"Ayo, kau cerita duluan!" kata Melati pada Hafsa saat mereka sudah sampai disebuah taman dan ditaman itu hanya ada mereka berdua.
"Tidak ah! kau duluan saja" jawab Hafsa malu-malu."Kau kan yang biasanya paling semangat, ayolah aku tidak sabar." Melati menggoyang-goyang kan lengan Hafsa agar cepat bercerita."Iya iya sabar dong!" akhirnya Hafsa menyerah dan dia duluan yang berbicara tapi belum berbicara dia sudah senyum-senyum sendiri."Ey, kenapa malah senyum-senyum? bikin tambah penasaran aja sih!" Melati tidak sabar dan terus berceloteh."Iyaa, kau tau tadi aku dan tuan Elang..." Hafsa semakin tersenyum sambil memegangi bibirnya hal itu sudah membuat Melati mengerti maksudnya."Dari gerak gerikmu aku bisa menebak kau dan tuan muda pasti sudah ehem... ehem...!" kata Melati sambil tangannya memperagakan sepasang suami istri jika berduaan.Tapi hal itu malah membuat Hafsa tidak mengerti."Apaan itu?" Hafsa jadi"Iya, dia berbeda dia... ternyata tidak kaku seperti yang aku kira." ucap Melati tersenyum sendiri.Hafsa mengernyit, "Tidak kaku, ya iya lah tidak kaku kan dia manusia bukan robot."Melati mencebik kesal, "Hafsa bukan maksudku kaku seperti robot tapi... kau tau kan dari pertama kita menginjakkan kaki disini pernah tidak kita melihat dia tersenyum atau ekpresi apalah. Tidak kan." Melati menjelaskan dengan detail.Hafsa menggaruk kepalanya sambil mengingat pertama kali mereka datang Rey memang kaku seperti robot dan ekspresinya sangat datar dan dingin melebihi tuannya Elang."Oh iya yah dia memang kaku sih!" kata Hafsa mengiyakan."Tuhkan, tapi sekarang aku lihat dia tersenyum senyumnya itu maniiisss sekali seperti gula." ujar Melati tersenyum membayangkan wajah Rey.Hafsa ikut tersenyum, "Wah ada kemajuan dong dia biar tidak kaku terus ya kan.""Iya dong, entah kenapa aku yakin jika Rey adalah jodohku." ucap Melati asal
"Baiklah, aku rasa sudah cukup mengobrolnya. Aku harus pergi untuk menyelesaikan urusanku." ucap Satria beranjak dari duduknya."Iya tuan, silahkan! saya tidak apa-apa kok!" Melati yang menjawab.Satria hanya terkekeh mendengar jawaban dari Melati yang bermaksud mengusirnya dengan cara halus."Ya sudah aku pergi dulu." lalu tiba-tiba Satria mendekatkan wajahnya kearah Hafsa yang sontak membuat wajah Hafsa mundur."Jika kau membutuhkan teman seorang pria, aku siap menjadi temanmu." lanjutnya dengan senyum khasnya."Tidak, terimakasih." jawab Hafsa cepat tanpa menatap wajah Satria.Melati hanya terkekeh melihat penolakan jelas dari Hafsa untuk Satria, tapi Satria mencoba tersenyum meski dalam hati sangat kesal."Baiklah aku pergi dulu." setelah itu Satria pun pergi dengan jalan yang dibuat cool."Eh! Sa si Satria itu suka sama kamu yah!" tanya Melati."Tidak tau." jawab Hafsa acuh."Tapi sebaikny
Dipagi hari menyingsing terlihat tiga orang wanita telah turun dari angkot berdiri didepan rumah mewah bak istana, kedua dari wanita itu memandang takjub bangunan didepannya dengan mata tak henti berkedip dan mulut yang menganga sedangkan wanita satunya lagi terlihat biasa saja namun kesal melihat dua wanita disampingnya sangat kampungan menurutnya."Wahh... jadi anak sialan itu bekerja disini!" tukas wanita paruh baya yang mengawali pembicaraan setelah beberapa saat sangat takjub."Iya mah, berarti kemarin mereka membohongi kita." kata wanita muda berdecak kesal."Sudah pasti, kasian sekali kalian." wanita yang biasa saja namun terlihat angkuh itu berkata sambil terkekeh."Ya, mungkin kemarin kita dibohongi tapi lihat saja ketika aku sudah masuk dia tidak akan bisa aku biarkan bahagia." wanita paruh baya itu menggertakan rahangnya sambil mengepalkan tangan masih teringat kejadian kemarin yang salah memasuki rumah."Mah, lalu apa harus ki
Mendengar jawaban dari penjaga itu membuat Rahma dan Sesil berkali-kali terus menganga. Apa maksudnya? Hafsa menjadi istri dari tuannya yang berarti majikannya.Seketika pikiran mereka menjadi negatif apakah Hafsa menjadi sugar baby dan menjadi orang kaya mendadak mangkanya dia tidak pulang-pulang."Apa pak? nona Hafsa, dia itu kakak saya yang bekerja disini sebagai pengasuh, mana mungkin jadi istri." kata Sesil tidak percaya."Oh.. dia memang dulunya pengasuh tuan tapi sekarang sudah menjadi istrinya. Kalau boleh saya tau kalian ini siapa yah?" tanya penjaga itu karena dari tadi heran perihal status mereka."Perkenalkan namaku Rahma ibu sambungnya Hafsa dan ini saudari sambungnya Hafsa." jawab Rahma antusias sambil menunjuk Sesil dengan tangannya.Tentu saja dia merasa antusias karena dia seperti mendapat durian runtuh. Jika memang Hafsa menjadi istri dari orang kaya ini itu akan sangat menguntungkan untuknya dia jadi bisa memanfaatkan hal ini."Ibu sambungnya, lalu kenapa waktu perni
Setelah Hafsa dan nyonya Sinta sedikit berbincang dan mengabaikan mereka, akhirnya pandangan nyonya Sinta beralih pada mereka bertiga."Nyonya, apa kabar? nyonya makin cantik saja!" sapa Melati sebelum majikannya bersuara sambil menundukkan wajah sebentar."Kau...?""Melati. Nyonya!""Oh iya Melati. Aku baik dan terimakasih pujiannya, kau juga cantik." ucap nyonya Sinta setelah mengenali Melati yang memang dari awal selalu bersama Hafsa."Nyonya bisa saja, aku jadi malu." Melati malah tersipu malu padahal itu hanya pujian biasa apalagi jika Rey yang memujinya pasti sudah dag dig dug serr.Lalu pandangan mata nyonya Sinta beralih pada dua orang wanita yang tidak dikenalnya."Ini... siapa?" tunjuk nyonya Sinta bertanya pada Hafsa.Saat Hafsa hendak membuka suaranya untuk menjawab Rahma malah langsung memulai duluan."Perkenalkan nyonya namaku Rahma, ibu tirinya Hafsa dan ini anakku Sesil saudari tirinya Hafsa." ucap Rahma tak malu malah sengaja menjabat tangan nyonya Sinta sehingga membu
Nyonya Sinta mengajak Sesil dan Rahma kerumah belakang dan mendapati ada bi Rum disana.Melihat kedatangan nyonya besarnya bi Rum terkejut dan langsung menundukkan kepala hormat."Nyonya. Maafkan saya, saya tidak menyambut nyonya maafkan saya nyonya." bi Rum menunduk merasa bersalah karena kedatangan nyonya nya saja dia tidak tau."Tidak apa-apa bi Rum, jangan salahkan dirimu aku memang sengaja tidak memberitahukan kalian semua." kata nyonya Sinta tersenyum."Oh iya bi Rum kenalkan ini Rahma ibu tiri Hafsa dan ini Sesil adik tirinya Hafsa." lanjut nyonya memperkenalkan ibu dan anak itu."Dan kalian," sambil beralih ke dua wanita beda usia itu. "Ini bi Rum kepala pelayan dirumah ini semua tugas kalian dia yang akan memberitahukannya. Kalau ada apa-apa tanyakan pada bi Rum, kalian mengerti?". sambung nyonya dengan senyum simpul."Iya Nyonya kami mengerti, sudah seperti ini saja kami sangat berterima kasih." kata Rahma."Bi Rum tolong bawa mereka ke kamarnya dan berikan tugas untuk mereka
