"Permisi... selamat pagi!" suara kencang seorang wanita paruh baya ditemani dengan gadis remaja sedang memanggil penghuni rumah sederhana dikawasan perumahan.
"Permisi...!" wanita itu terus memanggil sang penghuni yang belum kunjung keluar."Mah tidak ada orangnya mungkin." ujar gadis remaja itu sambil melirik ibunya."Ada Sesil, setidaknya pelayannya ada.!" jawab ibunya yang ternyata ibunya Sesil, Rahma.Mereka mendatangi rumah yang dikira tempat Hafsa bekerja, Rahma begitu yakin jika Hafsa tinggal dan bekerja disini.Tak berapa lama seorang wanita paruh baya keluar dari rumah itu dari penampilannya bisa ditebak bahwa wanita itu adalah pelayan dirumah itu.Wanita itu mendekati Rahma dan Sesil dengan wajah datar tak ada senyum diwajahnya sedangkan Rahma dan Sesil sudah memasang senyum saat pintu dibukakan."Ada apa?" tanya wanita itu tanpa membukakkan pintu gerbangnya."Eh... perkenalkan nama saya Rahma dan iniNina sebenarnya tidak pergi dia sengaja mencari pekerjaan disekitar Rahma dan Sesil agar dapat mencuri dengar pembicaraan mereka, karena Nina penasaran apakah Hafsa yang dimaksud adalah gadis yang sama."Kamu apa sih Sesil larang-larang mamah terus?" Rahma menyentak Sesil karena Sesil terus saja menyuruhnya tenang."Mah minum dulu mah!" Sesil menyodorkan air putih es itu kepada ibunya.Tanpa menjawab Rahma langsung menegak air putih itu sampai habis.Setelah habis emosi Rahma mulai tenang dan kini dia berucap lagi."Dimana si Hafsa itu bekerja? berani sekali dia membohongiku." kata Rahma."Iya mah berani bener, awas saja kalau ketemu aku tidak mau pura-pura menyedihkan kayak kemarin." ucap Sesil merasa harga dirinya diinjak-injak.Rahma menatap Sesil, "Hey, jika kita bertemu dengan dia lagi kita tetap harus ramah dan baik padanya jika tidak rencana kita bisa gagal." kata Rahma yang langsung menepis ucapan Sesil, Sesil ya
"Jadi dimana dia tinggal dan bekerja?" tanya Rahma antusias."Tapi kalian ini siapanya dia?" tanya Nina karena memang belum tau."Oh iya kami belum memperkenalkan diri. Namaku Rahma dan ini anakku Sesil, kami adalah ibu dan saudari tiri Hafsa." ucap Rahma menunjuk dirinya dan Sesil sedangkan Sesil hanya manggut-manggut saja."Oh jadi ibu tiri dan adik tiri." ulang Nina dengan sedikit sinis."Iya, lalu dimana dia bekerja!" Rahma sangat antusias sekali ingin mengetahui keberadaan Hafsa, tentu saja karena dia mempunyai niat tersembunyi."Kau sangat tidak sabar sekali rupanya. Tenang aku akan membawa kalian ketempatnya dengan syarat kalian harus mengikuti semua perintahku. Bagaimana?" ucap Nina karena diapun jadi mempunyai jalan untuk mewujudkan obsesinya yaitu memiliki Elang Rahardian."Tapi.. kita juga mempunyai urusan tersendiri dengannya" Rahma segera menyanggah penawaran itu karena bagaimana kalau tidak sejalan, bisa berantakan
"Ayo, kau cerita duluan!" kata Melati pada Hafsa saat mereka sudah sampai disebuah taman dan ditaman itu hanya ada mereka berdua."Tidak ah! kau duluan saja" jawab Hafsa malu-malu."Kau kan yang biasanya paling semangat, ayolah aku tidak sabar." Melati menggoyang-goyang kan lengan Hafsa agar cepat bercerita."Iya iya sabar dong!" akhirnya Hafsa menyerah dan dia duluan yang berbicara tapi belum berbicara dia sudah senyum-senyum sendiri."Ey, kenapa malah senyum-senyum? bikin tambah penasaran aja sih!" Melati tidak sabar dan terus berceloteh."Iyaa, kau tau tadi aku dan tuan Elang..." Hafsa semakin tersenyum sambil memegangi bibirnya hal itu sudah membuat Melati mengerti maksudnya."Dari gerak gerikmu aku bisa menebak kau dan tuan muda pasti sudah ehem... ehem...!" kata Melati sambil tangannya memperagakan sepasang suami istri jika berduaan.Tapi hal itu malah membuat Hafsa tidak mengerti."Apaan itu?" Hafsa jadi
"Iya, dia berbeda dia... ternyata tidak kaku seperti yang aku kira." ucap Melati tersenyum sendiri.Hafsa mengernyit, "Tidak kaku, ya iya lah tidak kaku kan dia manusia bukan robot."Melati mencebik kesal, "Hafsa bukan maksudku kaku seperti robot tapi... kau tau kan dari pertama kita menginjakkan kaki disini pernah tidak kita melihat dia tersenyum atau ekpresi apalah. Tidak kan." Melati menjelaskan dengan detail.Hafsa menggaruk kepalanya sambil mengingat pertama kali mereka datang Rey memang kaku seperti robot dan ekspresinya sangat datar dan dingin melebihi tuannya Elang."Oh iya yah dia memang kaku sih!" kata Hafsa mengiyakan."Tuhkan, tapi sekarang aku lihat dia tersenyum senyumnya itu maniiisss sekali seperti gula." ujar Melati tersenyum membayangkan wajah Rey.Hafsa ikut tersenyum, "Wah ada kemajuan dong dia biar tidak kaku terus ya kan.""Iya dong, entah kenapa aku yakin jika Rey adalah jodohku." ucap Melati asal
"Baiklah, aku rasa sudah cukup mengobrolnya. Aku harus pergi untuk menyelesaikan urusanku." ucap Satria beranjak dari duduknya."Iya tuan, silahkan! saya tidak apa-apa kok!" Melati yang menjawab.Satria hanya terkekeh mendengar jawaban dari Melati yang bermaksud mengusirnya dengan cara halus."Ya sudah aku pergi dulu." lalu tiba-tiba Satria mendekatkan wajahnya kearah Hafsa yang sontak membuat wajah Hafsa mundur."Jika kau membutuhkan teman seorang pria, aku siap menjadi temanmu." lanjutnya dengan senyum khasnya."Tidak, terimakasih." jawab Hafsa cepat tanpa menatap wajah Satria.Melati hanya terkekeh melihat penolakan jelas dari Hafsa untuk Satria, tapi Satria mencoba tersenyum meski dalam hati sangat kesal."Baiklah aku pergi dulu." setelah itu Satria pun pergi dengan jalan yang dibuat cool."Eh! Sa si Satria itu suka sama kamu yah!" tanya Melati."Tidak tau." jawab Hafsa acuh."Tapi sebaikny
Dipagi hari menyingsing terlihat tiga orang wanita telah turun dari angkot berdiri didepan rumah mewah bak istana, kedua dari wanita itu memandang takjub bangunan didepannya dengan mata tak henti berkedip dan mulut yang menganga sedangkan wanita satunya lagi terlihat biasa saja namun kesal melihat dua wanita disampingnya sangat kampungan menurutnya."Wahh... jadi anak sialan itu bekerja disini!" tukas wanita paruh baya yang mengawali pembicaraan setelah beberapa saat sangat takjub."Iya mah, berarti kemarin mereka membohongi kita." kata wanita muda berdecak kesal."Sudah pasti, kasian sekali kalian." wanita yang biasa saja namun terlihat angkuh itu berkata sambil terkekeh."Ya, mungkin kemarin kita dibohongi tapi lihat saja ketika aku sudah masuk dia tidak akan bisa aku biarkan bahagia." wanita paruh baya itu menggertakan rahangnya sambil mengepalkan tangan masih teringat kejadian kemarin yang salah memasuki rumah."Mah, lalu apa harus ki
Mendengar jawaban dari penjaga itu membuat Rahma dan Sesil berkali-kali terus menganga. Apa maksudnya? Hafsa menjadi istri dari tuannya yang berarti majikannya.Seketika pikiran mereka menjadi negatif apakah Hafsa menjadi sugar baby dan menjadi orang kaya mendadak mangkanya dia tidak pulang-pulang."Apa pak? nona Hafsa, dia itu kakak saya yang bekerja disini sebagai pengasuh, mana mungkin jadi istri." kata Sesil tidak percaya."Oh.. dia memang dulunya pengasuh tuan tapi sekarang sudah menjadi istrinya. Kalau boleh saya tau kalian ini siapa yah?" tanya penjaga itu karena dari tadi heran perihal status mereka."Perkenalkan namaku Rahma ibu sambungnya Hafsa dan ini saudari sambungnya Hafsa." jawab Rahma antusias sambil menunjuk Sesil dengan tangannya.Tentu saja dia merasa antusias karena dia seperti mendapat durian runtuh. Jika memang Hafsa menjadi istri dari orang kaya ini itu akan sangat menguntungkan untuknya dia jadi bisa memanfaatkan hal ini."Ibu sambungnya, lalu kenapa waktu perni
Setelah Hafsa dan nyonya Sinta sedikit berbincang dan mengabaikan mereka, akhirnya pandangan nyonya Sinta beralih pada mereka bertiga."Nyonya, apa kabar? nyonya makin cantik saja!" sapa Melati sebelum majikannya bersuara sambil menundukkan wajah sebentar."Kau...?""Melati. Nyonya!""Oh iya Melati. Aku baik dan terimakasih pujiannya, kau juga cantik." ucap nyonya Sinta setelah mengenali Melati yang memang dari awal selalu bersama Hafsa."Nyonya bisa saja, aku jadi malu." Melati malah tersipu malu padahal itu hanya pujian biasa apalagi jika Rey yang memujinya pasti sudah dag dig dug serr.Lalu pandangan mata nyonya Sinta beralih pada dua orang wanita yang tidak dikenalnya."Ini... siapa?" tunjuk nyonya Sinta bertanya pada Hafsa.Saat Hafsa hendak membuka suaranya untuk menjawab Rahma malah langsung memulai duluan."Perkenalkan nyonya namaku Rahma, ibu tirinya Hafsa dan ini anakku Sesil saudari tirinya Hafsa." ucap Rahma tak malu malah sengaja menjabat tangan nyonya Sinta sehingga membu