Sudah hampir satu minggu mereka berlibur menghabiskan waktu di negara j banyak sekali tempat yang mereka kunjungi, baik berdua saja maupun berempat.
Tempat wisata, wahana museum sampai tempat kuliner pun mereka kunjungi, Melati dan Hafsa sangat puas sekali dan tentu saja mereka berdua sangat senang dan momen ini akan terus melekat diingatan mereka.Dan Melati yang merasa sangat beruntung karena dia jadi ikutan kecipratan liburan padahal dia hanya pelayan hanya karena dia sahabat dari Hafsa yang kini menjadi majikannya.Eh tapi memang sebelum jadi nona mereka berdua kan sudah bertemu dan berteman jadi mungkin wajar jika Melati jadi diistimewakan.Sudah tak terasa waktu bergulir begitu cepat ingin rasanya menghentikan waktu supaya liburan ini terasa semakin lama tapi itu tidak mungkin karena hidup pun terus berjalan.Dan hari ini hari terakhir mereka dinegara j, Elang menyuruh Hafsa untuk berbelanja sesuka hatinya membeli apapun yang dia ma"Lepaskan mereka." kata Elang memerintah dengan tegas."Tapi tuan..""Aku mengenal mereka, kembalikan mereka masuk ke toko itu." perintah Elang.Lalu mereka pun kembali masuk ke toko tadi."Kak, kenapa kita masuk kesini lagi?" tanya Hafsa menunduk."Tidak apa-apa, aku hanya ingin memberi tahu pada mereka siapa dirimu dan jangan tundukkan kepalamu kecuali padaku kau mengerti." kata Elang serius tatapannya lurus ke depan."Emm... iya." dan Hafsa menurut meski malu tapi dia harus mendengarkan nasehat suaminya."Permisi tuan, ada yang bisa kami bantu." sapa pelayan yang pertama bertemu Hafsa dan Melati tadi dengan senyuman yang ramah pada Elang dan Rey.Sedetik kemudian pelayan itu terkejut karena dua wanita yang mereka usir kembali lagi bahkan bersama pria yang disapanya."Pak, bapak belum usir mereka." tanya pelayan itu dengan ketus pada security.Saat security ingin menjawab langsung dicegat ole
"Mel, sepertinya mereka mau menghampiri kita." Kata Hafsa melihat manager dan pegawai itu berjalan mendekat ke arahnya."Mereka mau kenalan mungkin." jawab Melati asal."Ah kau ini aku tidak becanda.""Lagian kau tanya aku, ya mana ku tau.""Nona, maafkan kami, kami salah kami tidak tau kalau nona istri dari tuan Elang maaf nona." ucap manager itu sambil menunduk diikuti pegawainya.Hafsa dan Melati tentu saja bingung pasalnya orang itu berbicara bahasanya dan meminta maaf."Untuk apa meminta maaf." kata Hafsa merasa heran."Karena pegawai ku telah menuduh pencuri dan aku mewakilkan dia untuk meminta maaf padamu. Aku mohon nona maafkan kami."Hafsa merasa kasihan melihat tatapan serius dari mereka yang meminta maaf dengan tulus."Iya tidak apa-apa aku maafkan, lagi pula aku juga salah karena aku tidak mengerti bahasa kalian." jawab Hafsa tersenyum.Manager dan pegawai itu tersenyum cerah."
"Kak Elang kenapa aku tidak bisa-bisa? susah sekali sih!" ucap Hafsa kesal karena bola basketnya tidak masuk-masuk padahal jaraknya dekat.Elang tersenyum menahan tawa melihat istrinya yang kesusahan."Bagaimana mau masuk cara melempar bolanya saja sudah salah." jawab Elang."Lalu bagaimana yang benar? kau diam saja ihh!". Hafsa merajuk membuat Elang gemas."Baiklah, lihat aku!" kemudian Elang menunjukkan cara bermain bola basket sampai masuk ke gawang.Baru lemparan pertama saja sudah masuk dengan sempurna."Wah... hebat sekali." Hafsa memuji Elang sambil bertepuk tangan."Ini belum seberapa." kata Elang sombong, kemudian dia menunjukkan skill melempar bola nya dengan menggunakan satu tangan, wajah menghadap ke depan dan lainnya dan semua itu bolanya masuk sehingga Hafsa mendapatkan kartu poin banyak sekali."Wahh... kak Elang lihat kita dapat banyak tapi sepertinya ini masih kurang untuk mendapatkan itu." kata
