Hafsa membuka mata perlahan sebelum membuka sempurna dirinya melihat keadaan sekitar, namun terasa berat pada bagian perut dilihatnya bagian itu terdapat sebuah tangan kekar yang melingkari pinggangnya.Diapun berbalik dan mendapati wajah yang sangat tampan yang sedang menutup mata dengan teduh dan nafas yang teratur.Lalu memandangi wajah itu dengan seksama hidung mancung, alis tebal berwarna hitam sempurna, bibir tipis dan rahang yang tegas membuat setiap kaum hawa mengimpikannya.Tak berapa lama Hafsa tersadar, dirinya tidur begitu dekat dengan Elang karena biasanya mereka selalu tidur terpisah dan kali ini tidur di satu ranjang yang sama.Lalu melihat dirinya sendiri dibawah selimut.Hahh...Alangkah terkejutnya Hafsa saat tau dirinya kini polos tak berbusana ingin menjerit namun takut membangunkan Elang dia mengingat kejadian semalam dan menyadari bahwa dia telah melanggar perjanjian untuk tidak menyentuh fisik.'K
"Tuan muda." ucap Rey pelan melihat tuan mudanya berjalan memakai tangga tidak memakai kursi roda dan menggunakan lift.Sinta berbalik dan berdiri menatap sendu dan bahagia pada pasangan suami istri itu."Ibu, lihat...!"Saat sudah mencapai ujung tangga Hafsa dan Elang berhenti mereka berdua tersenyum seakan ingin memberikan kejutan pada orang yang disayanginya."Ibu, aku punya kejutan untukmu." ucap Elang tersenyum senang.Sinta dan Rey mendekat bahkan para pelayan termasuk Melati, Sesil dan Rahma disana ikut berhenti melakukan aktifitasnya demi melihat kejutan apa yang ingin diberikan Elang tapi hal yang pertama yang mereka kagetkan adalah Elang yang bisa berjalan tanpa kursi roda lagi."Apa nak?" tanya sang ibu.Elang tersenyum, kemudian dengan sengaja memberikan tongkat itu pada Hafsa lalu dia berjalan perlahan menuju ibunya yang dia rasa tidak terlalu jauh.Sinta menangis terharu melihatnya saat Elang sudah deka
"Elang." panggil seorang pria tampan berjas putih berkaca mata dengan rambut disisir rapi.Yang dipanggil menengok berikut Hafsa juga."Ziyan, kau kah itu." dengan hanya mendengar suaranya saja Elang dapat mengenali suara itu.Pria yang dipanggil Ziyan itu mendekat kemudian merangkul Elang dan dibalas oleh Elang dengan senang."Bagaimana kabarmu Ziyan?" tanya Elang."Aku baik, kau bagaimana?" tanya balik Ziyan."Seperti yang kau lihat." jawab Elang."Kau jahat sekali Ziyan tidak mau mengunjungiku selama ini." ucap Elang merasa sedih."Maafkan aku Lang, aku tidak bisa meninggalkan putri kecilku yang sedang sakit. Tapi sekarang putri ku sudah sehat dan sekarang aku mendengar kabar baik dari ibumu maka dari itu aku langsung datang kesini untuk memeriksamu." ucap Ziyan panjang lebar, merasa dilema atas dua pilihan anak atau sahabat.Elang tersenyum mendengar kekhawatiran sahabatnya."Tidak perlu me
"Elang, selamat kau sudah sembuh total dan bisa berjalan seperti pada umumnya karena tulangmu kini sehat dan kuat, kau hebat Elang." papar Ziyan menjelaskan pemeriksaannya.Elang hanya diam dia hanya kembali duduk karena merasa tidak nyaman dengan kakinya karena kursi yang kurang panjang.Padahal dirinya yang ketinggian."Wah selamat tuan akhirnya kau sembuh juga." dengan antusias Hafsa bertepuk tangan.Elang sudah pasti senang mendengarnya tapi dia tetap tenang."Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Ziyan."Tidak ada." jawabnya singkat membuat Ziyan hanya memutar bola mata malas.Karena sebenarnya banyak sekali yang ingin Elang lakukan terutama mencari pelaku atas penyebab kecelakaannya dan kematian ayahnya.Padahal Rey sudah menawarkan diri untuk mencari pelakunya namun Elang menolak dia ingin mencari sendiri kebenarannya.Setelah berbincang-bincang, Ziyan memutuskan pulang karena urusannya suda
