Untungnya Emilly mampu memotivasi Abraham supaya tidak ada salahnya mencoba, “Jangan pesimis dulu atuh, Aa, orang tuaku saja berhasil kamu luluhkan, masak orang tua sendiri gak bisa, ayo sama-sama kita saling meyakinkan diri ke orang tua Aa,” ucap Emilly terdengar sangat menyemangati Abraham sehingga dirinya memiliki keyakinan untuk meminta restu.
Akhir pekan, Abraham mengajak Emilly bertemu dengan orang tuanya. Tentu saja Emilly merasa gugup karena ini pertama kali bagi dirinya berkenalan dengan keluarga Abraham.
Abraham dan Emilly memutuskan untuk naik pesawat saja supaya memangkas waktu dan tidak terlalu kecapekan dalam perjalanan.
Tiba di mansion Abraham, mata Emilly sama sekali tidak bisa lepas dari rasa kagum bagaimana mewahnya rumah calon suaminya ini. Mendadak, Emilly merasa pesimis apakah nantinya kedua orang tua Abraham merestui mereka ketika nanti mengetahui jika Emilly tidak sebanding dengan Abrah
Setelah itu, mereka mengobrol ringan sembari memakan hidangan yang sudah tersedia di meja. Tak hanya itu saja, mereka juga makan bersama sebelum pulang.“Jika mulai besok sudah tinggal di sini, itu artinya, antara aku dengan Emilly akan tidur dalam satu ranjang?” batin Abraham tersenyum sendiri membayangkan itu.Sedangkan ayahnya tengah mengirim pesan ke seseorang. “Cari informasi secara valid! Siapa yang sudah memberitahu ayahnya Emilly-Sammuel White perihal latar belakang Abraham!”“Siap, Bos.” Jawab orang suruhan Abrisam setelah itu ponsel mahalnya kembali ia masukkan dalam saku celana.Suasana sempat hening lantaran tidak ada obrolan yang terjadi diantara keduanya, sampai akhirnya Abrisam menanyakan hal yang masih mengganjal di hatinya. “Apa kamu tidak mencurigai calon mertuamu?” tanya Abrisam ingin mengetahui jawaban anaknya.&
“Mengapa calon besan bisa melupakan sesama besannya?” sindir Sammuel membuat Abrisam segera membuka mata lantaran kaget. Padahal, dirinya dengan Sammuel belum pernah saling bertukar nomor. Lalu, darimana dia mendapatkannya?“Pasti anda sedang berpikir darimana saya dengan mudahnya mendapatkan nomor ponsel anda, apa anda lupa jika saya ini calon mertua dari Abrisam? Saya memita darinya.” Ucap Sammuel membuat Abrisam semakin overthingking dengan calon besannya itu.“Baiklah, anggap saja begitu. Lalu apa tujuan anda menghubungi saya? Hal apa yang ingin dibahas?” tanya Abrisam penasaran.“Ini bukan perihal pernikahan anak-anak kita, melainkan urusan diantara kita yang sebentar lagi akan menjadi besan. Saya harap, jangan lagi ingin mencari tahu siapa saya melalui orang lain. Saya adalah apa yang kalian kenal saat ini, bagaimana saya dahulunya, biarlah menjadi masa lalu saya tanpa harus kalian mengetahuinya. Saya hanya ingin m
“Jadi benar jika kakekmu adalah Sammy Van Deer White?” tanya Abrisam memastikan.“Ya, benar sekali. Bahkan saya tahu betul siapa kakekmu jauh sebelum anda mengenal siapa keluargaku.” Jawab Samuel dengan tenangnya.“Perihal Harvey? Apakah dia yang membackingmu selama ini sehingga tidak ada yang bisa menembus informasi apapun tentangmu. Bahkan dia juga yang sudah memberitahu jika aku sedang mencari informasi tentangmu. Aku sungguh terkejut dengan semua ini, rupanya, Harvey yang menjadi salah satu orang kepercayaanku ternyata menusukku dari belakang!” ucap Abrisam dengan penuh penekanan.“Saya tahu jika Harvey bekerja untukmu. Selagi dia tidak menyinggung keluarganya sendiri, maka saya biarkan.” Jawab Sammuel sembari tersenyum tipis.Brak!!! Suara gebrakan meja yang sangat kencang membuat suasana yang tengah hening menjadi tegang. Abrisam merasa selama ini dibodohi oleh anak buahnya
Tidak puas jika usahanya hanya ada di tanah kelahirannya, Abraham berniat melebarkan sayap ke berbagai provinsi hingga luar negeri. Perlahan namun pasti, semua kini sudah terbukti, Abraham kini membawahi beberapa negara yang bekerja sama dengan dirinya.Hingga ada suatu hari, dimana Abraham tengah mengunjungi usahanya yang berada di wilayah Bandung, Jawa Barat, ada sosok wanita biasa dengan penampilan sederhana namun sangat terlihat menarik yang sukses mencuri perhatiannya, apalagi tatapan mata wanita itu sangat meneduhkan hati Abraham.Karena penasaran, akhirnya Abraham mencari tahu siapa wanita itu melalui orang suruhannya. Setelah mendapat informasi yang valid, akhirnya Abraham memberanikan diri untuk mendekati pujaan hatinya itu.Kebetulan mereka bertemu lagi di persimpangan jalan, yang dimana wanita itu tengah menyebrang sambil membawa belanjaan seperti habis dari pasar.“Neng, ayo Aa antar,” ucap Abraham menawarkan diri set
“Abraham, apakah kamu yakin ingin menjadikan kekasihmu itu menjadi pendamping hidup? Apakah keputusanmu sudah bulat?” tanya Abrisam memastikan ketika mereka berdua tengah berada di halaman belakang sembari memandang kolam ikan yang sangat luas.“Tentu saja. Namanya Emilly, Pah. Dia gadis yang berbeda dari kebanyakan, yang aku butuhkan dalam mencari seorang istri ada di dalam dirinya. Anak rumahan, penyabar, lemah lembut, tidak silau dengan harta serta kekuasaan apalagi bisa membuka pola pikirku jika hidup tidak selamanya tentang uang.” Jawab Abraham dengan antusiasnya.“Tumben sekali kamu memperkenalkan wanita sampai segininya. Baiklah, beritahu kekasihmu jika besok kami akan datang.” Ucap Abrisam membuat Abraham bergembira.Dengan penuh semangat, ia menghubungi Emilly perihal ini. Tentu saja mereka berdua menyambutnya dengan sangat bahagia, persiapan pun segera dilakukan oleh kedua belah pihak untuk acara ini.
Setelah mengatakan itu, kini Harvey memesan taksi online untuk mengantarkannya ke rumah saudaranya, Sammuel White yang berada di desa. Ia harus tahu apa saja yang dikatakan saudaranya itu kepada tuannya sehingga bisa semarah ini.“Aku sudah meninggalkan keluargaku sendiri sejak aku masih remaja. Semenjak itu, Tuan Abrisam Phoenix-lah yang merawatku dan menjadikan aku menjadi pribadi yang sangat kuat seperti saat ini, apakah pantas jika aku pergi dengan keadaan membuatnya terluka dan kecewa? Semua harus segera diluruskan. Jika aku nantinya tetap tidak diterima bekerja di sana lagi, setidaknya nanti ketika aku benar-benar keluar, nama baikku masih tetap terkenang.” Batin Harvey dengan wajah sedih.Supir taksi yang melihat dari spion bekas luka dan darah yang sudah mengering, merasa ngeri sendiri. “Apakah anda baik-baik saja, Tuan? Sepertinya luka anda cukup serius, saya takut nantinya akan infeksi.” Tanya supir taksi de
