Lalu Rey melihat ke lemari Melati yang tertutup rapat dia mendekati, untungnya lemari pakaiannya tidak di kunci jadi dia membukanya dan terlihatlah pakaian Melati yang masih tersimpan rapi didalamnya, tas besar pun masih ada lalu apa yang di bawa Melati untuk pulang kampung.
Dia mendengar bahwa Melati dijemput dadakan oleh calonnya yang artinya tidak membawa apa-apa namun yang dia heran adalah kenapa bisa Melati mau menikah dengan orang lain sedangkan dirinya pernah bilang bahwa Melati menyukainya.Namun juga ada yang janggal, hatinya berkata bahwa Melati tidak mungkin seperti itu dia pun mencari kembali sesuatu yang menguatkan dirinya bahwa Melati hanya mempermainkannya.Rey menemukan sebuah buku yang terselip di bawah bantal lalu mengambilnya. Buku yang disampul berwarna pink bercorak volkadot dihiasi pita di pinggirnya sehingga membuat kesan manis pada pemiliknya bahkan Rey saja sampai tersenyum melihatnya.Tanpa berkata dia membuka lembaran pDi sebuah ruangan yang begitu luas didekorasi dengan sangat indah bernuansa manly sangat terkesan karismatik.Disebuah ranjang king size nampak tertidur seorang wanita dengan sangat nyaman di baluti selimut tebal yang halus menambah kesan tenang untuk merilekskan tubuh.Dan disampingnya seorang pria tengah duduk sambil memandangi wanita yang sedang tertidur itu.Pria itu terus tersenyum sambil memandangi wajah ayu nan manis milik wanita itu karena wajah wanita itu terarah padanya.Beberapa menit kemudian wanita itu menggeliat dengan menampakkan senyum alami sehingga membuat pria yang memandanginya semakin terpesona."Kau sudah bangun cantik." ucap pria itu.Wanita itu terkesiap diam saat mengenali suara pria asing namun bukan suaminya lalu diapun menoleh dan semakin terkejut."Satria.""Iya sayang ini aku Satria." ternyata pria itu Satria, dia mendekati wanita itu yang tak lain adalah Hafsa istri Elang Rahardian
Satria memundurkan wajahnya, lalu dia menggelengkan kepalanya. Hafsa beringsut mundur dan duduk ditepian ranjang merasa bingung dengan tingkah Satria yang sekarang seperti orang tidak waras.Tapi di balik itu Satria seperti menyembunyikan sesuatu yang tentu saja Hafsa tidak tau."Aaakkk" Satria berteriak kencang sambil menjambak rambutnya.Karena Satria terus begitu membuat Hafsa merasa kasihan dengan mengumpulkan keberaniannya Hafsa bangun dan mendekati Satria dia takut kalau Satria menyakiti dirinya sendiri."Satria, kau kenapa? sudah jangan menyakiti dirimu sendiri." ucap Hafsa mencoba mengambil tangan Satria dari rambutnya.Tapi Satria tidak mengindahkan dia terus berteriak. Hafsa menjadi bingung, apa yang harus dia lakukan."Satria, kau kenapa lihat aku Sat." Hafsa terus mencoba supaya Satria berhenti.Kali ini Satria merespon dia berhenti lalu menatap Hafsa dengan tatapan sendu. Hafsa balas menatap dengan berlinang
Hafsa bersungut-sungut didalam kamar mandi karena dirinya gagal menggoda Elang."Sialan, kenapa susah sekali menggodanya? padahal sudah semua hal aku lakukan." tambahnya terus bersungut tiada henti sambil memandang cermin.Ya Elang malam itu memang tidak menyentuh Hafsa sama sekali karena dia merasa tidak nyaman dengan Hafsa sekarang apalagi jika perempuan itu yang mulai duluan, entah mengapa Elang merasa ilfil belum lagi aroma tubuh yang berbeda darinya.Jangan salah meski Elang buta tapi dia bisa membedakan sifat seseorang melalu aroma tubuh dan cara bicaranya jadi sebelum Elang memastikan sesuatu dia tidak ingin menyentuh Hafsa.Jadi dia beralasan lelah malam ini dan memilih lebih cepat tidur, alhasil Hafsa sangat kesal malam itu."Kau ini, aku kira kau sudah menaklukan pria tampan yang buta ini tapi ternyata kau tetap tidak berguna. cihh mukamu saja jelek begini mana bisa kau menaklukannya. Hem.. kenapa juga aku harus memakai wajahmu
Rey dan Elang sudah sampai dirumah sakit, mereka disambut dengan para jajaran dokter ahli berbagai medis, karena tau tuan muda Elang Rahardian hari ini akan dioperasi maka seluruh pihak rumah sakit telah menyiapkan segalanya yang terbaik tidak ingin ada satu kesalahan pun karena mereka tau siapa itu tuan muda Elang."Sudah disiapkan semuanya." tanya Elang pada sahabatnya Ziyan yang berdiri menyambut paling depan."Sudah tuan, dan tuan tinggal mempersiapkan diri." jawab Ziyan sopan."Baiklah Rey, segera saja dilakukan sekarang aku tidak mau menunda lagi." perintahnya pada Rey."Baik tuan." jawab Rey tegas."Ayo ikuti saya tuan." kata Rey lagi berjalan mendahului Elang diikuti oleh Ziyan dan beberapa dokter yang lain."Tuan, apakah aku harus memerintah nyonya dan Nona untuk datang kesini saja sekarang." tanya Rey di sela-sela jalan."Tidak perlu, kabari mereka jika operasi telah berhasil di lakukan aku tidak ingin membuat
