"Terimakasih Sinta karena kau sudah mengundang kami, kami sangat menikmati sekali." ucap Dewi didepan pintu keluar bersama Satria ditemani Sinta, Hafsa dan Elang.Karena acara makan malam itu telah selesai, meski sedikit terjadi insiden obrolan yang tidak mengenakan namun makanannya mampu membuat suasana menjadi mood kembali.Dan kini Dewi dan Satria memutuskan untuk pulang setelah berbincang-bincang sebentar."Iya sama-sama aku senang sekali karena kalian mau datang." jawab Sinta"Aku yang sangat senang karena kau masih ingat dengan kami." kata Dewi"Sudah pasti aku ingat, kau kan sahabatku." Sinta tersenyum menjawabnya."Ya sudah ini sudah malam, kami pulang yah sekali lagi terimakasih." papar Dewi mengulang kembali."Iya besok kalau aku ada waktu aku akan mampir ke butikmu." Sinta menawarkan diri."Boleh, aku tunggu!" Balas Dewi senang."Baiklah ini sudah malam, kami pamit yah!" lanjutnya mengakhiri
'Ya Allah tolonglah aku malam ini, kenapa perasaanku mendadak menjadi tidak enak.' batin Hafsa bergejolak karena sejak tadi jantungnya selalu berdebar."Kenapa kau malah berdiri saja? cepat bantu aku lepaskan ini." perintah Elang karena tidak mendengar pergerakan istrinya.'Kenapa dia tambah manja sekarang? membuat kesal saja.' lagi-lagi Hafsa menggerutu dalam hati."Iya tuan." mau tak mau Hafsa harus menuruti perintah dari suaminya.Dia mendekat kemudian melepas kancing kemeja satu persatu."Tuan, bukannya ini mudah tuan bisa melepasnya sendiri kan." cicit Hafsa tak menatap Elang.Elang tersenyum kecil kemudian mengangakat dagu Hafsa untuk menghadapnya."Memangnya kenapa jika aku menyuruh istriku sendiri yang melakukannya." ucap Elang tiba-tiba nafasnya terdengar memburu.Dia kemudian menyentuh bibir tipis Hafsa dengan sentuhan yang lembut dan hal itu tentu saja membuat darah keduanya berdesir.Mereka baru menyadari kenapa tiba-tiba terasa panas dan tubuh mereka seperti ingin mengelua
Hafsa membuka mata perlahan sebelum membuka sempurna dirinya melihat keadaan sekitar, namun terasa berat pada bagian perut dilihatnya bagian itu terdapat sebuah tangan kekar yang melingkari pinggangnya.Diapun berbalik dan mendapati wajah yang sangat tampan yang sedang menutup mata dengan teduh dan nafas yang teratur.Lalu memandangi wajah itu dengan seksama hidung mancung, alis tebal berwarna hitam sempurna, bibir tipis dan rahang yang tegas membuat setiap kaum hawa mengimpikannya.Tak berapa lama Hafsa tersadar, dirinya tidur begitu dekat dengan Elang karena biasanya mereka selalu tidur terpisah dan kali ini tidur di satu ranjang yang sama.Lalu melihat dirinya sendiri dibawah selimut.Hahh...Alangkah terkejutnya Hafsa saat tau dirinya kini polos tak berbusana ingin menjerit namun takut membangunkan Elang dia mengingat kejadian semalam dan menyadari bahwa dia telah melanggar perjanjian untuk tidak menyentuh fisik.'K
"Tuan muda." ucap Rey pelan melihat tuan mudanya berjalan memakai tangga tidak memakai kursi roda dan menggunakan lift.Sinta berbalik dan berdiri menatap sendu dan bahagia pada pasangan suami istri itu."Ibu, lihat...!"Saat sudah mencapai ujung tangga Hafsa dan Elang berhenti mereka berdua tersenyum seakan ingin memberikan kejutan pada orang yang disayanginya."Ibu, aku punya kejutan untukmu." ucap Elang tersenyum senang.Sinta dan Rey mendekat bahkan para pelayan termasuk Melati, Sesil dan Rahma disana ikut berhenti melakukan aktifitasnya demi melihat kejutan apa yang ingin diberikan Elang tapi hal yang pertama yang mereka kagetkan adalah Elang yang bisa berjalan tanpa kursi roda lagi."Apa nak?" tanya sang ibu.Elang tersenyum, kemudian dengan sengaja memberikan tongkat itu pada Hafsa lalu dia berjalan perlahan menuju ibunya yang dia rasa tidak terlalu jauh.Sinta menangis terharu melihatnya saat Elang sudah deka
