Ethan langsung berlari ke arah sumber suara, dia segera mengetuk pintu kamar itu cepat untuk memastikan apa yang sebenarnya tengah terjadi.
“Selina, kenapa?” tanya Ethan panik.
“Pak Ethan tolong saya!” teriak Selina dari dalam kamar.
“Tapi kamu –“
“Saya belum sempat ganti baju, Pak. Cepat tolongin saya, Pak!” Selina masih saja berteriak dari dalam kamar itu.
Tanpa membuang waktu, Ethan langsung mendobrak pintu kamar karena terkunci. Butuh beberapa kali dobrakan baru pintu kamar itu berhasil terbuka. Nafas Ethan terlihat terengah-engah tak beraturan, tapi nyatanya kini dia tidak melihat ada hal genting yang terjadi. Yang ada hanyalah Selina kini tengah berdiri di atas kasur dengan ketakutan.
“Hal bodoh apa lagi yang kamu lakukan, Selina?” tanya Ethan dengan geramnya, jangan bilang kali ini Selina mengerjainya seperti tadi lagi.
Ethan bertekat, sekali lagi Selina mengerjainya dia tidak akan pernah percaya dengan perempuan itu lagi. Padahal, dia tadi berusaha untuk memaafkan tindakan Selina yang keterlaluan, tapi sekarang wanita itu malah mengulanginya lagi.
“Saya benar-benar gak bercanda, Pak, saya takut sama kucing,” tutur Selina lirih sembari menunjuk ke arah lantai.
Ethan mengikuti arah pandang Selina, memang ada seekor kucing di lantai, namun kucing itu merupakan peliharaan Lukas dan Lily. Entah bagaimana kucingnya bisa masuk ke dalam kamar tamu. Ethan pun kembali menatap ke arah Selina, tubuh perempuan itu tampak bergetar hebat dengan wajah ketakutan. Sepertinya Selina memang tidak berbohong, buktinya saja wajahnya kini tampak pucat pasi.
Ethan menghela nafas beratnya, dia langsung membopong kucing peliharaanya itu keluar dari kamar demi kenyamanan Selina. Dia memasukan kucing itu ke dalam kandangnya tak lupa memberikan makan pula.
Sedangkan Selina, kini dia pun sudah selesai berganti baju dan berjalan keluar kamar menuju ruang tamu seperti apa perintah Ethan tadi. Untung saja tadi Ethan berbaik hati menyingkirkan kucing itu darinya, jika tidak mungkin Selina akan mengompol.
“Duduk, Selina,” perintah Ethan saat melihat Selina sudah datang.
Selina mengangguk, dia mendudukan dirinya di sofa yang berharapan dengan Ethan. Sesekali Selina melirik ke arah Ethan yang kini tengah dikerubungi kedua anaknya. Dengan anak perempuannya yang tengah berada di pangkuan Ethan dan anak laki-lakinya yang duduk di samping Ethan.
“Perkenalkan kedua anak saya, mereka kembar. Ini Lukas anak pertama saya dan ini Lily anak kedua saya. Mulai besok, kamu bisa menjadi pengasuh mereka berdua, sekarang kamu bisa pulang dan mengambil baju-bajumu.” Ethan memperkenalkan kedua anaknya.
Selina mengerutkan keningnya bingung, bukan karena perkenalan yang Ethan lakukan, tapi soal pria itu yang menyuruhnya untuk mengambil baju-baju miliknya.
“Begini, sebagai pengasuh kedua anak saya maka kamu akan tinggal di rumah ini. Kamu akan mendapatkan libur satu kali dalam satu minggu dan itu ada di hari Sabtu. Kamu harus membantu kedua anak saya untuk siap-siap pergi ke sekolah, membacakan dongeng mereka ketika hendak tidur dan pekerjaan selayaknya pengasuh pada umumnya,” jelas Ethan, sepertinya dia menangkap kebingungan dari wajah Selina.
“Tapi, bagaimana dengan kuliah saya nantinya, Pak?” tanya Selina, dia berharap Ethan memiliki solusi yang baik untuknya.
“Itu urusan kamu, bukankah saya sudah mengatakannya sejak awal jika kamu fokus saja belajar dan tidak perlu untuk ikut sayembara ini? Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka mundurlah dari sayembara ini,” balas Ethan dengan senyum smirknya.