Pagi hari, Abraham dikejutkan dengan sosok Harvey yang berada di sini apalagi wajah tampannya membekas lebam akibat sebuah pukulan. “Harvey? Ada apa kamu ke sini? Apa Papah yang memintamu?” tanya Abraham Phoenix terkejut.“Selamat pagi, Tuan muda. Saya ke sini karena keinginan saya sendiri, Tuan.” Sapa Harvey.“Lalu wajah kamu? Apa yang sudah terjadi?” tanya Abrisam khawatir.“Saya kemarin berkelahi dengan preman ketika hendak masuk ke kampung ini, Tuan. Jangan anda risaukan, luka ini tidak seberapa. Bagaimana kabar anda, Tuan?” tanya balik Harvey mengalihkan obrolan.“Ba-baik…. Kamu serius tidak apa-apa? Apakah sudah bertemu dengan calon mertua saya? Siapa tahu kamu diperbolehkan tinggal di sini lebih lama sembari menemaniku.” Tanya Abraham.“Sudah, Tuan. Saya memang akan tinggal sementara di sini namun untuk hari ini, antara saya dengan calon mertua anda akan pergi ke suatu tempat.” Jawab Harvey membuat Abrisam curiga.“Kalian pergi bersama? Berarti kalian saling mengenal?” tanya Ab
“Apakah saya tidak salah mendengarnya? Harvey sudah menghalangi informan terpercaya saya supaya tidak mendapatkan informasi apapun tentangmu sedangkan anda dengan leluasanya bisa mengakses latar belakang anak saya, apa itu adil? Bahkan…. Orang yang saya rawat sejak kecil supaya memiliki pola pemikiran tentang hidup yang baik dan terarah malah dengan teganya mengkhianati orang yang sudah mengangkat derajatnya. Apakah saya tidak berhak kecewa? Apakah saya salah menuduhnya dengan mengatakan dia mata-mata? Semua orang yang berada di pihakku pasti akan melakukan dan memiliki pemikiran yang sama.” Jawab Abrisam dengan lugasnya.“Saya tahu jika posisi saya menghalangi informasi itu salah namun percayalah jika tujuan saya sangat baik. Perihal darimana tahu latar belakang Tuan Abraham, sumpah…. Saya tidak pernah memberitahukannya, Tuan.” Ucap Harvey memberanikan diri.“Apa yang dikatakan Harvey benar, saya mengetahui informasi mengena
“Kami sadar diri makanya tidak mau memakai uang yang bukan menjadi hak ku! Sebelum kami pergi, ijinkanlah untuk bertemu dengan Justin. Dimana dia?” ucap Joanna sembari menahan pedih di dadanya.“Buat apa mencari anakku? Ingin kembali padanya supaya uang lima miliar ini kembali padamu?” sindir Eve.“Bukan! Saya ingin mengucapkan salam perpisahan karena mau bagaimana pun juga pertemuan awal kami secara baik-baik, setidaknya berpisah juga baik-baik.” Jawab Joanna sangat dewasa.“Justin tidak ada di rumah ini, setelah kejadian itu. Kami sepakat membawanya ke RSJ agar mendapat penanganan yang baik.” Ucap Arsenio membuat terkejut semua.“Kenapa harus mengatakan itu pada mereka! Bikin malu saja! Turun harga diri kita” bisik Eve di telinga suaminya namun masih bisa terdengar oleh Maya juga Joanna.“Apa alasan kalian dengan tega membawa dia ke sana?” tanya Joanna penasaran.&ldqu
“Terus rencana kalian apa? Aku bisa bantu bagaimana, mbak?” tanya Meta ingin tau.“Semnetara ijinkan kami tinggal di sini karena tidak mungkin terus tinggal di sana, aku gak mau anak buah Justin berbuat hal yang lebih nekat lagi. Waktu kita berhasil kabur saja Justin sangat marah dan mengamuk.” Jawab Maya.“Baiklah kalau begitu, kalian boleh tinggal di sini selama mungkin. Nanti akan aku carikan rumah yang sekiranya aman. Memang ya keluarga Arsenio sejak dulu selalu menganggu dan meresahkan saja bisanya!!!! Sudah cukup bagi kalian untuk mengalah, waktunya melawan namun tidak dengan berhadapan langsung.” Ucap Meta ikut geram.“Kamu benar, jika semisal masih tinggal di sektar sini kurang aman. Aku nantinya akan membawa Joanna tinggal di luar negeri saja,” jawab Maya sudah mempertimbangkan sangat jauh dan dengan baik.“Bu, tinggal di luar negeri butuh biaya yang besar. Apa kita mampu? Joanna juga baru saj