"Elang." panggil seorang pria tampan berjas putih berkaca mata dengan rambut disisir rapi.Yang dipanggil menengok berikut Hafsa juga."Ziyan, kau kah itu." dengan hanya mendengar suaranya saja Elang dapat mengenali suara itu.Pria yang dipanggil Ziyan itu mendekat kemudian merangkul Elang dan dibalas oleh Elang dengan senang."Bagaimana kabarmu Ziyan?" tanya Elang."Aku baik, kau bagaimana?" tanya balik Ziyan."Seperti yang kau lihat." jawab Elang."Kau jahat sekali Ziyan tidak mau mengunjungiku selama ini." ucap Elang merasa sedih."Maafkan aku Lang, aku tidak bisa meninggalkan putri kecilku yang sedang sakit. Tapi sekarang putri ku sudah sehat dan sekarang aku mendengar kabar baik dari ibumu maka dari itu aku langsung datang kesini untuk memeriksamu." ucap Ziyan panjang lebar, merasa dilema atas dua pilihan anak atau sahabat.Elang tersenyum mendengar kekhawatiran sahabatnya."Tidak perlu me
"Elang, selamat kau sudah sembuh total dan bisa berjalan seperti pada umumnya karena tulangmu kini sehat dan kuat, kau hebat Elang." papar Ziyan menjelaskan pemeriksaannya.Elang hanya diam dia hanya kembali duduk karena merasa tidak nyaman dengan kakinya karena kursi yang kurang panjang.Padahal dirinya yang ketinggian."Wah selamat tuan akhirnya kau sembuh juga." dengan antusias Hafsa bertepuk tangan.Elang sudah pasti senang mendengarnya tapi dia tetap tenang."Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Ziyan."Tidak ada." jawabnya singkat membuat Ziyan hanya memutar bola mata malas.Karena sebenarnya banyak sekali yang ingin Elang lakukan terutama mencari pelaku atas penyebab kecelakaannya dan kematian ayahnya.Padahal Rey sudah menawarkan diri untuk mencari pelakunya namun Elang menolak dia ingin mencari sendiri kebenarannya.Setelah berbincang-bincang, Ziyan memutuskan pulang karena urusannya suda
Di saat Elang sedang membayangkan hal itu tiba-tiba ponselnya berdering segera dia mengangkatnya."Tuan muda." ternyata Rey yang menelpon diseberang sana."Ya ada apa Rey?" tanya Elang."Tuan, aku sudah berhasil menemukan pendonor mata yang cocok untuk tuan." ucap Rey senang.Elang senang mendengarnya sampai menegakkan duduknya, "Benarkah itu Rey.""Benar tuan, aku sudah mengonfirmasi dengan dokter Ziyan dan akan bertemu dengannya untuk membicarakan hal ini." terang Rey."Terimakasih Rey, kau memang bisa diandalkan." puji Elang."Sama-sama tuan, jika aku sudah bertemu dengan dokter Ziyan maka aku akan mengabarimu tuan.""Baik Rey segera kabari aku." telfon pun ditutup.Elang semakin tersenyum kini ucapannya menjadi doa, dia terus memandangi arah suara istri kecilnya yang masih mengobrol dengan para ibu-ibu.*****Dilain sisi seorang pria sedang duduk sambil meminum whine nya secara per
Di waktu malam Sinta, Elang dan Hafsa sedang makan malam bersama Rey tidak ikut karena ada urusan yang harus diselesaikan.Sinta sudah diberi tahu oleh Rey tentang donor mata untuk Elang tentu saja saat mendengarnya dia sangat senang sekali bahkan sampai menangis.Elang anaknya itu memang jarang sekali memberi tahu ibunya untuk yang pertama terhadap sesuatu yang urgent maka dari itu dia menyuruh Rey agar selalu memberikan informasi yang pertama kepadanya tentang Elang.Saat semua di rasa selesai menyantap makan malam Sinta menanyakan hal itu pada Elang."Jadi.. kau sudah menemukan pendonor untuk matamu." ucap Sinta senang."Sudah bu." jawab Elang singkat."Wah benarkah itu." Hafsa ikut senang."Benar." jawab Elang."Lalu kapan kau akan dioperasi?" tanya Sinta."Secepatnya.""Ibu doakan semoga operasi nya berjalan dengan lancar yah nak! ibu senang mendengarnya" ucap Sinta mendoakan dengan tulus.