Ethan yakin hari ini juga Selina pasti akan mengundurkan diri dari sayembara ini, terlihat jelas dari raut wajah Selina yang tampak tidak setuju dengan perkataannya tadi.
“Baiklah, saya menyetujui,” putus Selina dengan penuh percaya diri.
Ethan tertegun, dia salah perkiraan ternyata, namun hal itu tidak menjadi masalah besar untuk Ethan. Mengingat tadi Selina sudah melihat bagaimana pengasuh Lily dan Lukas yang mengundurkan diri karena kenakalan kedua anaknya.
“Oke, waktumu hanya satu bulan, Selina,” ujar Ethan dengan senyum mengejek.
“Saya akan sebaik mungkin memenangkan sayembara ini, menjadi pengasuh Lily dan Lukas sekaligus menjadi pengasuh Bapak,” cletuk Selina dengan cengiran di bibinya.
Ethan menghela nafas, Selina sudah mulai lagi berusaha menggodanya dan menarik perhatiannya. Ethan mengambil segelas teh yang berada di meja dan menenggaknya hingga tandas, dia enggan meladeni perkataan aneh yang Selina layangkan.
“Saya yakin pasti dalam waktu satu bulan Lukas dan Lily akan patuh dan luluh kepada saya. Termasuk … mencairkan hati Bapak yang sudah membeku.” Selina melanjutkan ucapannya, membuat Ethan langsung tersedak dengan minumannya sendiri.
“Mustahil,” balas Ethan dengan wajah datarnya, dia juga tidak akan tertarik dengan Selina sampai kapanpun.
“Kita lihat saja, Pak.” Selina tersenyum tipis, seperti dia sudah menyusun rencana matang untuk membuat Ethan jatuh hati kepadanya.
Setelahnya, tidak ada percakapan apapun di antara mereka, hingga seorang wanita paruh baya yang merupakan asisten rumah tangga di sini datang dan membawakannya dia secangkir teh hangat. Selina agak lega, karena dia nantinya tidak tinggal berdua saja dengan Ethan di rumah ini. Tapi ada beberapa pekerja yang tinggal di rumah ini pula.
Selina tidak langsung pulang ke rumah, dia meminta waktu kepada Ethan untuk mengenal Lukas dan Lily lebih dulu sebelum dia bekerja besok pagi. Dan Ethan pun memberikan waktu untuk mereka saling mengenal.
Lukas dan Lily membawanya ke halaman belakang rumah, Selina hanya mengikutinya saja. Tapi Selina agak was-was, karena kedua anak itu seperti penurut kepadanya, justru hal itu membuatnya jadi curiga ada yang kedua anak itu rencanakan.
“Jadi, Kakak yang akan menjadi pengasuh kita berikutnya?” tanya Lukas kepadanya.
“Iya dan kalian berdua harus bekerjasama dengan kakak. Pokoknya kalian gak boleh nakal dan harus nurut semua kata-kata kakak. Nanti, kakak bakal kasih kalian berdua hadiah deh.” Selina mencoba melakukan negosiasi kepada anak kembar itu.
Terlihat Lukas dan Lily tampak saling memandang dan berpikir. Hal itu membuat Selina berharap-harap cemas, semoga saja anak kembar itu mau menerima tawaran yang dia berikan.
“Kita gak tertarik, lagian Daddy selalu ngasih apa yang kita inginkan,” ujar Lily dengan sombongnya.
Selina menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebetulnya dia juga bingung bagaimana menjadi pengasuh kedua anak ini. Karena dia tidak memiliki pengalaman apapun, jika bukan karena sebuah misi Selina mungkin tidak akan mau mengikuti sayembara ini.
“Ya sudah, kita jadi teman saja bagaimana? Sahabat begitu?” Selina masih berusaha membujuk.
“Sayangnya kita udah punya banyak teman, tuh.” Kali ini yang berbicara adalah Lukas.
Sungguh, anak kembar Ethan memang benar-benar menyebalkan dan susah untuk dibodohi. Selina sampai lupa jika Ethan adalah pria yang pintar, pantas saja kepintaran pria itu menurun kepada kedua anaknya.
Selina sedang berpikir, sampai tidak menyadari jika kedua anak kecil itu saling berbisik dan merencanakan balas dendam kepadanya. Saat Selina hendak bicara, dia tertegun melihat Lukas dan Lily tersenyum misterius kepadanya.
“Kalian mau ngapain?” tanya Selina takut-takut.