"Elang, kamu tau nak! Ibu ini sudah tua Ibu ingin sekali menimang cucu." ucap nyonya Sinta memelas sambil duduk dikursi sofa samping meja kerja Elang.Hafsa ikut duduk disamping mertuanya saat mertuanya duduk."Bu, kata siapa Ibu sudah tua, Ibu itu masih muda cantik lagi dan Ibu juga masih bisa menikah lagi." kata Hafsa asal membuat nyonya Sinta dan Elang mengerutkan kening dan terdiam."Kenapa? memang benar kan." kata Hafsa heran melihat keduanya."Apa Ibu mau menikah lagi?" tanya Elang."Tidak.untuk apa?" jawab ibunya singkat."Untuk mengusir rasa kesepian Ibu sekaligus membuat adik untukku." ucap Elang begitu saja membuat Hafsa menahan senyumnya."Mempunyai adik lagi, memangnya kau tidak malu di usiamu yang sudah tua ini punya adik kecil." balas nyonya Sinta kesal, ingin punya cucu malah disuruh menikah lagi dan buat adik memangnya mudah apaHafsa kini bukan menahan senyum tapi sudah menahan tawa melihat perdebatan ibu dan anak itu."Apa? aku tua." ulang Elang tidak terima."Ya kau
"Hafsa." panggil Sinta pada menantunya yang sedang berjalan hendak kembali ke kamarnya."Ibu, iya Bu ada apa?" sambil menoleh Hafsa menjawab."Kamu ikut Ibu kekamar yuk!" ajak Sinta."Mau apa bu?""Sudah jangan banyak tanya ikut saja." tanpa menunggu jawaban menantunya Sinta menggaet tangan Hafsa menuju kamarnya.Tak berapa lama Sinta membuka pintu yang berukiran emas murni dan terbentanglah ruangan cantik, megah dan elegant khas Nyonya Sinta.Dan baru kali ini Hafsa memasuki kamar mamah mertuanya karena tidak ada satu orangpun yang boleh memasuki kamar sang nyonya selain asisten pribadinya dan pelayan pribadi bahkan anaknya pun tidak pernah memasuki kamar ibunya dari semenjak dia menginjak remaja."Wah... kamar Ibu bagus sekali, aku kira hanya kamar Elang yang bagus tapi ini lebih bagus." Hafsa tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada kamar mertuanya. Matanya terus saja berbinar menampakkan keindahannya."Ayo nak, ikut Ibu!". Sinta hanya tersenyum melihat tingkah menantunya dan men
Seusai pernikahan Rey dan Melati, Rey membopong Melati dan orang tuanya ke kediaman rumah Mala untuk sekedar menginap beberapa hari di sana sebelum kembali ke kampung halaman.Kini Melati tidak menjadi pelayan koki untuk Elang lagi karena sekarang menjadi nyonya Rey, tapi Rey masih mengabdi pada Elang padahal Rey juga punya perusahaan sendiri warisan dari ayahnya yang saat ini sedang dikelola oleh ibunya.Ibu nya juga tidak memaksa Rey untuk terburu-buru memimpin perusahaan itu, Mala sangat menghargai apa yang menjadi keputusan Rey.Sedang Raka tentu saja anak muda itu belum pantas untuk mengelola perusahaan besar itu.Beberapa hari kemudian orang tua Melati memutuskan untuk pulang karena di rasa sudah terlalu lama berada di kota, mereka tentu saja merindukan kampung halaman mereka terutama kebun mereka.Untung saja mereka sudah menitipkan perkebunan itu pada tetangga dekatnya untuk menjaga dan merawat kebunnya jadi mereka tidak perlu kha
"Sayang, bagaimana rasanya?." tanya Elang pada istrinya sambil menyentuh lembut perut Hafsa yang sudah membesar itu."Rasanya luar biasa kak, apalagi jika gerakannya aktif aku terkadang ingin tertawa sambil menangis sendiri." jawab Hafsa tersenyum geli kala mengingat kejadian dimana bayi nya aktif bergerak di dalam perut."Seperti itukah sayang, jagoan kita sangat aktif sekali ternyata." seru Elang tersenyum bahagia. Karena sudah mengecek bahwa anak mereka berjenis kelamin laki-laki."Ahh..." tiba-tiba si kecil menendang perut ibunya sampai terlihat kakinya di permukaan kulit Hafsa."Sayang lihat kakinya lucu sekali." Elang berseru senang, begitu terharu menyaksikan bayi yang aktif bergerak itu.Perut Hafsa memang sudah besar sudah berusia 9 bulan lebih dan mungkin sebentar lagi akan melahirkan.Perut yang awalnya hanya sakit biasa mendadak terus berdenyut hingga tiada henti membuat Hafsa terus berteriak kesakitan."Akhh
Assalamualaikum para reader setia author, cerita 'Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta' akhirnya tamat juga meski dalam menulis banyak sekali hiatusnya tapi author seneng sudah menyelesaikan karya yang satu ini.Maafkan author kalo ending nya mungkin ada yang tidak berkenan di hati kalian, author cuma berharap kalian semua suka dengan cerita author ini.Daaannn......Pasti ada yang menunggu deh saat-saat kebersamaan Rey sama Melati tenang author akan kasih bonus buat kalian setelah ini author akan kasih extra part untuk sedikit kisah romantis antara Elang dan Hafsa juga Rey dan Melati.Mungkin itu saja kata-kata dari author.Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya.Ramadhan KareemSalam sayang authorTitiawy
Lalu saat di ambang pintu, Meliana datang dengan wajah yang penasaran karena dirinya lama sekali mendapat kabar dari Diana yang tak kunjung mengabarinya alhasil dia ingin melihat langsung apa yang terjadi.Seketika Meliana terbengong dengan apa yang ia lihat, Diana di seret paksa oleh orang yang tidak dia kenal. Dia juga melihat Elang berdiri di samping ranjang dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celana nya, dan hanya menyaksikan nya saja."Diana apa yang terjadi?." tanya Meliana namun tak di jawab oleh Diana.Diana diam saja merasa enggan untuk menjelaskan terlebih mereka baru kenal.Galang yang merasa jengah langsung menarik pergelangan tangan Meliana dan ingin membawanya keluar namun Meliana langsung memberontak."Eh! apa-apaan ini. Lepaskan!." teriak Meliana di depan wajah Galang."Lepas, kenapa aku di tarik?." tanya lagi karena mereka semua diam saja.Galang yang benar-benar jengah segera membalas dengan di
Diana dan Meliana membawa Hafsa ke kamar hotel yang sudah mereka pesan, mereka juga membawa Hafsa juga sangat hati-hati sampai benar-benar tidak ada yang melihat.Benar-benar suatu keberuntungan bagi mereka bisa lolos begitu saja dan membawa Hafsa yang sudah pingsan ke kamar itu."Cepat buka pintunya!." perintah Diana.Buru-buru Meliana membuka pintu itu dan kemudian terbuka, mereka pun masuk sambil melirik ke kanan dan ke kiri takut ada yang melihat."Hah.. akhirnya." Diana merasa puas sudah membawa Hafsa dan di baringkan nya di tempat tidur, dia juga melepaskan gaun di tubuh Hafsa di bantu Meliana dan akhirnya Hafsa hanya memakai tank top dan celana pendek saja di balik selimut itu."Kau sudah siapkan pria nya?." tanya Diana memastikan."Sudah, kau tidak perlu khawatir."Baiklah, sekarang aku harus kembali dan memberi tahu Elang, dia pasti akan langsung menceraikan istrinya di depan semua orang. Hahaha." ucap Diana ter
