GUE!!!! APA MAUMU!!!! APA SALAH GUE!”“DIAM!” bentak orang suruhan Arsenio.“Target ada di gudang lama,” jawab orang suruhan Arsenio yang panggilannya langsung terputus secara sepihak.Mendengar teriakan demi teriakan mantan kekasihnya
Eve menunggu suaminya yang belum juga datang, karena penasaran, diam-diam ia mengecek dimana lokasi Arsenio saat ini, “Hah? Dimana ini? Kenapa jaraknya jauh sekali dari rumah? Arsenio sebenarnya sedang bertemu dengan siapa?” gumam Eve lalu meminta supirnya mengantarkan ke alamat sesuai lokasi terakhir suaminya.“Ini dimana, Nyonya? Kita sudah terlalu jauh.” tanya supir Eve kebingungan.“Jalan aja terus sesuai arahan saya, nanti juga ketemu jawabannya di sana.” Jawab Eve membuat supirnya hanya ikut saja.Perjalanan yang begitu jauh dan membutuhkan waktu lama membuat mereka merasa bosan, namun rasa penasarannya untuk tahu siapa yang sedang ditemui suaminya mengalahkan itu semua. Bahkan kini dirinya tidak sabar untuk segera tiba di lokasi.“Kembalikan Maya ke rumahnya dengan baik.” Perintah Arsenio membuat orang suruhannya menurut, ikatan yang berada di tangan serta kaki kini dilepaskannya sehingg
Hingga akhirnya mobil yang diikutinya berhenti di sebuah rumah dengan ukuran cukup luas. Awalnya yang keluar adalah seorang pria seumuran suaminya, perasaan Eve menjadi tenang lantaran apa yang dikatakan suaminya jika pergi karena ada urusan ternyata benar adanya. Namun ketika pintu satu lagi dibuka, nampak seorang wanita dengan wajah manis, bertubuh tinggi.Perasaan yang tadinya tenang mendadak menjadi gelisah, apa yang dirasakannya sejak tadi ternyata benar, jika suaminya memang memiliki sesuatu yang disembunyikan.Namun yang membuatnya heran adalah penampilan wanita itu nampak berantakan dengan wajah yang memasang kesedihan juga matanya sembab menandakan habis menangis.Tidak hanya itu saja, laki-laki yang mengantarkannya memebrikan amplop cokelat berukuran besar yang ketika dibuka oleh wanita itu berisi uang dengan jumlah yang banyak. Terlihat jika Maya tidak mau menerima uang itu namun terus dipaksa. “Terima uangnya atau nanti aku yang berada dalam ma