Detik berikutnya, Lukas dan Lily langsung mendorong-dorong tubuh Selina yang kecil hingga wanita itu terjun bebas ke dalam kolam renang karena tidak siap. Sialnya, Selina tidak bisa berenang dan ternyata kolam renang ini cukup dalam hingga membuatnya tenggelam.
“To-tolong ….” Rintih Selina dengan mata memerah dan nafas sesak.
Lukas dan Lily malah tertawa terpingkal-pingkal saat melihatnya tersiksa. Kedua anak itu malah berjoget ria dan meledek ke arahnya. Suara deburan air dan tawa melengking dari anak kembar itu ternyata memancing perhatian Ethan. Pria itu merasa perasaanya tidak enak, tepat saat dia datang dirinya langsung melotot tatkala melihat Selina tidak bisa berenang dan tenggelam.
“Oh, shit!!” Ethan lantas berlari kencang dan langsung menceburkan dirinya di dalam kolam renang untuk menyelamatkan Selina.
Dengan gerakan cepat, Ethan berenang menghampiri Selina. Lalu mengangkat tubuh wanita itu dan membawanya ke pinggir kolam renang. Merebahkan tubuh mungil wanita menyebalkan itu."Selina," panggil Ethan sembari menepuk pipi Selina pelan."Daddy, kakak itu pingsan?" tanya Lukas kepadanya.Ethan belum menanggapinya, dia menatap sejenak wajah Selina. Membiarkan tetesan air dari wajahnya jatuh ke wajah wanita itu."Daddy, apa yang terjadi dengan dia?," tanya Lily dengan suara cemprengnya.Ethan tidak menanggapi ocehan putrinya, dia justru mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung Selina untuk merasakan ada hembusan udara atau tidak. "Shit!" umpat Ethan saat dia tidak merasakan hembusan nafas itu."Lily, Lukas, balikan tubuh kalian sekarang juga!" perintah Ethan tegas, membuat dua anak kecil itu langsung menurut."Maafkan saya, Selina," gumam Ethan sembari memandangi bibir ranum milik wanita itu, dia tidak punya pilihan lain. Dengan gerakan cepat, Ethan segera menjepit hidung Selina dan
Selina tampak tersenyum lebar saat Ethan berjalan ke arahnya dengan tubuh tegapnya itu. Terlihat sangat tampan dan mempesona. Dia sudah tidak sabar menjadi pacar duda tampan itu."Pa–Pak Ethan beneran mau tanggung jawab?" tanya Selina masih tidak percaya.Ethan tidak menjawabnya, dia mengambil tisu basah yang berada di meja dan kembali berjalan mendekat ke arah Selina. Aura dingin menyerukan dari wajahnya kini."Kenapa Bapak ngambil tisu? Untuk apa tisu itu, Pak?" tanya Selina sembari mengerutkan keningnya bingung.'Jangan-jangan Pak Ethan mau lap keringat aku lagi, kayak di drakor-drakor gitu. Sumpah, gak sabar banget sih kalau ini,' batin Selina dengan senangnya.Ethan menghentikan langkah kakinya saat berada tepat di depan tubuh Selina. Memandang wajah wanita itu datar dan dingin seperti biasanya. Diambilnya tisu basah itu dari tempatnya, lantas diangkatnya perlahan. Seolah ingin menunjukannya pada Selina."Iya Pak Ethan, saya tahu itu tisu basah. Tapi mau Bapak gunakan untuk apa?