Akhirnya hari ini mereka kembali ke negara asal di Indonesia, saat turun dari bandara mereka langsung di jemput oleh para pengawal Elang mereka dijemput dua mobil untuk tuan nya dan sekretaris Rey."Mari nona, silahkan masuk!" pengawal itu meminta dengan sopan.Hafsa mengangguk merasa tersanjung diperlakukan seperti itu padahal dulunya dia adalah seorang pelayan seperti mereka.Memang takdir seseorang itu tidak ada yang tau yang hanya harus kita lakukan adalah tetap bersyukur dan berbuat baik.Hafsa pun masuk mobil diikuti Elang di sampingnya begitu juga dengan Rey dan Melati.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman rumah besar nyonya Sinta.*****Karena hari ini kepulangan liburan anak dan menantunya Sinta sang ibu sudah mempersiapkan penyambutan untuk mereka, Sinta juga sudah mempersiapkan makan siang istimewa untuk mereka dan Sinta berharap dari liburan ini dia mendapat kabar baik dari anaknya.Pi
Sinta memasuki ruang kerja Elang, saat masuk di lihatnya anaknya sedang berkutat dengan laptop. Saking fokusnya sampai tak menyadari jika ibunya datang.Sinta berjalan perlahan mendekati Elang yang sedang menyapa layar laptop."Elang." panggil Sinta lembut."Ya Bu ada apa?" Elang langsung menyahut tanpa melihat."Kau fokus sekali nak! kenapa tidak menyapa ibu?" ucap Sinta agar perhatian anaknya teralihkan."Maaf Bu, bukannya aku tidak ingin menyapa tapi memang aku sedang sibuk." akhirnya Elang menjawab sambil melihat."Kau ini Elang memang seperti almarhum ayahmu." Sinta berucap sambil duduk di depan meja Elang.Elang tak menjawab hanya mendesah pelan."Elang, apa kau sudah siap untuk memasuki perusahaan?". tanya Sinta menatap serius anaknya.Elang menghentikan aktifitasnya lalu menatap ibunya dengan serius pula."Iya Bu, aku siap. Aku juga kasihan jika tanggung jawab ini di pikul oleh Rey send
Hafsa dan Melati menjadi gugup saat di tanya seperti itu, lalu muncullah ide di otak Hafsa."Em.. kita ke rumah sakit dulu aku ingin menengok teman yang sedang sakit di sana." kata Hafsa menyikut lengan Melati."Iya ke rumah sakit." Melati membenarkan."Baik nona."Mereka pun menuju rumah sakit terdekat, awalnya Galang menanyakan rumah sakit mana tapi karena Hafsa dan Melati tadi hanya beralasan jadi dia juga asal menyebut nama rumah sakit nya.Dan sekarang mereka sampai di rumah sakit yang disebut Hafsa."Kau tunggu di sini yah tidak perlu masuk." ucap Hafsa pada Galang."Tunggu nona." Galang menahan sebelum mereka keluar."Ada apa?" tanya Hafsa gugup."Maaf nona jika saya lancang, apa nona tidak membawa apa-apa untuk teman nona.?" pertanyaan Galang membuat Hafsa dan Melati serasa menjadi orang yang bodoh.Mereka berdua saling pandang menyadari kebodohannya."Oh iya, aku lupa tapi nanti ki
Elang cemas sambil menyentuh perutnya, "Hah, perutku buncit."Saat di pegang ternyata buncit sedikit tapi tetap saja itu membuatnya cemas."Ini gara-gara kau, aku di suruh makan sisa mu." kata Elang menuding Hafsa."Kenapa kau menyalahkanku? kau juga yang mau kan." balas Hafsa sewot."Hah.. aku harus berolahraga malam ini." kata Elang kemudian."Malam-malam olahraga, kayak tidak ada besok saja." ujar Hafsa tidak mengerti jenis olahraga yang dimaksud Elang.Elang tersenyum miring, "Aku tidak ingin besok, aku ingin malam ini dan itu juga di lakukan bersamamu.""Aku tidak mau untuk apa aku olahraga malam lebih baik tidur." Hafsa masih belum menyadari."Olahraga ini selain menyehatkan juga sangat nikmat dan membuat ketagihan apalagi dengan suaranya." Elang berbisik dengan suara paraunya.Hafsa melongo baru menyadari ternyata olahraga yang di maksud adalah olahraga intim."Eh.. Kak Elang boleh tidak
"Apa kau masih tidak mengerti? apa kau bodoh? haruskah aku mengulangi kata-kata ku lagi." kata Elang tersenyum."Tapi kau mau denganku selamanya, kenapa?" tanya Hafsa karena untuk apa bersama selamanya jika tidak ada rasa cinta sama sekali."Kenapa kau bertanya?, tentu saja aku mau.""Tapi kenapa? bukannya kau tidak men..." Hafsa tidak melanjutkan ucapannya karena Elang telah meletakkan jari telunjuknya di bibir Hafsa."Apa kau ingin aku mengatakan sesuatu untukmu tentang cinta." ucap Elang dengan wajah yang sangat dekat.Hafsa hanya mengangguk dia sangat terpesona dengan ketampanan wajah suaminya."Apa kau mencintaiku?" Elang malah bertanya pada Hafsa yang sudah pasti tau jawabannya."Iya, aku mencintaimu dan kau?""Aku juga... " Elang malah menjeda ucapannya dan membuat Hafsa penasaran."Kau tidak sabar sekali."Hafsa mendesah merasa kesal karena Elang malah mengerjainya.Elang terke