Di saat Elang sedang membayangkan hal itu tiba-tiba ponselnya berdering segera dia mengangkatnya."Tuan muda." ternyata Rey yang menelpon diseberang sana."Ya ada apa Rey?" tanya Elang."Tuan, aku sudah berhasil menemukan pendonor mata yang cocok untuk tuan." ucap Rey senang.Elang senang mendengarnya sampai menegakkan duduknya, "Benarkah itu Rey.""Benar tuan, aku sudah mengonfirmasi dengan dokter Ziyan dan akan bertemu dengannya untuk membicarakan hal ini." terang Rey."Terimakasih Rey, kau memang bisa diandalkan." puji Elang."Sama-sama tuan, jika aku sudah bertemu dengan dokter Ziyan maka aku akan mengabarimu tuan.""Baik Rey segera kabari aku." telfon pun ditutup.Elang semakin tersenyum kini ucapannya menjadi doa, dia terus memandangi arah suara istri kecilnya yang masih mengobrol dengan para ibu-ibu.*****Dilain sisi seorang pria sedang duduk sambil meminum whine nya secara per
Di waktu malam Sinta, Elang dan Hafsa sedang makan malam bersama Rey tidak ikut karena ada urusan yang harus diselesaikan.Sinta sudah diberi tahu oleh Rey tentang donor mata untuk Elang tentu saja saat mendengarnya dia sangat senang sekali bahkan sampai menangis.Elang anaknya itu memang jarang sekali memberi tahu ibunya untuk yang pertama terhadap sesuatu yang urgent maka dari itu dia menyuruh Rey agar selalu memberikan informasi yang pertama kepadanya tentang Elang.Saat semua di rasa selesai menyantap makan malam Sinta menanyakan hal itu pada Elang."Jadi.. kau sudah menemukan pendonor untuk matamu." ucap Sinta senang."Sudah bu." jawab Elang singkat."Wah benarkah itu." Hafsa ikut senang."Benar." jawab Elang."Lalu kapan kau akan dioperasi?" tanya Sinta."Secepatnya.""Ibu doakan semoga operasi nya berjalan dengan lancar yah nak! ibu senang mendengarnya" ucap Sinta mendoakan dengan tulus.
Saat nyonya Sinta sedang santai dibangku gajebo sambil meminum teh nya dan membaca majalah, itulah kebiasaan Sinta jika sedang ada dirumah. Ingin pergi juga jika ada perlu saja.Saat sedang santai Rahma dan Sesil menghampiri sambil saling sikut."Selamat sore nyonya." sapa Ibu dan anak itu secara bersamaan.Sinta menoleh dan tersenyum, "Ya selamat sore, ada apa?". sambil menutup majalahnya."Begini nyonya, anakku Sesil telah dipanggil bekerja mohon sekiranya nyonya untuk mengizinkannya bekerja diluar." papar Rahma sambil menunduk."Diterima bekerja, bekerja dimana?" tanya Sinta penasaran."Didunia modeling nyonya, karena Sesil ingin sekali menjadi model dan ini adalah impiannya. Aku tidak bisa menghentikannya." lanjut Rahma."Emm.. di agency mana dia diterima?" tanya Sinta lagi."Di agency YG entertainment nyonya." jawab Rahma."Kapan dia akan berangkat?""Besok nyonya dan semua persiapan nya s
"Kenapa? bukankah kita sudah melakukannya, apa kau lupa." ujar Elang tersenyum.Hafsa gelagapan, iya juga bukannya dia sudah melakukannya tapi dia rasa seperti belum maka dari itu dia gugup."Tapi tuan."Mendengar kata tuan lagi Elang langsung saja mencium bibir Hafsa karena gemas sekaligus kesal, Hafsa pun tidak bisa bisa mengelak karena dia dikukung oleh tubuh besar Elang."Aku tidak ingin kau memanggilku tuan lagi dan ini hukumanmu jika kau memanggilku tuan lagi." kata Elang melepaskan ciumannya sambil jarinya menyentuh lembut bibir Hafsa yang basah."Lalu aku harus memanggil apa?" tanya Hafsa gugup yang membuatnya gugup adalah posisinya yang menempel pada Elang sehingga dia jadi merasakan sesuatu yang keras sedari tadi dibawah sana."Terserah, asal tidak tuan." jawab Elang terus menahan hasratnya."Baiklah, kak Elang bisakah posisinya jangan seperti ini, ini membuatku tidak nyaman." kata Hafsa mengalah demi menghilan
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu