Hingga akhirnya mobil yang diikutinya berhenti di sebuah rumah dengan ukuran cukup luas. Awalnya yang keluar adalah seorang pria seumuran suaminya, perasaan Eve menjadi tenang lantaran apa yang dikatakan suaminya jika pergi karena ada urusan ternyata benar adanya. Namun ketika pintu satu lagi dibuka, nampak seorang wanita dengan wajah manis, bertubuh tinggi.
Perasaan yang tadinya tenang mendadak menjadi gelisah, apa yang dirasakannya sejak tadi ternyata benar, jika suaminya memang memiliki sesuatu yang disembunyikan.
Namun yang membuatnya heran adalah penampilan wanita itu nampak berantakan dengan wajah yang memasang kesedihan juga matanya sembab menandakan habis menangis.
Tidak hanya itu saja, laki-laki yang mengantarkannya memebrikan amplop cokelat berukuran besar yang ketika dibuka oleh wanita itu berisi uang dengan jumlah yang banyak. Terlihat jika Maya tidak mau menerima uang itu namun terus dipaksa. “Terima uangnya atau nanti aku yang berada dalam ma
“Perasaanku kenapa masih gundah begini? Apa yang diucapkan Kemal tadi seolah menutupi sesuatu. Apa aku harus ke rumah perempuan itu dan meminta menjelaskan semuanya?” batin Eve.Pikirannya terus terngiang ucapan demi ucapan pria yang bernama Kemal, seolah sikap tersinggungnya menunjukkan ketidaknyaman atas apa yang ditanyakannya.“Pak, ke rumah wanita tadi, sekarang.” Perintah Eve agar hatinya ketika pulang nanti merasa lega.Setidaknya jika ada keributan dengan suaminya, ia memiliki alasan kuat.Sedangkan kini Arsenio tengah gelisah lantaran isi chat dari Kemal perihal istrinya yang tiba-tiba datang ke sana bahkan sampai membuntuti. “Sejak kapan Eve mengikutiku diam-diam?” batinnya yang terus membuatnya semakin tidak tenang hingga akhirnya memilih menghubungi istrinya untuk menjelaskan semua ini.“Halo….” Sapa Eve.“Kamu ada dimana? Aku ada di rumah malah pergi.&rdqu
Tiba di rumah, Eve disambut oleh tangisan bayinya serta raut wajah tidak menyenangkan suaminya. “Habis darimana?” tanya Arsenio ketus.“Sudah aku katakan jika ini masalah perempuan, tidak semua urusanku harus kamu ketahui!” jawab Eve semakin ketus.“Sejak kapan memiliki pemikiran seperti itu, Eve?” tanya Arsenio tersinggung.“Sejak kamu menyembunyikan banyak hal dariku, termasuk pertemuan tadi.” Jawab Eve membuat suaminya mengernyitkan dahi.“Apa maksudmu?” tanya Arsenio penasaran.“Siapa wanita itu? Ada hubungan apa diantara kalian?” tuduh Eve menatap tajam.“Wanita siapa? Hubungan apa?” tanya Arsenio tidak mengerti.“Wanita yang tadi ikut ketemu denganmu, namanya Maya. Siapa dia?” sindir Eve.“Ma-maya?? Siapa Maya? Aku gak kenal, jangan asal tuduh!” jawab Arsenio gugup.“Kenapa jawabanmu seperti itu? Mencur
“Jangan ungkit masalah yang sudah selesai, meskipun tidur berdua namun tes menunjukkan jika bayi itu adalah anak kandungmu! Jangan memutar balik keadaan! Jika aku tidak mendengarnya langsung, juga tidak akan mengatakan itu! Bentuk tanggung jawab karena apa sampai kamu mengirimkan sejumlah uang dan memberikan kartu kredit, bahkan kamu meminta orang itu untuk pergi sejauh mungkin agar kamu bisa hidup tenang. Sebenarnya apa yang sedang kamu sembunyikan dariku? Siapa orang yang baru saja teleponan denganmu?” cecar Eve tidak bisa menahan emosinya namun sebisa mungkin tidak ikut marah seperti suaminya.“Cepat bilang! Aku butuh penjelasan!!” ucap Eve karena geram suaminya memilih diam.“APALAGI YANG HARUS AKU JELASKAN! TIDAK ADA RAHASIA YANG AKU SEMBUNYIKAN DARIMU!! JANGAN TERUS MENUDUH TANPA BUKTI! AKU TELEPON DENGAN SESEORANG PERIHAL PEKERJAAN!!! JANGAN SEMAKIN MEMBUAT PIKIRANKU TAMBAH PUSING! KELUARLAH!” bentak Arsenio mengusir istrinya.
“Mumpung Eve ada di rumah papah, apa aku menemui Maya untuk memintanya segera pergi dari kota ini? Aku tidak mau semuanya terbongkar.” Gumam Arsenio memiliki firasat tidak enak.Firasat yang seharusnya menjadi antisipasi jika nantinya terjadi hal yang tidak diinginkan, malah membuatnya tetap nekat menemui mantan kekasihnya. “May….” Panggilnya melalui gerbang rumah Maya.Maya yang kebetulan tengah menyiram tanaman pun merasa terkejut, “Buat apa datang ke sini? Aku tidak mau jika di cap ingkar janji!”“Ada hal penting yang harus kita bahas sekarang juga.” Jawab Arsenio sangat serius.“Apa lagi?” tanya Maya penasaran lalu membiarkan mantan kekasihnya masuk.“Kamu harus pergi sekarang juga, akan aku berikan berapapun yang kamu minta.” Pinta Arsenio.“Apa?? Aku sudah bilang tidak akan pergi dari sini dan berjanji menjauhimu!” tolak Maya.“Kali ini tolong turutui keinginanku.” Pinta Arsenio.“Tidak akan! Jangan memaksa orang untuk menuruti semua keinginanmu!” tolak Maya bersikeras.Arsenio
Langkahnya terasa berat meninggalkan Maya sendirian di sini, ada perasaan sangat bersalah dalam dirinya karena merasa tidak bisa tegas menghadapi masalah ini. Namun semua demi kebaikan bersama, hubungan rumah tangganya baru saja membaik. Ia tidak mau timbul percikan masalah lagi.Setelah memastikan jika kondisi aman, kini Arsenio mengendarai mobil mewahnya menuju rumah ayahnya.“Ada Arsenio di apartemen Sky Luxurious tepatnya di lantai enam belas bersama seorang wanita.” Ucap seseorang yang diam-diam mengintai Arsenio dari kejauhan.“Siapa wanita yang sedang kamu sembunyikan itu, Arsenio?” gumam Abraham mengepalkan kedua tangannya.“Terus pantau keduanya, jangan sampai lengah!” perintah Abraham melalui sambungan telepon setelah itu terputus secara sepihak.Eve terus menerus menghubunginya namun tidak ada niatan untuk menjawab meskipun itu hanya sekali. “Maaf, bukann
“Siapapun dia, aku harus segera menemukannya! Sepertinya kali ini masalahnya tidaklah biasa, terlihat sekali Arsenio menyembuyikannya dengan sangat rapi!” batin Eve menahan air matanya agar tidak tumpah.Sedangkan di satu sisi Abraham mendapat kabar dari anak buahnya, “Saya sudah mendapatkan informasi mengenai perempuan yang tengah disembunyikan oleh anak anda, Bos.”“Segera beritahu!” jawab Abraham sudah tidak sabar.“Wanita yang ada di apartemen anak anda adalah mantan kekasihnya, Bos.” Jawab anak buahnya yang bernama Alex.“APA!!! BUAT APA DIA MEMBAWANYA UNTUK TINGGAL DI SANA?” Pekik Abraham kaget.“Saya kurang tau pasti, Bos, tapi info yang saya dapat. Wanita itu akan tinggal dalam waktu yang cukup lama.” Jawab Alex.“SEBENTAR LAGI SAYA KE SANA!” pekik Abraham lalu memutus panggilannya dan bersiap menuju apartemen anaknya.
Maya tidak langsung menjawab, tangisannya semakin kencang karena tidak kuasa untuk mengatakan semua ini.“Cepat bilang! Saya tidak butuh tangisanmu!” gertak Abraham.“Baik. Saya akan mengatakan apa yang sudah terjadi, tapi sebelumnya, saya mohon, jangan limpahkan semua kesalahan kepada saya.” Pinta Maya yang membuat Abraham semakin dilanda penasaran.“Segera katakan!” pekik Abraham.“Saat ini saya tengah berbadan dua, dan yang menjadi ayah dari anak ini adalah anak kandung anda, Arsenio Phoenix.” Jawab Maya tidak berani menatap Abraham.“APA!!! TIDAK MUNGKIN ANAK SAYA MENGKHIANATI ISTRINYA!!! JANGAN EMNGAKU-NGAKU! SAYA TAU BAGAIMANA ANAK SAYA!” bentak Abraham sangat terkejut hingga dadanya terasa sesak sekali.“Jika anda tidak percaya, silahkan saja karena itu hak anda. Untuk membuat anda merasa yakin, silahkan tanyakan ini kepada Arsenio, jika dia berani membohongi anda dan jawabannya tidak sama dengan saya ini, saya siap anda beri hukuman!” tantang Maya semakin menambah sesak di dad
Tanpa basa-basi, ayahnya menampar pipi anaknya dengan kencang hingga ada bekas kemerahan. “PLAK….. PLAK…..”“PAPAH MALU PUNYA ANAK SEPERTIMU!!!” bentak Abraham terlihat jelas sorot amarahnya.“Apa maksud Papah?” tanya Arsenio tidak terima diperlakukan seperti ini.“Anak siapa yang tengah dikandungnya? Jelaskan! Mengapa juga kamu menyembunyikannya di sini!” cecar Abraham sembari menunjuk Maya.“Aku gak tau maksud Papah!” protes Arsenio tidak mengakui.“Jelaskan dengan sejujurnya atau Papah akan panggilkan Eve ke sini juga!” ancam ayahnya sudah tidak bisa menahan amarah lagi bahkan dadanya sudah semakin sesak, untuk bernafas pun sulit. “Antar Papah ke rumah sakit, segera!” perintah Arsenio panik melihat kondisi ayahnya.“Jelaskan semuanya! Jangan jadi pria pecundang yang menghindar dari masalah!” pekik Abraham.“Papah mau penjelasan apa? Biar aku yang menyelesaikan semuanya dengan baik!” tanya Arsenio tidak nyaman.“Menyelesaikan dengan baik bukan meminta pergi juga mengugurkan kandun