Hafsa yang didalamnya Sesil memasuki ruangan dimana ruangan itu terdapat pakaian serta alat-alat yang lain seperti tas, sepatu dan aksesoris.Hafsa memandang takjub tiada henti, pandangannya sama seperti pandangan mata para wanita yang haus akan belanja yang tidak puas jika hanya memiliki satu saja."Wah.. ini semua milikku!" ucapnya penuh mata berbinar serta senyum yang lebar.Dia mengelilingi sambil tangannya menyentuh dinding kaca itu.Tadi pagi dia memang tidak sempat untuk melihatnya dikarenakan Elang terus memanggilnya padahal dia sudah penasaran dari tadi."Jika tidak dapat orangnya, uangnya juga tidak apa-apa." ucapnya lagi tersenyum sumringah.*****Operasi sudah berjalan sesuai rencana, membutuhkan waktu beberapa jam Rey masih setia menunggu padahal dia ingin memastikan sesuatu yang sedari tadi terus mengganjal di hatinya.Nyonya Sinta juga Hafsa palsu sudah ada disana juga, mereka dijemput saat operasi Ela
Elang kini sedang duduk matanya masih diperban dan kini siap untuk dibuka ditemani dengan dokter Ziyan, Sinta dan juga Hafsa.Rey tidak ada karena Rey pergi mendadak dengan urusannya jika Elang tau sudah pasti Elang akan marah."Elang, kau sudah siap untuk melihat dunia barumu lagi." kata Ziyan menginstruksi."Aku siap." jawab Elang mantap.Sinta dan Hafsa menunggu dengan harap-harap cemas.Lalu Ziyan membuka perban dan memutarnya sampai perban itu habis setelah itu dia membuka perban kembali yang menutupi kedua matanya, satu-satu Ziyan mengambilnya dengan sangat hati-hati setelah itu terlihatlah mata yang masih menutup sempurna."Elang sekarang buka matamu pelan-pelan."Kemudian Elang menuruti perintah Ziyan untuk membuka mata pelan-pelan, samar-samar sebelum terlihat jelas Elang melihat cahaya dan bayangan manusia. Lama kelamaan menjadi padat dan yang pertama dia lihat adalah ibunya Sinta."Ibu..!" panggil Elang.
Disaat hati sedang gelisah hanya orang tersayang yang ada di benak kita dimana pun dia berada, seperti sekarang Hafsa selalu larut dalam memikirkan Elang dia benar-benar sangat merindukan lelaki itu namun ada lagi yang paling dia pikirkan yaitu keberadaan Melati.Apakah benar itu Melati? saat sedang berfikir tiba-tiba pintu terbuka membuat dia terlonjak kaget."Satria." ternyata yang masuk Satria dengan membawa nampan yang berisi makan dan minum."Hafsa, makanlah." ucap Satria dia mengambil kursi dan duduk di hadapan Hafsa."Iya." Hafsa menerimanya, namun belum langsung ia makan karena Satria masih di situ."Kenapa tidak kau makan?" tanya Satria."Kenapa kau juga masih di sini?" Hafsa malah balik bertanya membuat Satria menghela nafas sambil bersandar."Aku hanya ingin memastikan makanan itu masuk kedalam perutmu." kata Satria dengan tersenyum."Apa kau tidak percaya aku tidak akan memakannya." ujar Hafsa menant
Elang memutuskan untuk keluar dari rumah sakit secepatnya dia tidak sabar ingin memberikan hukuman pada orang yang menyamar menjadi istrinya.Pintu gerbang terbuka lebar, Elang pulang bersama supir karena Rey sedang menjalankan tugas jadi Rey tidak ikut pulang bersama Elang.Didepan pintu utama Elang sudah disambut dengan Sinta, Sesil yang masih menyerupai Hafsa kepala pelayan berikut para pelayan dan para pengawal.Mereka ingin menyambut bahagia kedatangan tuan muda yang sekarang sudah bisa melihat."Selamat datang tuan muda." sambut para semua orang dengan ramah.Elang hanya mengangguk, berjalan mendekati Sesil."Apa kau merindukanku?" tanya Elang dengan suara baritonnya, wajahnya yang semakin tampan iya condongkan pada Sesil yang membuat gadis itu tersenyum sumringah.Begitu pula Sinta yang bahagia karena anaknya tidak lagi menyueki istrinya akhir-akhir ini."Emm.. iya." jawab Sesil menunduk malu diikuti pula pelayan perempuan lain yang menden
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu