"Elang, kamu tau nak! Ibu ini sudah tua Ibu ingin sekali menimang cucu." ucap nyonya Sinta memelas sambil duduk dikursi sofa samping meja kerja Elang.Hafsa ikut duduk disamping mertuanya saat mertuanya duduk."Bu, kata siapa Ibu sudah tua, Ibu itu masih muda cantik lagi dan Ibu juga masih bisa menikah lagi." kata Hafsa asal membuat nyonya Sinta dan Elang mengerutkan kening dan terdiam."Kenapa? memang benar kan." kata Hafsa heran melihat keduanya."Apa Ibu mau menikah lagi?" tanya Elang."Tidak.untuk apa?" jawab ibunya singkat."Untuk mengusir rasa kesepian Ibu sekaligus membuat adik untukku." ucap Elang begitu saja membuat Hafsa menahan senyumnya."Mempunyai adik lagi, memangnya kau tidak malu di usiamu yang sudah tua ini punya adik kecil." balas nyonya Sinta kesal, ingin punya cucu malah disuruh menikah lagi dan buat adik memangnya mudah apaHafsa kini bukan menahan senyum tapi sudah menahan tawa melihat perdebatan ibu dan anak itu."Apa? aku tua." ulang Elang tidak terima."Ya kau
"Hafsa." panggil Sinta pada menantunya yang sedang berjalan hendak kembali ke kamarnya."Ibu, iya Bu ada apa?" sambil menoleh Hafsa menjawab."Kamu ikut Ibu kekamar yuk!" ajak Sinta."Mau apa bu?""Sudah jangan banyak tanya ikut saja." tanpa menunggu jawaban menantunya Sinta menggaet tangan Hafsa menuju kamarnya.Tak berapa lama Sinta membuka pintu yang berukiran emas murni dan terbentanglah ruangan cantik, megah dan elegant khas Nyonya Sinta.Dan baru kali ini Hafsa memasuki kamar mamah mertuanya karena tidak ada satu orangpun yang boleh memasuki kamar sang nyonya selain asisten pribadinya dan pelayan pribadi bahkan anaknya pun tidak pernah memasuki kamar ibunya dari semenjak dia menginjak remaja."Wah... kamar Ibu bagus sekali, aku kira hanya kamar Elang yang bagus tapi ini lebih bagus." Hafsa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada kamar mertuanya. Matanya terus saja berbinar menampakkan keindahannya."Ayo nak, ikut Ibu!". Sinta hanya tersenyum melihat tingkah menantunya dan men
"Hai....!" sapa temannya yang tidak lain adalah Dewi bersama putranya Satria dengan merentangkan tangan."Hai...!" Sinta berbalik berbalas menyapa dan merentangkan tangan juga kemudian mereka cipika cipiki sambil berpelukan."Sudah lama sekali tidak bertemu." ucap Dewi melepas pelukan."Iya, aku rindu padamu. Bagaimana kabarmu?" balas Sinta tersenyum lebar."Aku baik, aku selalu menunggumu dan kau pergi tidak bilang-bilang.""Iya maaf yah aku perginya mendadak, habis keadaan darurat.""Iya aku maklum tapi... aku senang loh aku diundang makam malam olehmu.""Kau ini sudah pasti kau diundang kau kan sahabatku.""Emm... aku terharu."Kemudian Dewi memeluk lagi."Sudahlah kau ini seperti anak kecil saja." kata Sinta terkekeh."Ehem..!" sebuah deheman membuyarkan drama dua wanita paruh baya itu."Eh sampai lupa aku membawa anak bujang." ucap Sinta terkekeh sendiri."Eh Satria, maaf yah tante jadi mengabaikanmu." sambung Sinta menatap Satria."Iya tante tidak apa-apa! aku maklum kok, dua wan
"Waw... menantumu cantik sekali Sin." kata Dewi memuji Hafsa."Iya cantik sekali." kata Satria tanpa sadar keluar dari mulutnya.Mendengar itu Elang langsung bereaksi."Rey, antarkan aku pada istriku.""Baik tuan." Rey langsung mendorong kursi roda Elang menuju Hafsa.Dan Satria tersenyum melihat kesigapan Elang yang terlihat cemburu."Wah dua pria tampan itu menghampiri kita sa." kata Melati sudah cengengesan."Iya! tampan sekali dia tapi sayang dia bukan milikku." balas Hafsa melihat kedua pria itu yang semakin dekat."Hey, dia sudah menjadi suamimu kau lupa." reflek Melati menepuk lengan Hafsa."Suami kontrak." bisik Hafsa."Nanti juga tidak.""Semoga saja.""Apa yang kalian bisikkan?" tanya Elang saat sudah dekat."Tidak ada tuan, hanya saja nona bilang tuan sangat tampan." kilah Melati tersenyum, sedangkan Hafsa kaget dengan pernyataan sahabatnya, dia langsung mencubit lengan Melati."Aww.. apa sih!" kata Melati pura-pura kesal."Kau yang apa? kenapa malah bicara omong kosong." ba
"Waw.. Melati kau memasak apa? sepertinya aku baru melihatnya." tanya Sinta pada Melati saat melihat hidangan spesial ini benar-benar berbeda.Masakan yang disuguhkan oleh Melati memang hanya masakan khas Nusantara namun di tata sedemikian rupa hingga seperti masakan mewah khas restoran mahal.Melati dari kecil memang hobi sekali dalam memasak hingga dewasa dia selalu membuat inovasi dan berkreasi jika berkesempatan memasak.Maka dari itu waktu dia pertama kali diterima dalam bagian memasak dia sangat senang sekali dia berfikir karena bekerja ditempat orang kaya pasti fasilitas dalam memasak sudah pasti memadai.Dia juga bercita-cita ingin mempunyai restoran sendiri dan menjadi chef nya sendiri."Ini masakan khas Padang nyonya ada rendang, ayam goreng kremes, paru, sambal ijo daun singkong dan sayur nangka. Aku buatnya setulus hati loh nyonya, nyonya pasti suka" jawab Melati tersenyum bangga, dia memang pintar memasak tradisional berhubung dia pernah bekerja di restoran Padang jadi ini
"Terimakasih Sinta karena kau sudah mengundang kami, kami sangat menikmati sekali." ucap Dewi didepan pintu keluar bersama Satria ditemani Sinta, Hafsa dan Elang.Karena acara makan malam itu telah selesai, meski sedikit terjadi insiden obrolan yang tidak mengenakan namun makanannya mampu membuat suasana menjadi mood kembali.Dan kini Dewi dan Satria memutuskan untuk pulang setelah berbincang-bincang sebentar."Iya sama-sama aku senang sekali karena kalian mau datang." jawab Sinta"Aku yang sangat senang karena kau masih ingat dengan kami." kata Dewi"Sudah pasti aku ingat, kau kan sahabatku." Sinta tersenyum menjawabnya."Ya sudah ini sudah malam, kami pulang yah sekali lagi terimakasih." papar Dewi mengulang kembali."Iya besok kalau aku ada waktu aku akan mampir ke butikmu." Sinta menawarkan diri."Boleh, aku tunggu!" Balas Dewi senang."Baiklah ini sudah malam, kami pamit yah!" lanjutnya mengakhiri
'Ya Allah tolonglah aku malam ini, kenapa perasaanku mendadak menjadi tidak enak.' batin Hafsa bergejolak karena sejak tadi jantungnya selalu berdebar."Kenapa kau malah berdiri saja? cepat bantu aku lepaskan ini." perintah Elang karena tidak mendengar pergerakan istrinya.'Kenapa dia tambah manja sekarang? membuat kesal saja.' lagi-lagi Hafsa menggerutu dalam hati."Iya tuan." mau tak mau Hafsa harus menuruti perintah dari suaminya.Dia mendekat kemudian melepas kancing kemeja satu persatu."Tuan, bukannya ini mudah tuan bisa melepasnya sendiri kan." cicit Hafsa tak menatap Elang.Elang tersenyum kecil kemudian mengangakat dagu Hafsa untuk menghadapnya."Memangnya kenapa jika aku menyuruh istriku sendiri yang melakukannya." ucap Elang tiba-tiba nafasnya terdengar memburu.Dia kemudian menyentuh bibir tipis Hafsa dengan sentuhan yang lembut dan hal itu tentu saja membuat darah keduanya berdesir.Mereka baru menyadari kenapa tiba-tiba terasa panas dan tubuh mereka seperti ingin mengelua
Hafsa membuka mata perlahan sebelum membuka sempurna dirinya melihat keadaan sekitar, namun terasa berat pada bagian perut dilihatnya bagian itu terdapat sebuah tangan kekar yang melingkari pinggangnya.Diapun berbalik dan mendapati wajah yang sangat tampan yang sedang menutup mata dengan teduh dan nafas yang teratur.Lalu memandangi wajah itu dengan seksama hidung mancung, alis tebal berwarna hitam sempurna, bibir tipis dan rahang yang tegas membuat setiap kaum hawa mengimpikannya.Tak berapa lama Hafsa tersadar, dirinya tidur begitu dekat dengan Elang karena biasanya mereka selalu tidur terpisah dan kali ini tidur di satu ranjang yang sama.Lalu melihat dirinya sendiri dibawah selimut.Hahh...Alangkah terkejutnya Hafsa saat tau dirinya kini polos tak berbusana ingin menjerit namun takut membangunkan Elang dia mengingat kejadian semalam dan menyadari bahwa dia telah melanggar perjanjian untuk tidak menyentuh fisik.'K