Setelah tiba di rumah, kini mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk mengemasi barang yang sekiranya perlu juga penting. Maya tidak membawa banyak barang, karena yang penting baginya adalah pakaian, alat merajut, surat berharga dan juga uang yang tersimpan di brankas.Sedangkan Joanna tidak bisa untuk memilah barang untuk nantinya di tinggal, baginya semua sangat penting. “Jika semuanya di bawa, bagaimana nanti mengangkutnya?”“Joanna, apakah sudah selesai?” tanya Maya sembari mengetuk pintu.“Belum, Bu…. Masuklah,” jawabnya dari dalam kamar.Maya yang melihat banyaknya barang yang akan dibawa merasa heran, “Semua ini akan kamu bawa? Kita nantinya naik taksi.”“Habisnya bingung mau memilah yang mana, semua penting.” Jawab Joanna garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.“Pemberian dari Justin jangan ada satu pun yang dibawa!” tegur Maya.“I-iya,
“Aku sebenarnya terpaksa, Justin. Aku di sini ketakutan, jika terus menerus melawan, yang ada nanti kamu serta anak buahmu akan berbuat nekat kepadaku.” Jawab Joanna berlinang air mata.“Jadi, sudah tidak ada rasa sayangmu kepadaku, Joanna? Janji yang sudah pernah kita rangkai dengan indah kini menguap begitu saja dalam hidupmu?” tanya Justin dengan wajah sendu.“Perasaan itu aku yakin akan terkikis dengan sendirinya jika kita berdua sama-sama bertekad untuk menerima takdir yang ada. Perihal janji serta impian yang pernah dirangkai bersama, anggap saja sebuah angin lalu yang tidak pernah terjadi.” Jawab Joanna terpaksa mengatakan ini agar Justin sadar.“CUKUP! AKU BENCI MENDENGARNYA! KALIAN SEMUA JAHAT! JIKA MAUMU BEGITU, MARI KITA MA-TI BERSAMA AGAR TIDAK ADA PRIA LAIN YANG MEMILIKIMU!” pekik Justin berhasil menarik Joanna berada dalam pelukannya lalu ia merogoh saku celananya yang ternyata ada pisau
“TIDAK ADA KATA BAIK-BAIK SAJA JIKA SUDAH MASUK TINDAKAN KRIMINAL! JIKA POSISINYA YANG MENJADI KORBAN ADALAH ANAKMU, APA BAKAL TETAP INGIN BAIK-BAIK SAJA, HA? AKU ORANG TUA DARI JOANNA! RASA KHAWATIR JUGA KETAKUTANKU SANGAT BESAR! JIKA MEMANG KAMU MEMILIKI JIWA NALURI SEORANG IBU SEHARUSNYA MENGERTI!” Bnetak Maya lalu berlari ke kamar yang ada di sana untuk mencari keberadaan Joanna.“Tante! Jangan asal masuk ruangan orang!” tegur Justin geram. Ingin mencegah, namun sayangnya kini Joanna melihat ibunya ada di sini.“I-ibu….” Panggil Joanna yang sedang di rias dan sudah menggunakan gaun pernikahan. Air matanya langsung berlinang dengan deras ketika mengetahui ada ibunya di sini.“Joanna…. Kenapa akhirnya kamu menerima ajakan dia untuk menikah?” tanya Maya kecewa, air matanya tak kalah mengalir dengan deras.“Joanna terpaksa, Bu! Justin terus memaksaku bahkan sampai tega menculikku di sini
Kini Joanna sudah berada di kamarnya. Tidak berselang lama Justin pun juga sudah kembali.Salah satu anak buahnya segera memberikan laporan kepadanya. “Tadi nona hampir kabur melalui kamar mandi, bos.”“APA???” pekik Justin seketika emosi.“JOANNAAAAA………” Teriak Justin yang sangat menggema seluruh ruangan terlebih saat ini kamarnya tengah terbuka.“Mampus…. Ketahuan deh!” batinnya gugup.Terdengar suara langkah semakin berjalan mendekat ke kamar, perasaannya pun semakin berdegup kencang karena harus mempersiapkan diri dengan amukan Justin.“Joanna… apa benar kamu mau coba-coba kabur?” tanya Justin mengintimidasi.“Apaan sih, gak ada aku punya niatan seperti itu!” bantah Joanna memasang wajah kesal.“Tadi salah satu anak buahku mengatakan kalau kamu mau mencoba kabur.” Jawab Justin dengan menatap t
Sedangkan di markas, Justin tengah menanti kabar anak buahnya sembari memastikan Joanna makan dengan baik agar tidak sakit. “Ayo makan dulu, sayang…. Ini tidak ada racunnya.”“Aku tidak sudi makan! Lebih baik ma-ti ketimbang menikah dengan saudara sendiri!” tolak Joanna mentah-mentah.“Rupanya kamu suka sekali dipaksa ya, jadi gemas!” sindir Justin lalu memaksa mulut Joanna agar terbuka.Tok… tok…. Tok…. Suara ketukan pintu menghentikan aksi Justin. “MASUK!” teriaknya emosi.“Bos, kami sudah menemukan penghulu yang bersedia menikahkan kalian berdua besok pagi pukul tujuh.” Jawab Alex membuat senyum di bibir Justin mengembang dengan sempurna. Emosi yang tadi mendidih kini sirna seketika.“Kerja bagus, segera persiapkan semuanya. Dekor ruangan depan dengan sangat cantik.” Perintah Justin membuat Joanna tidak habis pikir.Setelah an
Dengan beberapa kali mengatur nafas supaya lebih tenang namun rupanya tidak bisa, jawaban mantan kekasihnya terus terngiang hingga membuat hatinya sakit. Akhirnya, ia tidak mau berbicara dengan cara baik-baik.“Bela terus anak kesayanganmu itu yang kamu besarkan dengan penuh kemewahan juga kasih sayang dan manja! Yang harus kamu tau, Joanna juga anak kamu!!! Aku mendapatkan informasi terebut dari pihak kepolisian! Tadi siang anakku diculik oleh geng motor, setelah ditelusuri ketuanya adalah Justin! Berulang kali aku sudah menghubunginya namun tidak aktif, makanya terpaksa aku menghubungimu!!!! Percaya tidak percaya, tolong selamatkan Joanna!! Sebelum kejadian penculikan ini, dia sempat bertemu dengan anakmu di kafe, di sana mereka berdebar hebat lantaran Joanna menolak keras permintaan anakmu yang menginginkan untuk mengajak kawin lari! Dalam pikirannya, mereka bukan saudara serahim jadi sah untuk menikah!” pekik Maya tidak bisa menahan emosin
“Carikan penghulu sekitar sini, besok saya akan menikah dengan Joanna.” Perintah Justin kepada anak buahnya.“Apa tidak terlalu cepat, bos?” tanya anak buahnya bernama Alex.“Siapa kamu beraninya mengatur saya!” jawab Justin emosi.“Bu-bukan begitu, Bos… menikah juga perlu saksi.” Jawab Alex memberitahu.“Kalian semua besok menjadi saksi pernikahanku dengan Joanna, tidak masalah jika menikah siri terlebih dahulu, yang terpenting dia menjadi milikku seutuhnya.” Jawab Justin keras kepala.Anak buahnya tidak berani membantah lagi, akhirnya saat itu juga mereka mencari informasi apakah ada penghulu yang bersedia menikahkan Justin dan Joanna besok.“Keinginan orang kaya memang meresahakan, menculik wanita demi ingin menikahinya. Mengapa tidak meminta secara langsung kepada orang tuanya?” tanya Alex tidak habis pikir.“Mungkin pihak keluarga perempuan