Berbagai acara pernikahan pun telah selesai kini tinggal para tamu mengucapkan selamat kepada pengantin."Melati selamat yah! akhirnya kau menikah juga dengan Rey." ucap Hafsa senang."Terimakasih." jawab Melati tersenyum cerah."Selamat Rey akhirnya kau tidak jadi jomblo abadi." ucap Elang meledek."Sama-sama tuan,.""Hey, ini bukan waktu bekerja. Kenapa kau selalu memanggilku tuan?." kata Elang sedikit tidak terima."Maaf, aku sudah terbiasa." jawab Rey santai."Hem.. ya sudahlah terserah dirimu.""Ngomong-ngomong kalian bisa minggir tidak, di belakang sudah antri." ujar Melati pada Hafsa dan Elang.Hahh ternyata di belakang sudah banyak yang ngantri."Sayang, ayo kita pergi dari sini." Hafsa hanya mengangguk.Setelah agak menjauh, Elang mulai berbicara, "Sayang, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?." Hafsa senang dia menduga bahwa yang ingin bertemu dengannya
Elang kembali menemui Hafsa yang kini sudah pulang ke rumah dia sedang di tenangkan oleh ibu Sinta."Sayang, tenang lah ibu justru khawatir padamu dan kandungan mu." ucap Sinta dia juga kaget mendengar menantunya di sakiti oleh anak yang bekerja di perusahaan Elang."Ibu khawatir kau tidak akan di ijinkan untuk kuliah lagi." lanjut Sinta mengingat perangai anaknya."Apa kak Elang akan sungguh melakukan itu Bu?." tanya Hafsa tak percaya."Bisa jadi jika kau tidak mematuhinya." kata Sinta sedikit memberi peringatan."Sayang... aku pulang." suara Elang yang datang tergesa-gesa karena dirinya masih khawatir dengan keadaan istrinya."Kak Elang." Hafsa ingin berlari mendatangi Elang namun Elang menahannya."Stop, berhenti di situ. Biar aku yang mengejar mu." kata Elang membuat Sinta tersenyum.Saat sudah dekat Elang pun langsung memeluk Hafsa dengan erat tidak lupa juga mencium wajahnya di depan ibunya."Kak
Padahal jika Alice tau maka tamatlah riwayat ayahnya.Galang tersenyum sinis, "Ayahmu tidak akan bisa menolong mu.""Kau tidak tau siapa ayahku. Jangan macam-macam denganku jika ayahku tau maka kau akan kena juga." ucap Alice masih merasa sombong."Hahaha." Galang malah tertawa membuat Alice cs menautkan alisnya."Kata-kata itu adalah untukmu bukan untukku, maka bersiaplah kalian."Melihat tatapan dan senyuman Galang yang aneh membuat Alice cs merasa ketakutan namun dia harus tetap tenang."Heh,, aku tidak takut dengan mu ayahku mempunyai teman seorang polisi, kau siapa datang-datang sudah buat rusuh." kata Alice menyilangkan tangan didada."Aku pengawal pribadi nona Hafsa dia istri dari tuan Elang Rahardian seorang pemilik perusahaan Wijaya group yang sekarang tempat bekerja ayahmu yang seorang manager yang bernama Julian Raharja." ungkap Galang tersenyum sinis.Alice cs reflek gugup keringat langsung membasahi dahi
"Mel, kau dari mana?." tanya Hafsa saat mereka berdua berada di kampus.Mereka tidak berangkat bersama, Hafsa di antar oleh Galang sedang Melati di antar oleh Rey.Mereka bertemu di koridor saat ingin menuju kelas, sambil berjalan mereka mengobrol."Aku mencari mu di rumah tapi kau tidak ada, kata kak Elang kau tadi malam di bawa kak Rey." tanya Hafsa lagi dengan pertanyaan yang baru."Iya, semalam aku memang di bawa kak Rey ke apartemen nya." jawab Melati tersenyum santai.Tak tau jika yang mendengar sudah kalang kabut."Melati, kau ini tidak sabar sekali kalian kan akan segera menikah kenapa harus ke apartemen berdua?." ujar Hafsa, bukan apa-apa hanya saja dia khawatir dengan sahabatnya."Husst... diam." Melati berhenti berjalan dan menyuruh Hafsa diam yang ingin bicara lagi dengan menaruh telunjuknya di bibir.Hafsa juga ikut berhenti dan mengangguk dengan mengunci mulutnya sendiri memperagakan seperti menutu