Bel pintu rumah Ethan berbunyi berulang kali di pagi-pagi buta begini. Bahkan, ayam saja masih berkokok, tapi bel itu terus saja berbunyi. Ethan yang baru saja mengambil minuman di dapur. Kini dia berjalan ke arah pintu rumahnya. Dengan cepat, dia membuka pintu itu."Good morning, calon suami," sapa seorang wanita.Ethan terbelalak, dia tidak menyangka Selina akan datang ke rumahnya pagi buta seperti ini. Walaupun memang sebenarnya, hari ini adalah hari pertama wanita itu menjadi pengasuh untuk kedua anak kembarnya."Kok gak di jawab, Pak?" tanya Selina sembari menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Ethan.Ethan tetap diam, pandangannya fokus kepada koper yang Selina bawa. Ada dia koper besar di tangan wanita itu."Ini kopernya, Mbak." Tiba-tiba saja satpam di rumahnya masuk dan membawa dua koper besar lagi milik Selina. Ethan melotot seketika, karena melihat ada 4 koper besar milik wanita itu. "Bapak heran ya kenapa saya bawa banyak koper?" tebak Selina, dia sudah bisa meliha
Ethan baru saja selesai mandi di pagi hari ini. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke dapur. Untuk mengecek apakah sarapan pagi hari ini sudah siap atau belum. Tapi, dia malah mendengar suara tawa dari kedua anaknya. Ethan berjalan semakin cepat ke arah sumber suara. Kini, dia tengah melihat kedua anaknya sedang bermain kejar-kejaran dengan masih menggunakan baju tidur. "Lukas, Lily," panggil Ethan kepada anak kembar itu."Ya, Daddy?" Lukas menyahut, pria kecil itu langsung berlari mendekat ke arahnya. "Kenapa kalian berdua belum juga mandi?" tanya Ethan heran. "Malas, air tidak bersahabat dengan kita, Daddy," timpal Lily.Ethan membulatkan matanya, ada-ada saja pasti jawaban kedua anaknya itu. Ethan kini tampak kesal, padahal tadi dia sudah berpesan kepada Selina. 'Jangan bilang, wanita itu masih sibuk menata barang-barangnya. Aku harus mengeceknya sekarang,' batin Ethan. "Kalian berdua mandi dulu sana," pinta Ethan, tapi tidak digubris oleh dua bocah itu.Lily dan Lu
"Lily bicara apa, Pak?" tanya Selina dengan raut wajah penasaran."Kamu tidak perlu tahu," jawab Ethan acuh.Detik berikutnya, Lukas dan Lily segera masuk ke dalam kamar mereka. Bahkan langsung berebut ingin cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Selina hanya diam mematung, sedangkan Ethan sudah pergi lebih dulu dari hadapannya."Kira-kira, Lily bilang apa ya tadi sama Pak Ethan?" tanya Selina kepada sendiri."Sudahlah, aku tidak mau memikirkannya. Lebih baik sekarang aku ganti baju." Selina berjalan tertatih-tatih menuju ke arah kamarnya sendiri. Karena tubuhnya kini sangat sakit akibat terpeleset kulit pisang.Tanpa terasa, sarapan pagi tiba. Ini pertama kalinya Selina ikut sarapan di rumah ini bersama Ethan dan kedua anaknya. "Ini saya buatkan kopi buat Bapak," ujar Selina sembari menyodorkan kopi tersebut di depan Ethan."Seharusnya kamu mengambilkan anak-anak saya makan, Selina. Lagian, saya tidak minat dengan kopi buatan kamu. Bisa saja kamu kasih pelet di dalamnya," balas Ethan s
Selina menengguk salivanya susah payah, dia hanya mampu terdiam sembari menatap lekat wajah mengerikan milik Ethan. Pria itu bahkan kini tengah berjalan cepat ke arahnya."Jawab Selina! Kenapa kamu ke kamar saya?" Ethan melayangkan tatapan setajam elang ke arah wanita di depannya kini."Sa–saya ...." Selina sangat bingung harus mengatakan alasan apa kepada Ethan. Dia tidak menyangka Ethan akan kembali ke kamar ini lagi. Selina pikir Ethan dan kedua anaknya sudah benar-benar hengkang dari rumah ini."Kamu hendak mencuri?" tuduh Ethan sembari berjalan semakin dekat ke arah Selina.Karena hal itu, Selina pun berjalan mundur kebelakang. Hingga punggungnya terbentuk dinding dan tidak bisa bergerak kemanapun. Tapi hal itu tak membuat Ethan menghentikan langkahnya. Pria itu terus berjalan mendekat ke arah Selina. Hingga jarak di antara mereka hanya tinggal beberapa senti saja. Sangat dekat, membuat Selina deg-degan.'Tidak mungkin wanita ini mencuri, karena sepertinya dia anak orang berada
Selina mengkedipkan matanya, dia terheran melihat reaksi Ethan saat membaca undangan itu. "Undangan dari siapa, Pak?" tanya Selina penasaran.Tidak ada jawaban dari Ethan, pria itu semakin menunjukkan amarahnya. Bahkan dengan cepat masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar keras hingga membuat Selina, Lukas dan Lily tampak kaget."Daddy kenapa, Kak?" tanya Lily sembari mendongakkan kepadanya."Kan sudah kakak bilang, Daddy kalian itu kerasukan. Ya sudah, mending kalian lanjut main lagi sana," jawab Selina seramah mungkin. Lukas dan Lily pun segera berlari menjauh darinya. Sedangkan Selina, dia tampak memungut undangan yang sudah Ethan bukan dan baca. Mata lentik itu dengan cepat menelisik setiap huruf yang tertera di dalam undangan."Cuman undangan pesta ulang tahun pernikahan. Tapi kenapa Pak Ethan sampai marah besar begitu?" gumam Selina saat dia sudah mengetahui apa isi undangan itu.Dia membawa undangan tersebut, berjalan ke arah ruang tengah di mana Lukas dan Lily sedang bermai
Ethan telah sampai di kampus pagi ini, dia akan mengajar di jam pertama. Dengan semangatnya, Ethan berjalan menuju kelas. Dia senang karena kelas pagi ini tidak ada Selina, karena wanita itu pasti akan terlambat.Namun, saat dia masuk ke dalam kelas. Ethan tak menemukan satu pun mahasiswa di dalamnya. Padahal tadi malam dia sudah merubah jadwal menjadi jam 8 pagi."Kemana mereka semua? Tidak bisanya mereka akan terlambat begini," gumam Ethan dalam kebingungannya.Pasalnya, saat kelasnya pasti tidak pernah ada kejadian seperti ini. Para mahasiswanya itu akan sangat aktif berangkat. "Lebih baik aku tunggu di dalam saja, mungkin mereka belum pada datang." Ethan berjalan masuk ke dalam kelas.Lantas, dia mendudukan dirinya di kursi dosen. Menghidupkan laptopnya dan menyambungkan ke proyektor. Bersiap untuk mengajar sembari menunggu para mahasiswanya.Namun, sudah sekitar 15 menit menunggu, tidak ada satu pun yang datang. Ethan benar-benar dilanda kebingungan."Kenapa mereka semua tidak d
Sore ini, Ethan mengajak keluarganya untuk pergi ke taman kota. Banyak sekali para keluarga kecil yang datang kemari. Ada banyak penjual juga di sini. Terlebih sekarang hari Minggu, membuat suasana menjadi semakin ramai. "Dad, mau beli eskrim," pinta Lily, sembari menaik-narik baju yang Ethan pakai. "Iya, Dad, ayo kita beli ekskrim." Lukas menimpali. Ethan yang sedang mendorong stroller bayinya pun menoleh ke arah Selina. Seolah meminta pendapat istrinya itu."Iya, kalian beli eskrim saja. Nanti biar aku cari tempat duduk." Selina memperbolehkan. "Ya sudah, mari kita beli eskrim anak-anak," ajak Ethan."Yee beli eskrim!" Sorak kesenangan keluar dari mulut Lukas dan Lily. Akhirnya, Ethan mengandeng tangan kedua anaknya itu pergi mencari eskrim. Sedangkan Selina kini ganti mendorong stroller anaknya menuju ke arah tempat duduk yang tersedia di taman ini. "Kita jalan-jalan, Liora," ujar Selina, mengajak putrinya berbicara. Memang, bayi mereka yang bernama Liora Naomi Bratawijaya k
Selina beberapa kali tertawa keras saat melihat kedua anaknya dan Ethan sedang bermain bersama. Karena siapa yang kalah, akan dicoret dengan tepung wajahnya. "Hewan yang menggunakan huruf X?" Lukas memberikan pertanyaan ke Ethan, mereka memang sedang bermain tebak-tebakan."Hm, apa ya." Ethan tengah berpikir keras."Hewan pakai huruf X, kira-kira apa yah." Ethan masih saja berpikir keras, dia tidak tahu. "Satu, dua, tiga." Lukas, Lily, dan Selina tampak menghitung bersama. Ethan semakin gusar, dia tidak tahu harus menjawab apa."Empat, lima!!""Daddy kalah!!"Teriak mereka kompak, tawa canda pun keluar dari wajah mereka. "Yah, kalah. Baiklah, Daddy akan menerima hukumannya," pasrah Ethan, mau bagaimana lagi bukan. Lukas dan Lily pun mengambil tepung, dan mengusapkannya ke wajah Ethan. Membuat tawa melengking kembali keluar. "Daddy lucu, kayak pakai bedak yang tebal. Hihi, lucu seperti badut," kekeh Lily, dia tampak sangat bahagia."Ya ampun, bener yang Lily bilang. Kamu lucu ban
Dua bulan berlalu, setelah pernikahan Selina dan Ethan. Tidak ada kesediaan yang mendera mereka lagi. Pernikahan mereka benar-benar diselimuti dengan kebahagiaan yang tak terhingga."Sibuknya istriku yang satu ini," ujar Ethan, sembari memeluk tubuh Selina dari belakang dan menyempatkan untuk mengecup pipi Selina. "Mas, kamu ngagetin aku aja deh. Jangan peluk-peluk gini, nanti kalau anak-anak lihat malu," ujar Selina, meminta suaminya itu untuk menyingkir.Dia memang pagi ini sedang membuat sarapan untuk mereka. Karena hari Minggu memang asisten rumah tangga mereka libur. Jadi, Selina yang harus memasak. "Anak-anak lagi mandi kayaknya, kamu tenang aja." Ethan bukannya menyingkir tapi malah semakin mengeratkan pelukannya itu. "Jangan begini, Mas, aku jadi sudah masaknya. Mau sarapannya terlalu siang karena gak matang-matang masakan aku?" tanya Selina, dia berusaha melepaskan pelukan dari suaminya."Maaf, sayang, habisnya Mas selalu kangen sama kamu," cletuk Ethan, membuat Selina mem
Acara resepsi pernikahan yang digelar sudah selesai, para tamu undangan juga sudah pulang ke rumah masing-masing. Tapi malam ini, Selina dan Ethan memang menginap di hotel, besok pagi mereka baru pulang ke rumah."Haduh, kenapa aku deg-degan banget begini, sih? Rasanya sangat mendebarkan," gumam Selina, sembari mondar-mandir di dalam kamar hotelnya. Kamar ini sudah dihias sedemikian rupa, terlihat sangat cantik dan romantis. Dengan taburan bunga mawar di atas ranjang putih."Tarik nafas buang, tarik nafas lagi, buang lagi," gumam Selina, dia berusaha menetralkan perasaanya.Malam ini adalah malam pertamanya dengan Ethan. Walaupun mereka memang sudah pernah tinggal satu rumah. Tapi jujur saja mereka tidak pernah satu kamar. Semua ini hal baru dan pertama untuk Selina. Dia sampai berkeringat dingin kali ini, padahal tadi dia yang paling bersemangat menggoda Ethan."Semoga Mas Ethan lama deh mandinya," ujar Selina, dia mengusap-usap tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gugupnya.Tub
Satu bulan pun berlalu, dan sesuai dengan kesepakatan mereka waktu itu. Hari ini, pernikahan Selina dan Ethan digelar cukup meriah. Banyak tamu undangan yang datang. Hubungan mereka pun tidak dirahasiakan lagi di kampus. Karena Ethan juga sudah tidak menjabat sebagai dosennya lagi. Pria itu memutuskan untuk mengurus perusahaannya. "Ini tamu undangan gak selesai-selesai perasaan dari tadi. Pegel banget kaki aku, Mas," rintih Selina, dia memang tidak terbiasa menggunakan heels begini.Khusus pada acara resepsi pernikahannya kali ini. Selina memang berdandan dengan sangat cantik. Menggunakan gaun pernikahan warna abu-abu muda, senada dengan jas yang Ethan pakai. "Sabar ya, Sayang. Maklum saja, teman-teman Mas kan banyak. Apalagi teman-teman kedua orang tua kita," pinta Ethan, dia mengelus pelan lengan istrinya.Beberapa jam yang lalu, mereka memang sudah sah menjadi pasangan suami istri. Dan sekarang, mereka tengah melangsungkan resepsi pernikahan. "Kalau aku lepas aja heels ini bole
Selina menatap wajah Ethan serius, dia meneguk salivanya susah payah. Kini, Selina melihat Ethan berpindah tempat duduk. Tepat berada di sampingnya dan menatap dia serius. "Selina, will you marry me?" tanya Ethan, sembari mengenggam kedua tangan Selina erat.Beberapa detik kemudian, Selina tersenyum tipis dan langsung mengangguk. Membuat mata Ethan berbinar-binar. "Ya?" tanya Ethan memastikan."Tidak ada alasan apapun untuk menolak Bapak. Saya siap menikah dengan Bapak, dan menjadi ibu sambung dari anak-anak Bapak," jawab Selina dengan begitu gugup."Yang benar? Kamu tidak bercanda bukan?" Ethan kembali bertanya, dia saking senangnya. "Untuk apa saya bercanda? Bukannya dosen dingin saya yang mirip es batu ini tidak suka bercanda. Saya serius, Pak," jawab Selina, senyuman manis pun terbit di wajahnya."Selina, terima kasih banyak." Ethan saking bahagianya langsung mendekap tubuh Selina erat, melampiaskan rasa bahagianya.Selina meresapi pelukan yang Ethan berikan kepadanya. Rasanya
"Pak Ethan," ujar Selina dengan mata terbelalak. Selina tidak tahu apa maksud semua ini. Apa teman Papa itu adalah Mamanya Pak Ethan? Sungguh, semua ini menjadi teka-teki untuknya.Sedangkan Ethan, dia benar-benar kaget. Mama tadi mengajaknya untuk bertemu dengan wanita yang hendak dijodohkan dengannya bukan? Tetapi, kenapa mereka sekarang malah bertemu keluarga Selina?"Ayo silahkan duduk," ajak Papa, kepada Ethan dan Mamanya. Ethan dan Mamanya pun mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia. Pertemuan dengan Selina kali ini benar-benar membuat hatinya sesak, dia merindukan wanita itu."Bagaimana perjalanan ke sini, jeng? Lancar, kan?" tanya Mama Selina, memulai pembicaraan."Aman terkendali, ya walaupun kena macet sedikit," balas Mama Ethan, sembari tersenyum ramah.Selina menatap mereka semua satu persatu, dengan tatapan bingungnya. "Tunggu-tunggu, ini sebenarnya maksudnya apa? Tadi Mama bilang kita mau kedatangan teman Papa. Dan sekarang kita lihat siapa yang datang. Sebenarnya a
"Ethan, nanti malam kamu tidak ada acara, kan?" tanya Mama kepadanya, saat ini dia memang sedang berada di ruang kerjanya.Meskipun kini dia sudah pindah ke luar kota. Tetapi, dia tetap memantau perusahaannya dari jauh. Ethan masih belum siap untuk kembali ke kota kelahirannya lagi. "Memangnya ada apa, Mah?" tanya Ethan penasaran, dia pun mengalihkan tatapannya dari layar laptopnya miliknya ke arah Mama. "Rencananya, nanti malam Mama akan mengajak kamu untuk bertemu dengan perempuan pilihan Mama. Kamu sudah siap, kan? Jangan menolaknya, Ethan. Karena kamu sudah menyetujui untuk Mama carikan jodoh," ujar Mama, menatap wajahnya lekat.Ethan pun menghela nafas, dia memandang ke arah wajah Mamanya. "Iya, Mah, nanti malam aku bisa kok. Tetapi, anak-anak bagaimana?" Dia menghawatirkan kedua anak-anaknya."Kamu tidak udah khawatir, anak buah Mama yang akan menjaganya. Lagian, acaranya juga tidak lama," jawab Mama, menatapnya hangat."Nanti aku akan menemui wanita itu. Mama ikut juga?""Iy
Ethan sedang membaca koran di ruang tengah dengan secangkir kopinya. Dia tampak begitu menikmatinya, sedangkan kini kedua anaknya tidur siang. "Ethan, Mama mau bicara hal penting denganmu," ujar Mama yang tiba-tiba datang.Memang, kemarin Mama tiba di Bali untuk menemuinya beserta Lukas dan Lily. Dan kini, Mama pun mulai mendudukan dirinya di depan Ethan.Mendengar itu pun, Ethan lantas menaruh koran yang dirinya pegang ke meja kaca. Lantas, menatap serius ke arah Mamanya. Entah apa yang akan wanita paruh baya itu sampaikan kepadanya."Ada apa, Mah?" tanya Ethan to the point, dia tidak mau basa-basi apapun."Mama berencana untuk mulai mencarikan kamu jodoh lagi seperti dulu. Ya seperti yang kita ketahui, jika hubunganmu dengan Selina sudah selesai. Mama hanya ingin kamu segera menikah kembali, agar ada yang membantumu mengurus kedua anakmu itu," ujar Mama sembari menatapnya serius. Ethan tahu, pembahasan ini pasti akan Mama sampaikan kepadanya. Dan sekarang adalah waktunya, Mama lag