"Aku sudah selesai tuan. Mari." Hafsa masuk kamar kembali ketika dari bawah dan Elang sudah terbaring di ranjangnya."Lama sekali, kau sengaja membuatku menunggu terlalu lama." ucap Elang dengan dingin."Tidak tuan, tuan kan tau sendiri jarak dari kamar tuan ke dapur itu sangat jauh apalagi kalau harus jalan kaki dan naik tangga dan itu setelah makan. Rasanya tuan sepertinya badan ini tidak akan gemuk kalau dilakukan setiap hari." adu Hafsa panjang lebar membuat Elang memutar bola mata jengah."Sudah diam, tidak usah banyak alasan cepat pijati aku." sergah Elang cepat karena malas mendengar ocehan istri rasa pelayannya."Baik tuan."Dengan cekatan Hafsa memijat Elang mulai dari tangan kaki hingga punggungnya sampai Elang benar-benar tertidur.Tak terasa sudah dua jam dirinya memijat suaminya, tangannya sudah kebas dan kram sudah tidak sanggup untuk memijat lagi."Lelah sekali, tapi dia melarangku untuk berhenti meski dia sudah tertidur." gumamnya seorang diri yang sudah melihat Elang
Meski masih ragu tapi Melati berusaha mempercayai supaya cepat selesai karena dirinya juga tidak enak karena sudah terlalu lama berada diruangan itu."Ya sudah tuan, kalau begitu aku permisi dulu.Aku sudah terlalu lama disini nanti aku dimarahi." ucap Melati mengakhiri dengan senyum canggung."Hmm...!" Rey hanya berdehem, kemudian.."Tunggu...""Ada apa tuan?" Melati baru melangkah."Bawakan aku sarapan disini." perintah Rey."Baik tuan." Melati pun bergegas pergi meninggalkan ruangan itu.Setelah Melati pergi Rey mengusap wajahnya kasar kemudian dia menghela nafas sejenak beralih duduk di kursi kerjanya dan mengecek cctv, karena dirinya penasaran apa yang terjadi semalam.Setelah di cek dirinya sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat karena dirinya sendiri yang menghampiri gadis itu tanpa sadar dan malah memeluknya.Rey menggelengkan kepalanya sungguh dirinya benar-benar tidak percaya jika itu
Hafsa memasuki kamarnya lebih tepatnya kamar tuan muda Elang yang kini menjadi suaminya.Hati dan perasaannya masih tidak nyaman atas kejadian tadi dia berharap suaminya itu melupakan dan tidak membahasnya, sudah pasti karena tadi Elang pun berkata hanya ingin bermain-main saja.Hafsa membawa troli makanan untuk suaminya dia mencari suaminya yang entah kemana. Setelah mengitari dan melihat suaminya ada dibalkon segera dia menghampiri dengan berjalan begitu pelan."Ee.. tuan aku membawakan sarapan untukmu." ucap Hafsa pelan meletakkan troli disamping kursi roda tuannya.Seperti biasa Elang tidak akan makan jika tidak disuapi maka dengan telaten Hafsa menyuapi bayi besar itu.'Sudah besar, padahal tangannya masih bisa makan sendiri dasar manja.' Hafsa menggerutu dalam hatinya ketika akan menyuapi Elang."Jika kau tidak ingin menyuapiku, pergi saja biarkan aku kelaparan." celetuk Elang, padahal dia tidak bisa melihat tapi kenapa sep
Hafsa terkejut karena disaat itu pula bibir mereka bersatu membuat desiran aneh yang menjalar ditubuhnya membuat matanya terbelalak.Hafsa pun dengan segera mendorong dada bidang pria itu namun tanpa diduga Elang menyeringai dan malah menciumnya lebih dalam seakan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.Dengan lihai Elang memagut bibir tipis itu memberi sensasi berbeda pada diri Elang. Yah mungkin karena Hafsa belum tersentuh oleh pria sama sekali dan itu membuat hati Elang sangat senang dia semakin gencar terus memagutnya.Sedangkan gadis itu tentu saja memberontak dengan segala kekuatannya tapi apa daya kekuatannya tidak sebanding dengan pria itu, lama kelamaan gadis itupun menikmati ciuman itu karena lelah terus memberontak.Karena tidak ada pergerakan dari Hafsa membuat Elang tersenyum dan dengan lembut dia terus menikmati bibir itu hingga suara deheman menyadarkan mereka."Ehem..." mendengar itu Hafsa langsung mendorong Elang d
Melati menenteng nampan berisi sarapan untuk Rey diruang kerjanya dengan senyum yang terus mengembang dia membayangkan wajah tampan nan tegas dari pria kaku itu, entah mengapa dimatanya sangat lucu.Dia juga sudah mandi dan berdandan rapi berhias secantik mungkin agar pria idamannya tertarik padanya.Tok tok toksuara pintu diketuk oleh Melati"Tuan, aku datang membawa sarapanmu!" ucap Melati dengan suara khasnya.Dibalik pintu pria itu jadi gelagapan tidak karuan, kenapa dia jadi gugup seperti ini hanya dengan mendengar suaranya saja apa karena dia melihat cctv itu.Sebelum membuka pintu Rey mencoba menenangkan dirinya tidak boleh gugup didepan gadis itu ya hanya kepada gadis itu sedang yang lain Rey tak perlu sesupayah ini.ceklekSuara pintu terbuka menampilkan sesosok gadis dengan senyumnya yang manis disertai mata bulat yang jernih dan pipinya yang chubby, melihat itu jantung Rey kembali bergetar dan dia bahkan
"Permisi... selamat pagi!" suara kencang seorang wanita paruh baya ditemani dengan gadis remaja sedang memanggil penghuni rumah sederhana dikawasan perumahan."Permisi...!" wanita itu terus memanggil sang penghuni yang belum kunjung keluar."Mah tidak ada orangnya mungkin." ujar gadis remaja itu sambil melirik ibunya."Ada Sesil, setidaknya pelayannya ada.!" jawab ibunya yang ternyata ibunya Sesil, Rahma.Mereka mendatangi rumah yang dikira tempat Hafsa bekerja, Rahma begitu yakin jika Hafsa tinggal dan bekerja disini.Tak berapa lama seorang wanita paruh baya keluar dari rumah itu dari penampilannya bisa ditebak bahwa wanita itu adalah pelayan dirumah itu.Wanita itu mendekati Rahma dan Sesil dengan wajah datar tak ada senyum diwajahnya sedangkan Rahma dan Sesil sudah memasang senyum saat pintu dibukakan."Ada apa?" tanya wanita itu tanpa membukakkan pintu gerbangnya."Eh... perkenalkan nama saya Rahma dan ini
Nina sebenarnya tidak pergi dia sengaja mencari pekerjaan disekitar Rahma dan Sesil agar dapat mencuri dengar pembicaraan mereka, karena Nina penasaran apakah Hafsa yang dimaksud adalah gadis yang sama."Kamu apa sih Sesil larang-larang mamah terus?" Rahma menyentak Sesil karena Sesil terus saja menyuruhnya tenang."Mah minum dulu mah!" Sesil menyodorkan air putih es itu kepada ibunya.Tanpa menjawab Rahma langsung menegak air putih itu sampai habis.Setelah habis emosi Rahma mulai tenang dan kini dia berucap lagi."Dimana si Hafsa itu bekerja? berani sekali dia membohongiku." kata Rahma."Iya mah berani bener, awas saja kalau ketemu aku tidak mau pura-pura menyedihkan kayak kemarin." ucap Sesil merasa harga dirinya diinjak-injak.Rahma menatap Sesil, "Hey, jika kita bertemu dengan dia lagi kita tetap harus ramah dan baik padanya jika tidak rencana kita bisa gagal." kata Rahma yang langsung menepis ucapan Sesil, Sesil ya
"Jadi dimana dia tinggal dan bekerja?" tanya Rahma antusias."Tapi kalian ini siapanya dia?" tanya Nina karena memang belum tau."Oh iya kami belum memperkenalkan diri. Namaku Rahma dan ini anakku Sesil, kami adalah ibu dan saudari tiri Hafsa." ucap Rahma menunjuk dirinya dan Sesil sedangkan Sesil hanya manggut-manggut saja."Oh jadi ibu tiri dan adik tiri." ulang Nina dengan sedikit sinis."Iya, lalu dimana dia bekerja!" Rahma sangat antusias sekali ingin mengetahui keberadaan Hafsa, tentu saja karena dia mempunyai niat tersembunyi."Kau sangat tidak sabar sekali rupanya. Tenang aku akan membawa kalian ketempatnya dengan syarat kalian harus mengikuti semua perintahku. Bagaimana?" ucap Nina karena diapun jadi mempunyai jalan untuk mewujudkan obsesinya yaitu memiliki Elang Rahardian."Tapi.. kita juga mempunyai urusan tersendiri dengannya" Rahma segera menyanggah penawaran itu karena bagaimana kalau tidak sejalan, bisa berantakan