Tanpa basa-basi, ayahnya menampar pipi anaknya dengan kencang hingga ada bekas kemerahan. “PLAK….. PLAK…..”“PAPAH MALU PUNYA ANAK SEPERTIMU!!!” bentak Abraham terlihat jelas sorot amarahnya.“Apa maksud Papah?” tanya Arsenio tidak terima diperlakukan seperti ini.“Anak siapa yang tengah dikandungnya? Jelaskan! Mengapa juga kamu menyembunyikannya di sini!” cecar Abraham sembari menunjuk Maya.“Aku gak tau maksud Papah!” protes Arsenio tidak mengakui.“Jelaskan dengan sejujurnya atau Papah akan panggilkan Eve ke sini juga!” ancam ayahnya sudah tidak bisa menahan amarah lagi bahkan dadanya sudah semakin sesak, untuk bernafas pun sulit. “Antar Papah ke rumah sakit, segera!” perintah Arsenio panik melihat kondisi ayahnya.“Jelaskan semuanya! Jangan jadi pria pecundang yang menghindar dari masalah!” pekik Abraham.“Papah mau penjelasan apa? Biar aku yang menyelesaikan semuanya dengan baik!” tanya Arsenio tidak nyaman.“Menyelesaikan dengan baik bukan meminta pergi juga mengugurkan kandun
Tiba di rumah sakit, Eve segera memastikan kondisi ayah mertuanya. Ketika mengetahui jika tengah kritis bahkan alat yang dipasang di tubuh pun tidak mendapat respon, semakin membuatnya merasa terpuruk. “Kenapa kejadiannya bertubi-tubi seperti ini, Tuhan. Bagaimana bisa aku menghadapinya?” gumam Eve sembari berderai air mata bahkan anak buah Abraham yang melihatnya juga ikut sedih.“Andai nyonya tau jika penyebab semua ini karena ulah suaminya, sudah pasti kesedihannya akan bertambah bahkan malah yang ada pertengkaran hebat pun terjadi.” Batin Max sembari menatap Eve dengan penuh iba.Kondisi ayah mertuanya yang semakin memburuk membuat pikirannya menjadi kacau, bahkan firasat buruk tertanam di dalam hatinya yang sulit sekali untuk dicegah.Supirnya kembali mengingatkan jika masih ada hal yang harus segera diselesaikan, yang kini membuat Eve baru menyadarinya. “Astaga aku sampai lupa akan hal itu.” Gumamnya menepuk jidat.“Max…. dimana Arsenio? Apakah dia sudah tau masalah ini?” tanya
Belum juga ibunda Maya dipanggil, sudah lebih dulu menemui mereka dengan tatapan yang sangat lesu. “Anda siapa, Nyonya? Mengapa tadi saya mendengar anda menyebut nama Maya?”“Saya Eve Giannita Phoenix, kedatangan kemari sengaja ingin berbincang dengan anak anda.” Jawab Eve memperkenalkan diri, sedangkan ibunya Maya mendengar nama belakang tamunya adalah Phoenix, seperti teringat dengan sesuatu.“Phoenix?” gumamnya lirih namun masih bisa didengar oleh Eve.“Ya…. Arsenio Phoenix, lebih tepatnya, dia suami sah saya. Apa anda mengenalnya?” tanya Eve memastikan dengan perasaan yang sebenarnya sudah tidak karuan.“Nama itu sama seperti mantan anak saya bahkan orang itu yang beberapa waktu lalu membawa Maya entah kemana,” jawab ibunya Maya membuat Eve seketika lemas mengetahui fakta yang baru saja didengarnya secara langsung.Sedangkan Bram yang mendengar kejujuran ibunya May
“Tidak ada apa-apa dengan anak saya namun saat ini Maya tengah mengandung.” Jawab ibunya Maya semakin membuat Eve lemas.“Darimana anda tau?” tanya Eve memastikan.“Maya sendiri yang mengatakannya bahkan ketika periksa hamil, saya sering menemani.” Jawab ibunya Maya membuat Eve berlinang air mata.“Apa ini penyebab Arsenio sampai segitunya menyembunyikan mantan kekasihnya?” tebak Eve yang entah bagaimana perasaanya jika apa yang dipikirkan beneran kenyataan.“Mengapa kamu memilih bungkam, Bram? Apa karena dia majikanmu? Orang yang menggajimu?” sindir Eve tersenyum sinis.“Bukan begitu, Nyonya. Saya memang diajak ke sini namun hanya sampai mobil saja, setelah itu saya tidak tahu urusan apa yang tengah mereka bahas. Itu di luar job desk saya,” jawab Bram membuat Eve sangat kesal.Dengan menatap tajam, Eve memerintah Bram untuk ikut pulang bersamanya. Sedangka
“Hanya memastikan saja jika saat ini suamiku tidak sedang berbohong untuk membela mantannya.” Sindir Eve.“Kamu ini kenapa sih, Sayang? Tidak ada wanita lain. Jangan seolah menggiring opini jika aku menyembunyikan anak orang darimu,” protes Arsenio.“Tidak masalah jika menolak memberitahu dimana lokasi Maya saat ini, namun ada satu hal lagi yang ingin aku bahas.” Ucap Eve semakin membuat penasaran.“Apalagi, Sayang?” tanya Arsenio semakin berdebar.“Ibunya Maya mengatakan jika anaknya tengah hamil, apakah ayah dari anak itu adalah kamu?” tanya Eve yang sebenarnya sangat sakit menanyakan ini namun jika tidak bertanya, yang ada ia akan terjebak dalam pikirannya sendiri.Arsenio yang mendengar hal itu merasa sangat kaget, rupanya oang tua Maya sudah terlalu jauh memberi informasi dan hal ini sangat membahayakan rumah tangganya.“Apa? Aku malah baru tau jika Maya hamil.” Jaw
Ketika hendak berbalik badan, ia dikejutkan dengan sosok istrinya yang tengah menangis dalam diam sembari menggendong bayi. “Sayang…. Sejak kapan ada di sini?”“Sejak kalian berbincang tadi!” jawab Eve dengan tatapan penuh amarah.“APA?” pekik Arsenio terkejut.“Jadi apa yang dikatakan ibunya mantan kamu itu semuanya benar bahkan sampai kehamilan yang tengah terjadi padanya itu juga benar?” cecar Eve terus berlinang air mata.“Aku…. Aku tidak melakukan itu. Lagian ibunya apa mengatakan jika aku ini ayah dari anak yang tengah dikandung Maya?” tanya Arsenio memastikan.“Belum mengatakan siapa ayahnya karena aku keburu pulang! Namun aku yakin ada sesuatu yang besar tengah kamu sembumyikan! Katakan sekarang juga agar semuanya jelas atau nanti kebenaran yang datang dengan sendirinya bersama kehancuranmu!” ancam Eve.“Aku tidak akan mengatakan apapun
“Jika memang benar mencintai istrimu, lepaskan masa lalumu apapun itu yang tengah terjadi padanya! Sampai kapanpun Papah tidak akan sudi menerimanya.” Jawab Abraham dengan sangat tegas yang membuat Eve melototkan matanya.“Ada apa ini? Siapa wanita masa lalu yang tengah dimaksud? Maya?” tebak Eve.“Jadi, kamu sudah mengetahuinya, Eve?” tanya Abraham memastikan.“Tau, Pah…. Eve pernah menghampiri rumahnya untuk menanyakan ada hubungan apa dengan Arsenio, sampai akhirnya ibunya Maya yang menjelaskan semuanya.” Jawab Eve dengan suara bergetar.“Kurang ajar! Istrimu sudah tau mengapa masih saja kamu pertahankan, Arsenio!” umpat Abraham geram. Dadanya mulai terasa sesak lagi.“Eve hanya tau jika diantara aku dengan Maya hanya mantan kekasih bahkan beberapa waktu lalu mengantarkannya untuk mencari pekerjaan.” Jawab Arsenio membela diri.“Mengantarkan pekerjaan ata
“Pah!! Mengapa tega mengatakan semua ini kepadanya? Aku kecewa sama Papah!” ucap Arsenio.“Justru Papah lebih kecewa daripada kamu! Sejujurnya malu sekali harus mengatakan aibmu namun jika terus dibiarkan, kasihan istrimu!!!” umpat Abraham.“Apa yang dikatakan Papah sangat benar! Jika menunggu kejujuranmu mungkin butuh waktu yang sangat lama atau bisa saja tidak akan terjadi! Aku tidak hanya kecewa tapi juga sakit bahkan marah sekali denganmu!!! Hal yang sedang kamu sembunyikan merupakan masalah besar!” pekik Eve setelah memulihkan kesadarannya kembali.“Aku minta maaf…. Aku janji akan menyelesaikan semuanya dengan baik tapi tolong beri aku waktu.” Pinta Arsenio memohon.“Menyelesaikan bagaimana? Dengan menikahinya?” cecar Eve.“Aku tidak akan menikahinya dan tidak akan terjadi pernikahan kedua!” bantah Arsenio.“Egois sekali!!!” sindir Eve.&ld